MyHusband : 10. Mantan Terindah?

5.2K 540 31
                                    

Pukul 4 pagi.

Terdengar erangan kecil dari bibir mungil ini. Tidurnya sedikit terusik saat mendengar bunyi alarm diponselnya. Kedua matanya ia terjap-terjapkan, bermaksud untuk memperjelas penglihatannya.

Terdiam sejenak, menatap selimut tebalnya yang menutupi seluruh tubuhnya. Juga, sebuah lengan kekar yang memelukya dengan mesra didalam sana.

Ia menoleh, mendapati seseorang yang masih tertidur pulas dengan wajah damainya. Kembali terdiam, seraya memejamkan kedua matanya, mencoba mengingat apa yang sudah terjadi.

"Mas Alvin,," gumamnya pelan dengan sedikit serak.

Semalam, keduanya sudah melakukannya. Melakukan sebagaimana hubungan suami istri yang sama-sama sudah sah.

Nabila, wanita ini menggeleng. Tidak mengerti, kenapa bisa secepat ini. Bukankah, semalam ia merasa ngantuk? Lalu pria itu mengajaknya ke kamar?

Terdengar helaan nafas panjang, menatap wajah tampan suaminya. Wajahnya yang tengah tertidur, sudah bak seorang bayi mungil yang baru lahir.

Tampan, dan bersinar.

'Kamu ganteng, Mas. Tapi, aku belum bisa ngerubah perasaan aku.'

'Aku bener-bener belum siap, Mas.'

"Kamu udah bangun?"

Suara serak itu membuat Nabila sedikit terkejut, lamunannya seakan buyar tiba-tiba.

"Aku mandi dulu, Mas."

***

Nabila saja selesai memasak untuk sarapan pagi. Menu pagi ini hanya sayur sop dan tahu tempe goreng. Persediaan di kulkas hanya tinggal itu. Mengingat, ia belum membeli persediaan untuk satu bulan kedepan. Semuanya, sudah ia siapkan diatas meja makan. Di sana, sudah ada Alvin yang duduk manis dengan pakaian santainya. Memerhatikan Nabila yang tengah menyiapkan semuanya.

"Aku belum belanja. Jadi, yang ada aja, ya Mas." ucapnya, wanita itu mulai menuangkan nasi ke piring, menyiapkan makanan untuk sang suami.

Alvin tersenyum tipis, "Aku selalu suka kok."

Nabila terkekeh seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kamu bilang selalu suka? Padahal ini hari pertama aku masak buat kamu."

"Eh," Nabila kembali terkekeh, melihat Alvin yang malah terlihat salah tingkah.

"Semoga suka, ya." Nabila menyodorkan piring yang sudah diisi nasi dan lauk pauknya. Wanita itu ikut duduk dihadapannya. Dan mulai menyiapkan makanan untuk dirinya.

"Umi sama Abi kemana?" Tanya Alvin.

"Abi nganter Umi ke tempat pengajian, barusan." Alvin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Maaf, ya untuk yang semalem." Ucapan Alvin membuat Nabila refleks menghentikan aktivitas makannya. Otaknya kembali berputar pada kejadian semalam. Ya, wanita itu sudah mengingatnya.

"Aku tahu, kamu cuma mau melakukannya disaat--"

"Kita udah sah kan? Jadi, nggak ada salahnya, kan?" potong Nabila cepat. Ia tidak mau jika Alvin berbicara yang tidak-tidak.

Alvin diam. Memang benar si. Mereka kan sudah sah, jadi tidak ada salahnya, kan?

"Makan lagi, Mas."

***

"Temen-temen aku mau kesini. Aku udah kasih alamatnya. Mereka lagi dijalan." ucap pria ini, memasuki kamarnya, mendapati sang istri yang tengah sibuk merapikan meja riasnya.

Nabila menoleh, melirik Alvin yang mulai menaiki kasurnya dan memainkan ponselnya.

