VI.

209 38 2
                                    

Dia. Kata hati. Sendirian. Lelah.

Siapa yang akan menjadi kepercayaannya setelah segala kejadian pahit menghantamnya hingga tubuh lemah itu terhempas di tempat terkutuk seperti ini? Siapa yang harus ia jadikan sosok pahlawannya setelah semuanya benar-benar berlalu? Siapa yang akan memiliki harta karunnya setelah segalanya berakhir? Ya, hanya dia yang berhasil menemukan suratnya dibalik halaman akhir diary nya.

bukan. ini bukan tentang amanatnya sebelum mati atau sebagainya—hidupnya lebih menyedihkan dari sepotong drama. she has more worse than them.

Kalau boleh dia jujur, drama tidak berarti apapun jika disandingkan dengan kisahnya yang lebih realistis dan bisa terjadi di keadaan bagaimana pun—toh, sebagian besar manusia yang tinggal di bumi ini pernah merasakan depresi—baik di sadari ataupun tidak, berita baiknya ketika mereka kuat mereka tak akan merujuk pada hal-hal gila untuk membahayakan diri sendiri.

psikosis+somnambulism.

Namun, yang terjadi padanya bahkan tidak bisa dikatakan baik—toh, dia sudah berulang kali berpikir untuk mengakhiri kisahnya pada waktu-waktu yang kini dapat ia sebut berlalu. sekali lagi, apa yang bisa dilakukan gadis sepertinya untuk membebaskan diri dari tempat yang tiada harapan seperti ini selain menunggu sang pahlawan datang membawanya pergi ke tempat jauh dan pastinya sangat indah.

tidak berlebih 'kan jika ia berharap hal itu? tidak banyak yang ia mau selain bebas dari tempat ini dan tak lagi bertemu oleh orang-orang yang hanya ingin memperalatnya.

orang bilang, dirinya ialah iblis yang hidup dikalangan malaikat. namun saat ini, dirinya hendak berhadapan dengan cermin—dimana ia bisa membaca kejahatan yang terselip diantara kolong emosinya. tapi, dimana cermin yang ia cari? apa benar dia seburuk iblis yang hidup diantara para malaikat? apa benar dia yang menjadi penyebab kehancuran keluarganya, seperti kata bibinya?

Atau justru mereka lah iblis itu sendiri.

namun, sepertinya Tuhan lebih tahu apa yang ia butuhkan detik ini. ya, Tuhan tak ingin dirinya berakhir diluar rencana-Nya. Tuhan tak menginginkannya pergi dalam tempo yang singkat, Tuhan masih mengehendaki kehadirannya di sela roda kehidupan buatan-Nya.

dan Tuhan masih menginginkan dirinya untuk mengatakan kalimat-kalimat yang belum terucap dari sebelum semuanya benar-benar berakhir.

iya, dia percaya bahwa dia tak lagi pemilik dirinya dan ia yakin bahwa tujuan hidupnya sedikit lagi lalu ia akan bebas.

[ (𝒊𝒍𝒍)𝒖𝒔𝒊𝒐𝒏 ]

pandangannya kosong, pupil matanya semakin menggelap, wajahnya kian memucat tanpa sebab.

apa mungkin ia semakin kehilangan kewarasannya? apa benar bahwa dia menjadi salah satu penderita somatisasi seperti vonis dokter? entahlah, ia merasa bahwa organ tubuhnya tak lagi utuh.

sakit terasa menjalar di berbagai organnya hingga memaksa gadis itu untuk terus bungkam dalam menahan sakit itu sendirian.

namun hal yang lebih menyakitkan berpusat pada berita yang ia dengar mengenai dirinya yang mengidap skizofrenia serius selama beberapa tahun sejak kepergian kakaknya. setelah ini, apa yang perlu ia tunggu lagi? setelah ia mengetahui tepat segala sakit yang ia derita?

napasnya berhembus, seandainya ia bisa sekali lagi saja bertemu oleh kakaknya— mungkin saja deritanya sudah menguap begitu saja, seandainya kakaknya bersamanya saat ini mungkin saja ia tak akan pernah duduk diatas ranjang tua yang kerap kali berderit nyaring.

Seandainya, akan tetap seandainya.

ia hanya bisa berharap bahwa semuanya akan pulih dan kembali seperti sedia kala. Dimana semuanya tidak berlalu begitu saja diluar kemauannya, melainkan semuanya berakhir sempurna. Dimana dia bisa menjadi pelindung bagi keluarganya, namun dia gagal.

ia gagal untuk menjadi yang sempurna.

justru, karena dirinya sendirilah mimpi itu terbakar habis oleh api egosentrisnya. dan kini, hidupnya berbayang-bayang sesal.

menyesal karenanya, semua yang ia sayang justru pergi—termasuk dirinya sendiri.

[ (𝒊𝒍𝒍)𝒖𝒔𝒊𝒐𝒏 ]

"nona, berhenti begitu. Anda bisa memperparah keadaan anda."

seketika, kuasnya jatuh—lantai itu kini memiliki corak merah yang mengering di permukaannya.

gadis dengan lesung pipit itu kini berbalik, netranya menukik tajam kearah sang pemilik suara. ada yang salah dalam berkarya? toh, ia tak pernah mencoba merusak orang lain dengan karya yang mereka buat, namun kenapa merek justru mengusiknya saat ini?

"kenapa? anda tidak berhak untuk melarang saya."

sang pria dengan jas putih kelam itu mendekat kearah sang gadis yang masih setia mengenakan pandangan bencinya, pria itu mencapai kursi yang berada di ujung ruangan. menjaga jaraknya dari sang gadis, takut-takut gadis itu melakukan hal gila.

"saya hanya akan memastikan keadaan anda, saya juga membawa hasil vonis anda." gadis itu berdecak, ia sudah tahu hal itu akan terjadi, mengapa perlu ia mengetahuinya kembali? dia tidak bodoh hanya untuk sekedar mengetahui dirinya sendiri.

ia duduk diatas ranjangnya seraya tersenyum, "sudah berapa kali saya bilang? Saya sudah tahu, pak tua. anda tak perlu memberi tahu lagi. Saya sudah terlalu muak."

pria itu terdiam sesaat, "tapi ini berbeda dari vonis sebelum-sebelumnya, nona."

Sontak, gadis itu membuang wajahnya pada sang pria yang kini menggenggam berkas-berkas di tangannya. Gadis itu menatapnya, "maksut anda?" Pria itu sedikit tersenyum lalu meletakkan berkas itu di samping pemiliknya.

Sesaat, tubuhnya bergetar hebat. Maniknya menatap berkas itu gusar, mulutnya terkatup berulang kali seakan ia baru saja membacakan isian berkas itu pada pria dihadapannya.

Patient suffered caused tourette syndrome also hypochondriac.

Jemarinya tak lagi mencengkram kertas-kertas hasil tesnya sendiri. Kini, lantai ruangan itu kembali bertaburkan kertas-kertas. bibirnya tak henti bergetar, giginya bergemeretak—ada apa dengannya?

Pria itu tertawa seraya memberikan tepukan-tepukan untuk memeriahkan tawanya sendiri, "you look pathetic, they're right. Seharusnya aku datang dari kemarin, reaksimu membuat perutku gatal."

Pria itu berdiri sembari memungut kertas-kertas dari lantai lalu meninggalkan gadis itu termenung. Apa lagi ini?

[ (𝒊𝒍𝒍)𝒖𝒔𝒊𝒐𝒏 ]

hUWA IM BREATHING AGAIN-

ILLUSION [√]Where stories live. Discover now