CHAPTER 17 - Deja Vu

1K 139 12
                                    

Salatiga, Indonesia

-

"Kita baru aja sampai loh, kamu enggak mau makan dulu?"

IRIS mata Guinevere memperhatikan Jack yang sedang berdiri di sebelahnya. Gadis bertubuh mungil itu menghela nafas panjang sambil menunduk.

Sebenarnya Guinevere agak lapar sih, tapi dia tidak mau berhutang lagi pada Jack.

Dia pun menggeleng, "hm, gak usah lah. Lagipula gue ma—"

"Jangan nolak. Aku tau kamu lapar karena daritadi belum makan, ayo kita isi perut dulu sebelum pergi." nada suara Jack berubah galak.

Karena Jack terus memaksa, tentu Guinevere tidak bisa melawan pria itu. Apalagi saat Jack menarik tangannya agar pergi mencari restoran terdekat.

Jack memutuskan untuk mampir ke salah restoran yang menjual makanan khas Indonesia. Guinevere tidak bisa bohong bahwa perutnya sudah keroncongan ketika mencium aroma makanan di sini.

Huft, semuanya terlihat sangat lezat.

Jack tiba-tiba menepuk pundak Guinevere, "kamu duduk aja dulu, biar aku yang pesenin ya." ia berkata.

"Serius? Kalau gitu gue bayar dulu deh, ini pake aja—"

Dengan cepat Jack langsung menahan tangan Guinevere ketika gadis itu hendak mengeluarkan dompet dari tasnya.

"Gak perlu, aku gak bakalan miskin kalau beliin kamu makan doang," Jack mendengus keras. "Jangan ngebantah!"

Raut wajah Guinevere berubah tak enak setelah mendengarnya. Namun, karena dia tidak ingin membuat keributan, Guinevere lebih baik mengalah agar obrolan ini tidak semakin panjang.

Guinevere berbalik lalu berjalan mendekati salah satu meja dekat jendela. Gadis itu terdiam karena meja di restoran ini cukup familiar.

Meja ini sama seperti meja di cafe Batavia—tempat yang Ellen dan Guinevere kunjungi setelah insiden di jembatan.

Apa cuma kebetulan?

Guinevere hanya bisa menarik nafas dalam-dalam sebagai penenang diri. Ia bergegas duduk di bangku sambil meluruskan kedua kakinya yang sedikit kesemutan.

Pemandangan di Salatiga ternyata sangatlah khas kalau diperhatikan.

Beberapa menit menunggu, Jack pun kembali dengan membawa nampan berisi makanan. Dia duduk di depan Guinevere seraya memasang senyum nan lebar.

"Ayo makan, maaf ya kalau lama."

Guinevere mengangguk saja. Gadis itu mengambil mangkok berisi soto ayam dan nasi untuk disantap, Guinevere sangatlah kelaparan.

Sembari makan, Jack memutuskan untuk berbincang-bincang sedikit dengan Guinevere. Ini salah satu cara agar hubungannya bersama Guin kian membaik.

"Gimana? Lu suka sotonya?" tanya Jack basa-basi.

Guinevere menunduk, "lumayan. Rasanya mirip sama soto di Jakarta." sahutnya dingin.

Jawaban Guinevere barusan membuat Jack manggut-manggut, pria bertubuh tinggi itu memainkan kedua jari-jemarinya seolah menutup perasaan canggung.

Membingungkan. Meskipun Guinevere mengalami koma, apakah gadis itu bisa berubah 180° dengan cepat?

Kenapa dia sedingin ini?

"Sebelumnya maaf kalau pertanyaan aku terkesan aneh," Jack kembali berbicara, sorot matanya menyendu.

"Aku tau kalau aku salah waktu bilang mau batalin pertunangan kita lewat surat tanpa ngomong langsung. Tapi aku penasaran, apa kamu secepat ini buat lupain aku?"

[2] Guinevere : "Perjalanan Waktu"✔Where stories live. Discover now