17

50 7 0
                                    


Setelah pulang sekolah Nabila langsung mencari materi presentasi mengenai pekerjaan sekretaris. Sebenarnya Nabila tidak tahu kenapa presentasi dengan menggunakan tema tersebut. Padahal jurusannya perkantoran, bukan sekretaris. Namun, ia tidak banyak pikir. Tangannya langsung mengetik cepat di kolom pencarian.

Di dalam monitor laptopnya muncul banyak artikel berbahasa inggris mengenai pekerjaan sekretaris. Dengan lihai ia mnyalin dari berbagai website lalu membuatnya menjadi satu materi presentasi. Nabila hanya membaca sekilas lantas mengcopy dan mempaste.

Menyalin artikel dari internet merupakan salah satu keahlian Nabila sejak SMP. Bermula mengerjakan tugas untuk mencari materi di internet tanpa tahu bahwa menyalin informasi tanpa mencantumkan sumber merupakan tindakan plagiarisme.

Setelah diraa materi yang ia cari cukup bagus, Nabila langsung menghafalkannya. Ia tak berambisi untuk terpilih, tetapi ia berlatih karena memang ia tak ada kerjaan lain. Di saat ia berdiam diri di kamar, pikiran-pikiran yang tak diinginkan kadang berseliweran mengganggunya dan membuatnya menjadi tidak bahagia. Lebih baik ia menyibukkan diri saja.

Untungnya sebelumnya Nabila bertanya kepada Aula mengenai bagaimana cara menghafal secara efektif. Gadis itu mengatakan kalau menghafal harus bersuara seperti berbicara lalu dibaca berulang kali sehingga belum sampai mahgrib, Nabila sudah hafal materi tersebut. Malamnya setelah menelpon Rehan, Nabila langsung rebahan di kasur tercintanya lalu segera terlelap sampai matahari menyembul.

***

Setelah melihat Rehan pergi, Nabila langsung berjalan ke arah depan lab. Kendati pikirannya masih mengawang memikirkan ucapan gafis bercepol tinggi tadi. Tetapi ia berusaha alihkan pikirannya untuk menghafal materi yang sedang ia genggam. Menyibukkan diri untuk mengalihkan pikiran.

Pada pagi hari itu kandidat peserta LKS tidak datang ke kelas. Mereka mendapatkan surat dispensasi sehingga langsung datang ke lab.

Bergitu sampai di depan lab, Nabila mendapati Aulia yang membenarkan rambur kucir kudanya dan Sindy fokus dengan materinya yang berada di pangkuannya.

Tak lama kemudian kandidat peserta LKS yang lainberdatangan dengan membawa materi masing-masing di tangannya. Hal itu membuat semangat Nabila berkobar untuk menghafal teksnya dengan sempurna. Ia tidak berharap menang dan mewakili sekolahnya untuk mengikuti LKS. Hanya saja ia ingin melakukan yang terbaik untuk kesempatan yang tidak datang dua kali. Dia kelas nilainya tidak bergitu baik, namun kali ini ia ingin melakukan yang terbaik seperti yang sudah terjadi ketika SMP.

Akhrinya Bu Dwita dan Bu Norma datang untuk membuka pintu lab yangs sebelumnya terkunci. Masuklah enak orang calon peserta LKS tersebut.

Tak disangkal, tangan Nabila menjadi dingin dan berkeringat ketika ia memasuki lab tersebut. Jantungnya terasa seperti berdetak lebih cepat. Bertalu-talu hingga ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

"Ibu sudah menulis nomor urutan untuk maju presentasi dan sudah ibu lipat hingga tidak kelihatan nomornya. Jadi kalian pilih satu lipatan kertas tersebut." Bu Norma menjajakan lipatan tersebut dari Faisal sampai ke Sindy. Nabila pun sudah mendapati lipatan kertasnya, belum berani ia buka.

"Aku urutan ketiga," ucap Aulia yang duduk di samping Nabila. Akhirnya mau tak mau Nabila membuka lipatan kertas tersebut. Ia melihat garis lurus yang berarti satu. Aulia menggenggam tangan Nabila ketika ia melihat angka satu di genggaman Nabila. "Fighting," ucap Aulia.

