note: please play Rara Sekar - Growing Up.
changbin hanya tersenyum ketika menyadari bahwa felix terlihat ragu terhadapnya. ia melepaskan pelukannya, beranjak menjauh dan membiarkan felix terjun ke dalam pikirannya. berusaha menemukan jawaban yang tepat untuk dirinya dan juga si bayi yang sekarang sudah berkembang di perutnya.
“kakak ke kantin dulu, ya? kamu ga apa-apa kan ditinggal sendiri?” tanya changbin.
felix menggeleng pelan, mendudukkan dirinya dan hampir beranjak turun jika saja changbin tak langsung menahannya. “eh? mau kemana, diem aja di kamar, sayang.” omel laki-laki bermarga seo itu sembari membantu felix untuk merebahkan tubuhnya lagi.
“aku mau kakak. jangan kemana-mana..” memeluk lengan changbin, felix berbisik. ia menggeser tubuhnya, membiarkan changbin duduk di ranjang dan bersandar sementara felix menjatuhkan kepalanya di bahu laki-laki itu.
“aku mau, kak.” ucap felix lagi, membuat changbin tersenyum tipis sembari mencium kepala yang lebih muda.
felix memejamkan matanya, menahan tangisnya sembari memeluk erat changbin. “maaf, felix.” balas yang lebih tua, perlahan tangannya naik dan mengelus perut felix yang mulai membesar.
air matanya sudah menetes, felix bersumpah ia tak tahu mengapa air matanya turun begitu saja. ia tak pernah berfikir segalanya akan berakhir seperti ini. ada perasaan antara menyesal dan tidak menyesal tentang ia yang sengaja menyembunyikan segalanya.
lagipula ia tak tahu apa reaksi changbin kala itu, tak ada yang tahu jika changbin akan menjadi seperti sekarang.
•••••
felix terbangun di pagi hari, menyadari bahwa changbin tak ada di sisinya. ia meringis, perutnya mendadak keram dan gatal, punggungnya terasa benar-benar sakit. laki-laki itu berusaha duduk dan turun dari ranjangnya, berniat meregang tubuh. lagipula, ia sudah mampu berjalan lagi sekarang dan infusnya juga sudah dilepaskan karena ia berencana pulang besok.
ia melangkah perlahan ke arah balkon kamarnya, menahan nyeri perut yang ia anggap biasa saja. sembari menggigit bibirnya, ia dapat melihat changbin di bawah sana. baru saja kembali dari supermarket sepertinya. felix tersenyum ketika changbin mampu melihatnya dari bawah. namun nyerinya semakin bertambah, membuatnya terduduk di balkon sembari memegangi perutnya.
changbin tanpa basa-basi langsung berlari ke dalam rumah sakit, mengejar felix di kamarnya.
“shhㅡ u-udah.. nak, kamu kenapa- sakit banget astaga..” ringis felix sembari menunduk, merasa janinnya menendang dengan kuat ditambah nyeri.
pintu kamar terbuka, changbin dan juga beberapa suster di belakangnya langsung mengangkat felix dan menidurkannya di atas ranjang. dokter masuk ke ruangan, memeriksa felix yang terus-terusan meringis dan memegangi perutnya.
“kak, sakit.. kak-” ringisnya sekali lagi sembari menggenggam jemari changbin dan memejamkan matanya.
yang lebih tua langsung menatap sang dokter, seolah meminta jawaban apa yang baru saja terjadi. “bayinya bisa dibilang cukup kuat pergerakannya, jadi saudara felix ini terkejut. dan perutnya kram itu karena kulitnya yang mengembang.” jelas dokter sembari memberi felix obat penenang yang cukup menbuatnya sedikit tenang dan tidak sepanik tadi.
“jangan terlalu panik, oke? itu bisa bikin kamu stress, felix.” jelas dokter lagi sembari tersenyum dan meninggalkan ruangan tersebut disusul suster.
“sumpah, felix, kakak lari-lari sampai dikejar satpam dari luar karena dikira ngerusuhin rumah sakit. seharusnya kamu tunggu kakak dulu kalau mau jalan, ya?” ucap changbin sembari mencium punggung tangan felix.
felix mengangguk lemah. mereka berdua menghadap ke arah pintu ketika mendengar suara ketukan, changbin berdiri dan langsung membukakanya.
“gimana felix?” tanya seseorang di luar sana. terdengar seperti suara perempuan.
matanya melirik ke arah pintu, changbin membiarkan perempuan itu masuk bersama seorang laki-laki di belakangnya.
“hai, lix.” sapa chaewon sembari tersenyum manis, dengan chan yang berdiri di belakangnya.
“tadi perutnya sempat kram, gue gatau kalian bakal kesini sekarang.” jelad changbin sembari mempersilahkan kedus temannya duduk di sofa.
chan melirik felix lagi, laki-laki itu terlihat mengantuk. obatnya sedang bereaksi. jadi ia dan chaewon tidak akan mengganggu waktu istirahat felix dengan mengajaknya mengobrol.
“gimana?” tanya chan.
“apanya?”
“lo bakal gimana ke dia?”
changbin tersenyum, kali ini senyuman yang tak biasa ia berikan kepada chan. senyuman hangat yang jarang sekali chan dan chaewon lihat saat felix menghilang.
“i'm going to marry him. as soon as possible.”
balasnya, dengan nada yang begitu yakin.
ㅡㅡ
damn kmrn aku nonton Dua Garis Biru
dan, boom! konfliknya 11/12 sama ff ini. aku salut sama diriku sendiri :")))
KAMU SEDANG MEMBACA
DUMB.
FanfictionKenyataannya, ada yang bisa disebut bodoh lebih dari kata bodoh itu sendiri. NOTE: ( ❗❗ ) Male!Pregnancy. Status: COMPLETED. ✔️ - Highest: #6 on CHANGLIX #3 on CHANGLIX #4 on CHANGBIN
