Mungkin Midam akan dianggap orang gila kalau bukan Wooseok yang melihatnya. Pemuda pendiam bermarga Lee itu sejak tadi sedang mengusap beberapa layar monitor yang mebantu mereka untuk bertahan hidup. Beberapa minggu terakhir ini mereka berhasil bertahan hidup karena keahlian Midam, Wooseok jadi paham bagaimana rasa sayang Midam pada monitor-monitor dan alat-alat canggih lainnya yang tidak ia paham apa gunanya.
Suara pecahan balon permen karet, yang Wooseok yakini berasal dari siapa itu lantas membuat menoleh ke belakang. Dan benar saja, ia mendapati Han Yaera ada di sana seraya mengunyah permen karetnya dengan santai. Terkadang ia cukup heran, ada berapa banyak permen karet yang dimiliki gadis itu.
"Yaera, bisa bantu?" tanya Hangyul yang tampak sibuk mengemasi sesuatu, mendengar permintaan Hangyul itu tentu saja langsung di-iyakan oleh si gadis.
Ia mengekori ke mana Hangyul pergi, ternyata mereka ke tempat di mana ia berlatih menembak kemarin. Mendapati Yunseong dan Sunhee sudah ada di sana.
"Ini ekstrak bunganya?" tanya Yaera yang mengambil posisi duduk di sebelah Sunhee.
"Iya, kita harus memiliki sebanyak mungkin dalam perjalan kita menuju pembatas tempat yang mengurung kita."
"Hyung, kita perlu bicara."
Tiba-tiba pemandangan Yohan dan Mingyu yang saling mengejar terpampang di hadapan mereka. Hangyul jelas tampak tidak perduli, berbeda dengan tiga orang lainnya yang jelas kebingungan sekarang.
Ada apa dengan kakak-beradik yang tiba-tiba saja seperti ini?
Sebenarnya Sunhee ingin sekali bertanya, tapi ia menyadari kalau hal tersebut pasti hal pribadi. Di lihat dari Yohan yang begitu menghindari Mingyu meski sudah di teriaki berkali-kali.
"Abaikan saja mereka." Ujar Hangyul.
Sihoon datang dan tampak membawa sesuatu, ia mengeluarkannya dan ternyata adalah tempat suntik dalam ukuran kecil.
"Ini dosis yang tempat untuk ekstrak bunga ini." Kata Sihoon dan diikuti Yaera, Sunhee dan Yunseong yang memasukkan cairan itu di sana sebanyak mungkin yang mereka bisa.
Teriakan Yohan terdengar, membuat lima manusia di sana langsung menoleh pada kakak-beradik itu. Tapi Yaera memilih untuk tidak perduli, bukan urusannya dan ia tidak ingin tau apa yang sedang terjadi. Berbeda dengan Sunhee yang tampak kepo dan curi-curi perhatian kesana. Yunseong juga sama dengan Yaera, tidak terusik sama sekali.
"Hentikan, kalian sedang meributkan apa?" Wooseok tiba-tiba datang dan menegahi mereka.
Yohan tampak menarik rambutnya kasar, menatap Wooseok dan Mingyu bergantian namun setelahnya ia malah berbalik. Bahunya naik turun karena terlalu emosi mungkin, bahkan telinganya terlihat memerah.
"Yohan hyung, maafkan aku."
Yohan kembali berbalik, menatap Mingyu yang menunduk di hadapannya.
"Jangan katakan hal seperti tadi, tidak ada yang mau kau mengorbankan dirimu. Kita harus keluar dari sini bersama-sama, aku tidak mau meninggalkanmu Kim Mingyu. Paham? Meski kau bilang bisa aman bersama ibu atau ayah, aku tidak yakin sama sekali."
Mingyu mengangguk, mungkin pikirannya yang egois soal menghampiri ibu dan ayahnya bisa membuat teman-temannya lolos itu sedikit berlebihan dan ia akhirnya menyesali hal tersebut. Mendengar ucapan Yohan tentunya membuat dirinya tersadar.
Wooseok mengusak surai kedua sepupunya itu, ia tersenyum tipis. Memang kedua anak ini tidak pernah bisa bertengkar meski hanya beberapa menit. "Sudah, ayo bantu Midam yang sedang menyiapkan sesuatu."
Mingyu dan Yohan mengikuti Wooseok, mereka melambaikan tangan pada kelompok yang menyiapkan perlindungan fisik untuk mereka. Tugas mereka berempat untuk menyiapkan kelancaran akses mereka nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restraint Wall✔
FanfictionApa jadinya kalau tiba-tiba populasi di kota menghilang. Meninggalkan mereka yang harus bertahan hidup menghadapi makhluk-makhluk aneh yang tiba-tiba muncul? "Mereka atau ilmuwan gila itu yang menginginkan kita?" "Keduanya." PRODUCE X 101 Cast lain...