🌻01🌻

118K 3.8K 817
                                    

Selamat datang👋

Kalian nemu cerita ini dari mana?

Jangan lupa ⭐ dan 💬 nya, yaw!

♡♡♡

Namanya Tania, Lantania Ayu Fernanda. Umur 19 tahun. Ia baru saja lulus SMA beberapa bulan lalu dan rencananya akan melanjutkan kuliah di salah satu Universitas di Jakarta. Tania memiliki sifat supel, pandai bergaul dan asyik diajak berbicara. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang baik dan rendah hati oleh para tetangganya, tapi terkadang juga ada sisi menyebalkan yang keluar dari diri gadis berparas ayu itu.

Kini Tania tinggal seorang diri di wilayah Grand Daania, komplek perumahan yang cukup elit di tengah kota. Alasan ia memilih tinggal sendiri karena supaya lebih dekat dengan tempat dirinya menuntut ilmu. Gadis itu memutuskan untuk tinggal sendiri sejak masih duduk di bangku kelas sebelas. Awalnya, kedua orang tua Tania tidak setuju, apalagi ia seorang perempuan. Akan tetapi, gadis itu terus mencari cara supaya mendapat izin dari orang tuanya.

Entah doa apa yang  dipanjatkan, hingga hati orang tuanya pun luluh. Dan di sinilah Tania tinggal. Untuk kebutuhan sehari-hari ia tidak perlu khawatir, karena kedua orang tuanya akan mengirimi uang setiap satu bulan sekali.

Sejak awal pindah hingga sekarang Tania selalu bersikap baik dengan para tetangganya. Begitu pula sebaliknya. Terkadang, jika ada tetangga yang masak kebanyakan, ia akan selalu diberi. Dengan senang hati Tania pun menerima pemberian itu. Hitung-hitung irit pengeluaran.

Seperti siang ini contohnya, Tania baru saja pulang dari mall bersama teman-temannya. Saat berjalan menuju rumah, ia melihat ada beberapa ibu-ibu yang tengah berdiri di depan rumahnya. Karena penasaran, gadis itu segera menghampiri ibu-ibu tersebut.

"Loh, ibu-ibu lagi ngapain kumpul di sini?" tanya Tania saat berada di hadapan ibu-ibu itu.

"Kamu dari mana, Tan? Ini ada sayur sop buat kamu makan siang," tanya Bu Emi sembari memberikan semangkuk sayur sop pada Tania. Gadis itu menerimanya dengan baik.

Tania tersenyum, "makasih, ya, Bu. Maaf Tania selalu ngerepotin Bu Emi."

"Nggak apa-apa loh, Tan."

"Eh iya, ibu-ibu pada ngapain di sini?" Tania mengulang pertanyaannya.

"Kamu tahu nggak, Tan, kalau kita itu bakal punya tetangga baru di sini," jawab ibu-ibu berambut sebahu, yang Tania ketahui namanya Erna itu.

"Tetangga baru?" beo Tania.

Bu Endang mengangguk, "iya. Mana duda, ganteng lagi. Iyakan ibu-ibu?"

Tampak Bu Emi, Bu Erna dan Bu Asih kompak mengangguk. Sementara Tania hanya geleng-geleng kepala. Bukankah ibu-ibu ini sudah punya suami semua? Lantas mengapa mereka sangat antusias menyambut tetangga baru yang mereka sebut duda itu? Apakah suami mereka tidak marah kalau tahu kelakuan istrinya seperti ini?

"Kok kamu biasa aja sih, Tan?" tanya Bu Emi.

Tania menatap Bu Emi, "terus Tania harus gimana, Bu?"

Bu Erna menghela napas, "ya harusnya seneng juga dong. Dudanya itu ganteng loh, meskipun udah punya anak empat, tapi masih gagah perkasa tau. Kemarin udah sempat ke sini untuk mengecek lokasi rumah yang bakal di tempati. Tapi, dengar-dengar sih katanya bukan dia yang mau menempati rumah itu, melainkan anak-anaknya."

"Memangnya rumahnya yang sebelah mana, Bu?" tanya Tania yang sedikit penasaran.

Bu Endang menunjuk rumah megah yang ada di depan rumah Tania, gadis itupun mengikuti arah tunjuk Bu Endang.

DUDA TAMPAN (End) Where stories live. Discover now