T H I R T Y N I N T H ; Decision

45.6K 6.5K 1K
                                    

Terima kasih buat antusias kalian di part sebelumnya.

Target seperti kemarin. Vote 1k dan komen 400.

Sekitar 7 part lagi tamat. Bisa kurang atau lebih tergantung situasi.

Happy reading! ❤

“A-aku kehabisan napas,” ujar Oline yang kembali berusaha melepaskan dekapan erat Kennan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“A-aku kehabisan napas,” ujar Oline yang kembali berusaha melepaskan dekapan erat Kennan.

Namun usahanya tidak membuahkan hasil. Tenaga Demon itu terlalu kuat. Jadi Oline memutuskan membiarkannya saja.

Beberapa menit kemudian Kennan merenggangkan pelukannya, lalu menatap wajah Oline lekat. “Kau Oline yang asli?”

Sontak Oline tertawa mendengar itu. “Tentu saja ini aku. Kau kira hantu?” jawabnya sembari mencebikkan bibir.

“Tapi bukankah kau—”

“Ah, soal itu ya.” Oline mengembangkan senyumannya. “Sebenarnya ini rencana Queen. Dia ingin mengerjaimu,”

Kening Kennan mengerut. “Benarkah?”

Melihat raut wajah tak percaya Kennan, Oline terkekeh. “Queen juga ingin melihat reaksimu saat aku tidak ada.” Kemudian gadis itu menggumam, “Ternyata cukup buruk.”

“Jadi?”

“Jadi apa?” tanya Oline balik. Tidak mengerti maksud Kennan.

“Kau tidak jadi kembali?”

Oline tersenyum. “Tidak.”

“Lalu selama ini kau di mana?”

“Aku?” Oline menaikkan satu alisnya. “Tentu saja di sini. Saat dari hutan, Queen menyetujui permintaanku untuk tetap bersamamu. Tapi saat aku mencarimu, kau tidak pernah muncul.”

Oline mengerjap pelan. “Tapi Kennan ... bisakah kau melepaskanku? Pakaianmu basah.” Gadis itu mendorong pundak Kennan dengan tenaga yang dia miliki. Namun Kennan tetap bergeming.

“Aku marah padamu.”

Seketika Oline tercengang begitu Kennan mengatakan itu. “Hah? Kau bercan—” ucapan Oline terhenti begitu dengan gerakan cepat Kennan menarik tengkuknya lalu menyatukan bibir mereka.

Mata Oline melebar. Apa lagi ketika merasakan lumatan lembut di bibirnya. Bibir Kennan yang dingin membuat sensasi berbeda saat menyentuh bibirnya. Astaga, kali ini Oline tidak dapat berpikir jernih.

“YA AMPUN!” seruan nyaring itu tiba-tiba menggema, membuat kesadaran Oline kembali lalu mendorong Kennan. Untungnya kali ini dia berhasil.

Pandangan Oline beralih ke sumber suara. Di ambang pintu, terlihat Caitlin yang sedang menutup kedua matanya menggunakan telapak tangan.

“C-caitlin, ini tidak seperti—”

Perlahan Caitlin menurunkan tangannya. Dia menunduk sambil memilin jemarinya. “Maafkan aku sudah mengganggu kegiatan kalian.”

Prince in a Dream ✓Where stories live. Discover now