V.

220 39 4
                                    

Dunia semakin memutar setirnya kearah yang menyimpang dari jalur utama. Apa kau tidak ingin mengikut mereka juga?

"Ah, tidak usah munafik seperti itu. Aku tahu semua dari kita juga mengingini hal itu sama-sama bukan? Kenapa harus mengingkari keinginan hatimu?"

Kenapa menolak? Kau pikir kau hidup dimana?

"Lagipula, aku sudah punya duniaku sendiri, kenapa juga aku mengingini dunia orang lain? Aku pernah dengar bahwa keserakahan itu dosa. Aku tidak ingin bergabung bersama denganmu. Berhenti menggodaku dengan kenikmatan sesaat itu."

Dasar bajingan munafik.

"Terserah padamu, aku hanya memberikanmu pilihan untuk dipertimbangkan secara matang,"

Ya, setidaknya kau bisa bebas. Kau mau busuk diantara kawat-kawat karatan ini? Dasar sinting.

"Setidaknya aku berusaha untuk menciptakan jalan sendiri ketimbang mengikutimu dan berakhir menjadi barang tak bernilai. Jangan bermain teka-teki dengan sesama kancil, kau tahu."

[ (𝒊𝒍𝒍)𝒖𝒔𝒊𝒐𝒏 ]

27 May 💌 203

Hai? Sudah satu minggu kita tidak berbagi kisah 'kan? Sekarang waktunya, beri tahu aku apa yang tengah menjadi topik kali ini.

Gadis dengan rambut coklat gelap itu sedikit menggores senyum—tentu saja ia rindu berbagi keluh kesah dengan sesamanya. Terhitung sudah satu minggu sejak terakhir kali surat mereka terkirim pada satu sama lain.

"Dasar tidak berguna, cacat, menyusahkan saja!"

Cairan bening kini mengucur bebas dari pelupuk matanya, bayang masa lalu kembali mengusik hidupnya—apakah melupakan kefatalan seseorang di masa lalu sesulit ini? Apakah ia disebut egois untuk itu? Tidak, semuanya berakhir indah hanya dengan proses; dan proses itu bukan sekedar menunggu hingga segalanya tercipta sendirinya.

"Dengan ini, kuharap kalian berhenti mengejar laju dunia untuk bersama-sama memutar arah dari jalur utama. Berhenti melukai dirimu sendiri."

Aku disini, membuka telinga untuk kalian.

"Dan berhentilah mencari mautmu."

[ (𝒊𝒍𝒍)𝒖𝒔𝒊𝒐𝒏 ]

Tuk.

"Oh, dia masih ingat rupanya."

Gadis dengan rambut tergerai bebas berjalan kearah pintu yang terkunci dari luar—satu minggu sudah berlalu sejak surat terakhir ia dapat.

Senyumnya terukir ketika netranya menelusur rentetan kata yang tertulis rapih diatas permukaan kertas itu.

"Orang ini, siapa sih? Percaya diri sekali.." decihnya sambil melempar surat yang barusan ia baca ke sembarang arah—niatnya untuk tidak membalas surat kali ini sebelum sebuah pokok pikiran terpikir dalam pikirannya.

Dengan sekejap saja kedua tangannya telah menggenggam dua benda yang berbeda—selembaran kertas sudah ia pegang ditangan kiri sementara pena ditangan kanan, apa lagi yang akan ia lakukan selain membalas surat itu?

ILLUSION [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang