Special Chapter:'

746 176 59
                                    

He's not safe guys:'
It's oke:)

Kalau ada typo, bilang yeaaa....











2 tahun lalu (pake bahasa Indo aja:v pake bahasa Inggris ribet)

Gue cuma bisa berdiri di depan pintu rumah kak Midam.

Sejam yang lalu, kak Midam pulang ke rumah dengan wajah lesu. Gue ajak ngobrol pun kak Midam ga nanggepin gue, padahal biasanya kak Midam selalu nanggapin gue walaupun yang gue lakuin ga penting.

Ada apa sama kak Midam?

Dia gak pernah se-lesu itu.

Gue menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.

Apa gue coba ketok aja ya?

Sejam disini gak akan merubah apapun kalau gue diem aja.

"Kak Midam?!" Panggil gue sambil mengetuk pintu.

Cukup sekali gue mengetuk pintu, dan sekarang kedenger suara kunci pintu rumah yang di puter.

"Eh! Jima?"

Ternyata yang bukain pintu bukanlah sesosok yang gue harapkan

"Iya, Bun. Kak Midamnya ada?" Tanya gue ke bundanya kak Midam.

"Ada, di kamarnya. Kebetulan daritadi dia gamau keluar, bunda gatau kenapa." Kata Bunda sambil menuntun gue masuk.

"Midam belum makan dari pagi, dan Midam bukan tipe orang yang bakal jajan kalau dia cuma nongkrong sejam dua jam sama temen-temennya." Kata Bunda. Wajahnya keliatan khawatir.

Kak Midam ada apaan ya? Kenapa dia lesu banget begitu?

"Aku boleh masuk ke kamarnya kak Midam ga, Bun?" Tanya gue penuh harap ke bunda.

Bunda langsung natap gue setelah gue nanya begitu.

Tatapannya gabisa diartikan.

Tapi lama kelamaan matanya sedikit membola.

Lah? Bunda kenap-

Wanjir, jangan-jangan...

"Sumpah, Bun. Jima gak akan ngapa-ngapain. Jima gak akan macem-macem." Kata gue dengan ekspresi yang amat sangat panik.

Ekspresi bunda melembut. Wajahnya juga sekarang menggulum senyum.

"Bukan bunda gak percaya sama kamu, tapi bunda agak takut sama Midam. Ya dia emang anak baik-baik, kan bunda juga dari keluarga baik baik." Bunda menjeda ucapannya. Sekarang tangannya ada di pundak gue.

"Tapi yang namanya laki-laki, terus berduaan sama perempuan di tempat yang dia anggap nyaman, belum lagi keadaan dia yang sedikit kalap, kita gatau apa yang bakal terjadi. Apalagi disini posisi kamu jadi orang yang ada untuk dia."

Nah, ini nih.

Bunda selalu waras. Gak kaya bang Bobby yang sejatinya selalu menganggap gue yang bakal apa-apain kak Midam.

Gue ngangguk-ngangguk aja.

"Yaudah gini aja, Bun. Kalau kak Midam macem-macem, nanti Jima teriak. Yang penting bunda siapin diri aja, siapa tau besok bunda punya mantu." Kata gue sambil nyengir.

Bunda geleng-geleng kepala.

"Yaudah sana ke kamar Midam! Jangan lupa bawain ini." Bunda ngomong sambil ngambil nampan yang dia taruh di meja ruang tengah dan ngasihin ke gue.

kak Midam -Lee MidamWhere stories live. Discover now