🌰 Asik Jadian🌰

4.8K 227 257
                                    

"Kak kamu Kapan nikah?" tanya seorang Ibu-ibu rempong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak kamu Kapan nikah?" tanya seorang Ibu-ibu rempong

"Nanti Ma, Besok lagi aja." jawab pria dengan wajah ganteng.

Tadi adalah salah satu potongan percakapan pagi gue dengan Mama gue yang rempongnya minta ampun, setiap hari sebelum sarapan yang ditanyain pasti 'kapan nikah?'

Gue tau kalau gue ini udah tua, mungkin udah ubanan juga. Ya, tapi kalau masalah pernikahan gue gak bisa asal milih cewek terus dikawinin gitu aja kali. Kesel gue lama-lama, padahal muka udah oke nih ya, pekerjaan? Gue bekerja jadi psikiater yang cukup terkenal terus yang terakhir 'anu' lumayan gede buat muasin cewek-cewek di luaran sana. Tapi kenapa sampai umur 30 tahun ini gue belum menemukan pendamping yang cocok, ya Tuhan kasihanilah hambamu yang sudah lama jadi perjaka tua ini.

Setelah menghabiskan sarapan gue, dengan lahap tentunya. Gue langsung pergi ke kantor, kebetulan hari ini gue ada client katanya sih mahasiswa di salah satu universitas terkenal lah, nah usut punya usut ini cewe tahu nomer telepon gue dari si Raka, temen nongkrong dari jaman SMA dulu katanya sih cantik sekalian bisa PDKT gitu. Ya semoga aja sih ya.

Tepat pada pukul 8 pagi gue akhirnya sampai di dengan kantor kecil-kecilan gue. Gue masuk ke ruangan dengan tulisan di depan pintunya 'Amo Rayhanda Diningrat'

Cklek

"Eumm halo," sapa client gue kali ini.

Gue hanya bisa clenga-clengo karena kaget aja ternyata dia udah ada di ruangan gue, padahal gue selalu titip pesen sama resepsionis kalau tamu dilarang masuk ke ruangan gue tanpa seijin dari gue.

"Oh, halo." Setelah beberapa detik berpikir keras akhirnya gue nyapa dia balik. "Kamu yang namanya ... Chila?"

"I-iya Om," jawabnya.

Kalau diperhatiin lagi, cewek yang lagi duduk di depan gue ini cantik juga. Rambutnya agak pendek sebahu, kulitnya gak putih-putih amat sih tapi keliatan dia orangnya bersih, hidungnya mancung lalu bibirnya kecil merah tanpa lipstick. Raka kalau milih cewek memang gak perlu diragukan lagi.

"Jangan panggil Om. Panggil aja kak Amo atau Amo aja gak apa-apa, kita seumuran kok."

"Masa sih? Kok Om--eh Amo bau tanah kayak udah tua."

Astaga ini bocah kalau ngomong suka jujur. Sabar Mo sabar, lo itu psikolog profesional.

"Hehe, langsung ke permasalahannya aja ya. Jadi Chila ini lagi punya masalah apa sampai butuh psikolog?" tanya Gue to the point.

Dia keliatan gugup, tangannya terus memainkan ujung bajunya terus pipinya tiba-tiba mengembul.

"Sebenernya ... Chila gak mau sampe masalah ini dibawa ke gini-ginian. Cuma kata Mama, Chila udah kayak anak depresi gitu Mo." Gue agak terkejut ketika dia manggil gue Amo, gak tahu kali ya gue ini beneran udah tua.

 MoChi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang