Forewood Kingdom: Side Stories

Aides to the Crown #2

HARI pertama Sang Putri masuk sekolah tinggi, situasinya kacau.

Pertama-tama, dia dan teman-temannya dari sekolah menengah sangat ribut sampai-sampai membuat para senior tingkat akhir melihati mereka dengan sebal. Seperti hierarki sekolah pada umumnya, mereka yang di tingkat akhir itu merasa paling superior di sana. Mereka mulai berbisik-bisik untuk memberi adik-adik kelas mereka itu pelajaran. Tetapi begitu menyadari bahwa salah satu dari adik-adik kelas baru mereka itu adalah Sang Putri, mereka mulai diam.

Yang kedua, si putri kerajaan yang aneh itu menyadari hal tersebut, mendatangi kakak-kakak kelasnya, dan justru mengomeli mereka karena membiarkan dirinya berbuat sesuka hatinya cuma karena dia adalah Sang Putri. Victoria juga sempat mengatakan bahwa para senior itu harusnya berani, bukan seperti pecundang! Teman-temannya dari sekolah menengah buru-buru mendiamkannya, takut-takut bahwa para kakak kelas akhirnya memutuskan untuk menyulitkan hidup mereka.

Para senior itu sangat kebingungan, jadi mereka menghindari Victoria dan teman-temannya. Itu sebenarnya bukan maksud Victoria, tapi karena teman-temannya menahannya, dia tidak bisa melabrak mereka.

Pada istirahat makan siang, Victoria mendatangi sahabat-sahabatnya yang lebih tua setahun darinya dan mereka berkumpul seperti biasa. Perbedaannya adalah keberadaan anggota baru di antara mereka. Alize Darkbrown adalah salah satu pelayan istana yang potensinya dilihat oleh sang Putri untuk menerima pendidikan di Akademi Pedang. Alize seusia mereka, sekaligus teman sekelas baru mereka. Gadis itu tampak agak tak nyaman, barangkali merasa bahwa dia mengganggu. Tapi tidak ada dari mereka yang keberatan dengan keberadaannya.

"Aku mau berpura-pura aku bukan seorang putri, tapi semua orang sudah tahu wajahku sejak Pesta Dansa Kerajaan itu," Victoria menggerutu. "Dan kenapa kalian memilih Akademi Pedang? Di tempat lain, orang-orang tidak akan mengenaliku."

Luz, Ethan, dan Rex, juga Alize, teman baru mereka, saling melempar pandangan. "Uh, baiklah, Victa. Satu, Akademi Pedang ini adalah yang terbaik di seluruh kerajaan," Ethan menjawab pertanyaannya. "Dan dua, teman-teman sekolah menengahmu juga melanjutkan pendidikan ke sini."

Victoria meliriknya sebal. "Terserahlah." Tapi dari ekspresinya, semua tahu bahwa yang dikatakan Ethan itu memang benar. Sang Putri hanya ingin mengeluh saja.

"Lagi pula, apa yang kau lakukan di sini?" Rex bertanya. "Kau seharusnya mencoba berteman dengan teman-teman sekelasmu."

Victoria mengibaskan tangannya. "Aku sudah mengenal baik seisi kelasku—hampir semuanya dari sekolah menengah Blades juga. Aku lebih tertarik dengan gosip terbaru... Kabarnya Luz, benarkah kau sedang dekat dengan Eric?" tanyanya pada Luz.

Luz meringis. Eric Thornton adalah anak lelaki Duke dari Midwall, salah satu kota penting di kerajaan. Pemuda itu sudah mengejar-ngejarnya selama beberapa saat, dan dia sangat persisten. Ethan sudah mengemukakan ketidaksukaannya pada Eric sejak awal, tapi apa yang bisa Luz lakukan? Pamannya sudah berkali-kali mengatakan bahwa Luz tidak boleh menyinggung anggota keluarga Duke manapun. "Mereka bisa membuat keluarga Northenaway kita ini hancur dengan satu jentikan jari," kata pamannya.

Luz diam-diam bersyukur pamannya tidak tahu bagaimana Eric kerap mendekatinya. Kalau tidak, dia mungkin akan mendorong Luz menikahi bocah itu untuk koneksi, terutama mengingat bahwa Eric adalah anak seorang Duke.

Bukannya Eric jelek atau apalah. Kebalikannya, pemuda itu cukup menarik. Sayangnya, kemenarikannya itu berhenti pada fisiknya saja, mentalitasnya tidak benar. Dia adalah seorang pria buaya.

Luz cukup yakin dia memacari semua gadis di akademi, menjanjikan pernikahan, lalu menariknya kembali. Tentu saja, ada kemungkinan itu hanya rumor, tapi beberapa komentar mengenai, 'istriku cukup tinggal di rumah dan mengurus rumah' tidak sesuai dengan keinginannya atau pun beberapa gadis lain di Akademi Pedang. Fakta bahwa pemuda itu mengejar-ngejarnya membuat Luz sangat tidak nyaman.