"Temen yang mana?"

"Band aku."

"Ada Risya juga?"

Alvin yang tengah menunduk memainkan ponselnya, mulai mendongak. Menatap wajah sang istri seperti tengah menahan kesal.

"Iya ada. Kan dia ikut gabung juga."

Kening Alvin mengerut, menatap wajah Nabila yang terlihat semakin kesal, "Kamu kenapa, si?"

"Jangan suka cium-cium dia terus. Kamu udah nikah." Ketusnya. Biar bagaimana pun juga, Alvin sudah berstatus menjadi suaminya. Dan ia tidak mau jika suaminya masih bersentuhan dengan perempuan yang bukan makhramnya.

Alvin semakin dibuat bingung dengan tingkah aneh istrinya itu, "Maksudnya, aku nyium Risya?"

Nabila mendengus, "Foto kamu sama dia kebanyakan yang ciuman."

Alvin diam. Detik kemudian ia tertawa, "Kamu cemburu?"

Nabila diam.

"Itu artinya.. Kamu udah mulai--"

"Karena kamu udah nikah," potong Nabila cepat.

"Salah, ya. Kalo aku cium adik aku sendiri?"

"Adik? Maksud kamu?"

"Risya adik aku. Adik dari tante maksudnya."

Nabila tersentak, menatap Alvin dengan mulut yang ia buka lebar-lebar.

"Jangan ngaco deh, Mas."

Alvin terkekeh, pria itu beranjak dari kasur. Menatap sang istri yang masih memasang wajah terkejutnya.

"Nanti aku jelasin. Mereka udah sampai katanya." Setelahnya, Alvin keluar dari kamar. Meninggalkan Nabila seorang diri dengan mimik muka yang sama.

Terkejut, dan tak percaya.

"Risya, adiknya Mas Alvin?"

***

Nabila menuruni beberapa anak tangga. Tadi, Alvin memanggilnya, menyuruhnya untuk menemui teman-temannya yang sudah sampai.

Langkah Nabila terhenti, tepat dianak tangga terakhir. Pandangannya tertuju pada satu objek. Dimana, diruang tamu sana, sudah ada Alvin dan teman-temannya yang tengah asik bergurau.

"Thi--fa?"

Tubuhnya mendadak menegang, saat melihat seorang gadis di sana, gadis berambut sebahu yang kini duduk disamping teman lelaki Alvin, Agy.

Thifa, mantan terindah Alvin ada di sini?

Eh, mantan terindah, kan?

Ya, ia masih ingat dengan ucapan Alvin beberapa waktu lalu saat mengisi salah satu acara, entah acara apa itu. Yang pasti Alvin mengatakannya.

Tentang Thifa, yang berstatus mantan terindahnya.

Hm.

Perasaan Nabila saat ini mendadak bercampur. Antara kaget, tak percaya, dan-- ah semuanya sudah bercampur aduk.

"Sini, kok malah diem disitu?"

Lagi, dan lagi Nabila kembali dibuat terkejut dengan suara Alvin. Pria itu.. membuyarkan lamunannya.

Nabila berjalan, menghampiri mereka, dan ikut duduk disamping Alvin, yang kebetulan tadi pria itu duduk sendiri. Nabila mencoba tersenyum dihadapan teman-teman Alvin juga Thifa. Mencoba menghilangkan rasa gugupnya. Ini kali kedua mereka bertemu. Sebelumnya, mereka bertemu saat di acara pernikahan dirinya dan Alvin. Berbeda dengan yang lain, ini kali pertama dirinya bertemu secara langsung dengan Thifa.

"Fa, kenalin ini Nabila, istri aku." Nabila menoleh menatap Alvin dengan sedikit terkejut. Pria itu.. mengenalkan dirinya terhadap Thifa.

Thifa, mantan terindah seorang Alvin?

***

Bersambung.

My Husband [Selesai - Cerita Pindah Ke Dreame]Where stories live. Discover now