00.0 || Intro

8.5K 604 79
                                    


-o0o-


Pijakannya masih terpaku tepat di depan pintu kaca di hadapannya. Dia menarik napas sejenak, sebelum  melangkah pelan bersama seikat krisan putih dalam genggamannya. Langkah konstannya ia bawa bersama hening yang menjadi teman dukanya.

Gemuruh di dadanya masih menjalar bersama rematan tak kasat mata yang kembali menikam relungnya. Langkah demi langkah yang ia bawa kembali mengantarkannya pada memori menyakitkan akan sebuah kehilangan.

Langkah tegasnya berhenti tepat di depan guci keramik di hadapannya. Pekat irisnya melirik pigura beku di samping guci keramik itu. Dia menengadah sebentar, berusaha menahan panas yang membuat matanya kembali berair.

Dia menarik napas sejenak, berusaha mengurangi sesak di dadanya. Meskipun sia-sia, sebab saat tangannya bergerak meletakan seikat krisan di samping guci abu itu, sesak yang ia rasakan semakin menyiksa dirinya.

Tangan yang tadi meletakkan seikat krisan itu beralih mengusap pigura itu sejenak, sebelum memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Lalu menyunggingkan segaris senyum pada sosok dalam pigura mati itu.

"Hai, aku kembali."

Dia masih mempertahankan segaris senyumnya. Kendati gemuruh di dadanya meronta ingin di tumpahkan. Tapi ia sudah sudah bertekad, dia tidak ingin terlihat lemah di depan sosok itu.

Sosok, yang entah sejak kapan memiliki pengaruh besar dalam hidupnya. Yang mampu memporak-porandakan semestanya.

Sosok, yang membuatnya kembali menaruh harap pada sang semesta.

"Kenapa kau pergi?"

"Karna tidak ada tempat untukku."

"Tapi itu juga rumahmu."

"Itu bukan rumahku. aku tidak punya rumah untuk pulang."

"Kalau begitu aku yang akan menjadi rumahmu, ayo pulang bersamaku."

Memorinya kembali mengingat jelas penggal-penggal kalimat harap yang ia lontarkan pada sosok itu. Dan membuatnya kembali mengingat akan harap yang kembali semu baginya.

Kenapa sosok itu pergi? Kenapa sosok pergi setelah memberi secuil harap padanya?

Dia menengadah, kali ini satu bening tetes berhasil jatuh setelahnya. Kedua tangannya saling mengepal di kedua sisi, mati-matian menahan gemuruh yang semakin menyakitkan saat kakinya kembali berpijak disana.

Sebab harapnya telah benar-benar pupus sejak sosok itu memilih lenyap bersama harap yang hanya tinggal angan baginya.

"Hei, kau sudah pergi. Lalu, kemana aku harus mencari rumah untuk pulang?"


  



To be continued


Ku putuskan untuk publish lagi cerita ini^^
Selamat datang di semesta penuh luka dari cerita mereka.

Intinya, jangan mengharapkan happy ending di lapak ini, udah jelas banget ini endingnya ygy 🙈

Semoga suka ❤
-Lalanaraya-

Say welcome to Vmin again:)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Say welcome to Vmin again:)

SADDEN [Winter Painful] ON HOLDWhere stories live. Discover now