16. Red face

3.1K 471 27
                                    

Kim Namjoon
    
      
    
"HYUNG~!"

Taehyung memanggil sambil bersenandung panjang dengan suara besarnya dari luar kamarku, membuatku tersentak kaget dan terpaksa harus bangun karenanya.

"HYUNG~!"

Sekali lagi satu teriakan dari anak itu terdengar semakin dekat ke arah pintu kamarku. Kutenggelamkan kepalaku dengan selimut dan menutup telinga erat-erat dengan mata tertutup rapat agar bisa kembali tidur.

"HYUNG!"

Taehyung berteriak sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia mendengus kasar melihatku masih bergelung di bawah selimut tanpa adanya tanda pergerakan sama sekali. Padahal seharusnya aku sudah berpakaian rapi untuk ke kampus karena jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Terlambat satu jam.

"Kau tidak ke kampus, hyung?" tanya Taehyung tepat di sebelah kasurku.

Tahu-tahu dia sudah menarik selimutku sekuat tenaga sampai aku terhenyak kaget. Aku mengerang kesal lantas mengambil bantalku untuk menutupi kepalaku.

"Kenapa kau begini, hyung? Sakit, ya?" tanya Taehyung lagi mendekatkan kepalanya ke samping kepalaku dengan tangan yang berusaha menarik bantalku.

Genggamanku mengerat di sisi bantal, menolak untuk menjauhkan bantalnya. "Aku demam." Ucapanku teredam dan hampir tidak dapat didengar Taehyung.

Pria itu mendekatkan telinganya tepat di atas bantal dan bertanya, "Kau kenapa, hyung? Aku tidak dengar."

"Kubilang aku demam, Kim Taehyung!" pekikku kesal dan tanpa sadar menjauhkan bantalnya dengan cepat sampai terlempar ke ujung kasur.

Buru-buru aku tarik kembali selimutku sampai ke ujung kepala. Taehyung terbelalak melihat wajahku yang memerah tadi dan sekali lagi menarik selimutku dengan sisa tenaga yang ada.

"Hyung, wajahmu merah sekali. Apa demammu tinggi? Ayo ke dokter!" perintahnya khawatir dengan tangan masih berusaha menarik selimutku.

"Tidak, Tae. Hanya demam biasa. Nanti juga sembuh sendiri. Pergilah bekerja dan jangan khawatirkan aku," ujarku setengah berteriak di dalam selimut dengan tangan yang menahan selimut agar tidak tertarik lagi.

Beberapa kali percobaan membuat Taehyung lelah sendiri. Dia melepas selimutnya kemudian berkacak pinggang melihat tingkahku yang mencurigakan. Daripada khawatir, Taehyung malah penasaran ada apa denganku pagi ini.

Dia menarik napas dan menatap selimut yang ada aku di dalamnya dengan tatapan tajam. "Aku akan pergi kalau kau membiarkanku mengukur panasmu dulu, hyung."

Aku tidak menjawab. Memilih untuk berpura-pura tidur agar Taehyung menyerah dan segera pergi. Aku itu tidak demam, Tae. Aku hanya.......

....bagaimana pula aku menjelaskannya padamu, ya?

"Aku tidak akan pergi kalau kau tidak membuka selimutmu, hyung." Taehyung mulai mengancam rupanya. Tapi aku tetap pada pendirianku dengan berpura-pura tidur tanpa bergerak sama sekali kecuali gerakan bernapas.

"Hyung aku serius. Hari ini aku ada pemotretan dengan majalah dan tak bisa aku tunda sama sekali. Ini menyangkut dua perusahaan, tempatku bekerja dan perusahaan brand pakaian. Kau tahu kan apa konsekuensinya kalau aku tidak datang hari ini?" Taehyung kelewat tenang mengatakan itu padahal itu tentang hidup dan mati pekerjaannya, dan tak ada hubungannya denganku. Tapi dia malah melibatkanku.

Aku benar-benar tak mau menunjukkan wajahku ini!

"Sepuluh menit lagi manajerku datang, hyung. Aku akan mengatakan padanya kalau aku tidak bisa datang ke pemotretan karena hyungku sedang sakit."

[END] His Smile  |  NamjinWhere stories live. Discover now