"Langsung maju ya yang mendapat urutan pertama dan langsung berganti ke urutan selanjutnya," ucap Bu Dwita.

Nabila meyakinkan dirinya lantas melangkah ke depan menghadap lima orang yang sorortan matanya mengarah ke Nabila.

Ia belum pernah presentasi menggunakan bahasa inggris. Pengalaman presentasinya hanyalah presentasi kelompok yang membaca teks di kelas. Bukan berdiri sendiri tanpa teks, bukan di hadapan lima murid pintar dan dua guru yang menaruh perhatian penuh terhadpanya saat ini.

"Good morning dan have a good time my beloved friends. Today I will show you my presentation under the title Performance of Secretary. Before I tell you more about Performance of Secretary ..... untungnya usahanya tadi malam dan pagi ini tidak menghianati. Presentasinya lancar meskipun terdapat beberapa paragraf yang ia lupa sehingga tidak ia sebutkan.

Presentasi terus berlanjut. Tidak semua lancar. Bahkan Aulia tidak lebih bagus dari Nabila. Gadis itu memang tidak begitu baik apabila menyangkut bahasa inggris. Namun, ia berjuang keras untuk mencari dan menghapal materi. Bukankah anak pintar akan kalah dengan anak rajin?

Pada pukul sembilan pagi, enam kandidat tersebut selesai membawakan presentasi dengan menyisakan kebingungan para juri yaitu Bu Dwita dan Bu Norma. Akhrinya setelah selesai presentasi, mereka dibebaskan untuk berselancar di internet. Nabila pun langsung memakai headset lalu menuju youtube untuk mendengarkan lagu.

Membuat keputusan untuk siapa yang pantas mewakili sekolah memanglah sulit. Ditambah lagi dengan kemampuan mereka yang hampir sama dan juga dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Setelah menghabiskan waktu sekitar lima belas menit, Bu Norma mengumumkan siapa yang pantas untuk ikut LKS. "Jadi, setelah dipertimbangkan matang-matang kita memutuskan bahwa Sindy Amelia dan Nabila Shafa Kamila mewakili sekolah untuk berjang di LKS. Yang tidak terpilih bukan berati kalian buruk lho ya."

Nabila tak mempercayai indra pendengarannya. Ia tidak berekspetasi atau berharap untuk ikut LKS. Toh ia masih kelas sepuluh, yang lebih berhak ikut adalah senior.

Perasaan dan pikirannya saat ini campur aduk. Mulai dari ia ikut LKS yang berarti harus berlatih sangat keras, Rehan yang jauh sehingga mereka berhubungan jarak jauh, dan juga perkataan gadis bercepol mengenai Rehan yang menyakiti hatinya.

"Tumben enggak pulang sore?" tanya ibu di kala Nabila sedang mencuci piring dan asyik dengan pikirannya sendiri.

"Bu, aku ikut lomba jurusan yang mewakili sekolah. Kalau di SMA setera dengan olimpiade," ucap Nabila.

"Owh, selamat ya. Menangin biar dapet duit."

Nabila tak membayangkan ibunya akan merespon seperti itu. ia kira Ibu akansengan ataupun terkejut. Namun, ekspresinya malah datar yang menyambutnya. Memang, kalau sudah menjadi ibu-ibu nomor satu yang ada di kepalanya adalah uang.

Karena tangan Nabila yang licin dan tak kuat memegang gelas, benda tersebut jatuh di antara piring-piring kotor lalu pecah.

"Heh, Nabila! Itu gelas mahal kenapa kamu pecahin!" tersadar dari lamunan karena berntakan Ibu, Nabila melihat gelas keramik yang sudah hancur berkeping-keping. Tapi ia tak sengaja.

"Ibu gitu ya, anaknya ngasih tahu kalau ikut lomba malah dibentak-bentak bukannya dipuji. Aku ranking enggak penah dibeliin hadian. Emang bener ya kalau Ibu Cuma sayang sama anaknya yang bisa ngasilin duit!" grls lain ia pecahkan di lantai lalu berjalan ke kamarnya membanting pintu. Hubungannya dengan Ibu makin bertambah buruk.

Tentang NabilaWhere stories live. Discover now