5 - Struggle

1.6K 292 13
                                    

Sihoon dan Yaera terus mengikuti kemana pemuda bernama Lee Hangyul itu akan membawa mereka. Tak jarang mereka harus bersembunyi atau menembak untuk bertahan hidup tentunya. Yaera sesekali menutup telinganya, ia tentu saja berusaha untuk terbiasa meski sulit. Siapa juga yang meyangka kalau kemarin adalah hari terakhirnya dengan dunia yang tenang. Atau hanya kota mereka? Kalau iya, cukup menjengkelkan karena tidak adil.

"Oh minimarket." Ujar Yaera saat Hangyul membawa mereka ke sana.

Mereka masuk ke sana, melihat ada sisa-sisa makanan yang baru saja di makan. Mie instan dan beberapa snack. "Sepertinya ada orang yang baru saja kemari." Sihoon memerhatikan sisa-sisa makanan di sana.

"Terlihat jelas begitu." Hangyul bergerak menuju rak obat-obatan. Mengambil beberapa obat yang di perlukan. Cairan miliknya baru saja habis, jadi ia terpaksa menggunakan obat-obatan manual.

Yaera tidak perduli dengan dua laki-laki itu, ia sudah berkeliling. Memikirkan bisa mengambil semuanya secara cuma-cuma membuatnya begitu senang. Ia dengan serakah mengambil permen karet di sana. Sihoon tentunya melihat pergerakkan gadis itu lantas menghentikan tangannya, "Terlalu banyak Yaera."

"Tidak ada salahnya, ini untuk stok bertahan hidupku." Atensinya yang semula terfokus pada Sihoon sedikit terkecoh kala melihat Hangyul di belakang Sihoon sedang mengobati luka di perutnya.

"Hangyul! Apa kau terluka?" gadis itu nyari memekik saat melihat luka gores di perut sebelah kiri Hangyul yang tak terbilang ringan.

Sihoon mendekat, mengambil suntikkann miliknya "Kenapa tidak bilang kalau kau terluka separah ini?"
Ia menarik pergelangan tangan Hangyul, tanpa perduli protes dari sang empu Sihoon lantas menyuntikkan cairan ungu itu. Yaera tidak bisa menyembunyikan raut khawatirnya, membuat Sihoon mendengus sebal. "Apa aku harus terluka dulu baru kau khawatir seperti itu?"

Sang gadis berjengit terkejut, ia tersenyum canggung karena ucapan Sihoon yang terlalu blak-blakkan. Bukannya wajar kalau ia mengkhawatirkan Hangyul? Mereka teman sekarang, terlebih pemuda Lee itu tadi menyelamatkannya.

"Sudah merasa mendingan?" tanya Yaera pada Hangyul yang kini sudah duduk seraya menyandar.

Yang di tanya menyingkap bajunya, tentu saja membuat Yaera salah tingkah. Mana ada gadis yang akan bersikap biasa aja saat melihat seorang pemuda menyibak bajunya seperti itu di hadapannya.

"Sudah lebih baik, terima kasih Sihoon."

Yaera tersenyum lembut, ia menarik Sihoon untuk bergabung duduk bersama mereka. Gadis Han itu mengusap lembut puncak kepala Sihoon. "Terima kasih katanya Sihoon."

Si Kim berdeham lalu mengangguk dengan canggung. Jujur ia suka perilaku Yaera yang tadi mengusap rambutnya dengan lembut. Sangat nyaman, tapi ia harus sadar karena sekarang mereka sedang dalam tahap bertahan hidup.

"Kita di sini sampai pagi, baru kemudian kembali bergerak." Ujar Hangyul.

Yaera mengambil handphone miliknya. Ah sial, ia lupa ledakkan tadi membuat jaringan menjadi kacau. Atau lenyap? Yang pasti handphonenya tidak memiliki aktivitas apapun. Sayang sekali, padahal handphonenya masih full. Gadis itu menghela napasnya lalu kembali memasukkan benda persegi panjang miliknya. Sihoon menghampirinya, pemuda itu semula duduk di hadapannya kini duduk di sebelahnya. Menarik kepala Yaera agar menyandar pada bahunya.

"Tidurlah, meski tidak nyaman tapi kita butuh istirahat."

"Padahal aku bisa menggunakan tasku sebagai bantal." Protes Yaera, tapi gadis itu tidak menyingkirkan kepalanya dari bahu Sihoon.

"Dan tidur di lantai yang dingin itu? Tidak."

Hangyul melirik dua makhluk di sebelahnya dengan kesal. Apa ia sedang menjadi nyamuk sekarang? Yang benar saja, tau begini ia tidak seharusnya membiarkan mereka untuk ikut bersamanya. Meski ia cukup terbantu, ah harusnya Hangyul lebih bersyukur.

Restraint Wall✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang