LINE 1

33 1 0
                                    

Gelap masih menyelimuti pagi. Lantunan ayat suci alqur'an sayup terdengar dari pengeras suara mesjid, membuatku tersadar perlahan. Kuraih ponsel di meja sebelah tempat tidurku. Dengan mata separuh terbuka, kutatap layar ponselku. Pukul 05.15.

Sederet nomor baru meninggalkan dua panggilan tak terjawab. Tadi malam aku tidur lebih cepat, dan ponsel kubiarkan dalam mode bergetar.

Sambil mengumpulkan nyawa aku bangkit menyenderkan punggung di sandaran tempat tidur, mengeceknya. Aku mengernyitkan dahi, mencoba mengingat-ngingat nomor siapa yang menelpon.

Hega? Nyawaku terkumpul dan mataku membulat seketika. Nomornya lupa kusimpan.

Tanpa sengaja, kemarin siang kami berdua bertemu setelah hampir lima tahun tak pernah mendengar kabar darinya. Meski singkat Hega sempat menyimpan nomorku.

Aku segera mengecek pesan satu persatu, berharap ada pesan darinya. Tiba-tiba ponselku bergetar.

[Assalamualaikum Luna] nomor baru mengirim pesan. Jantungku berdegup.

Kulihat seseorang sedang mengenakan sarung tangan dengan seluruh kepala tertutup helm, tanpa melihat kamera di foto kontaknya. Lelaki itu lengkap mengenakan pakaian balapnya. Itu Hega. Kubalas cepat pesan itu, dan segera kusimpan nomornya.

[Waalaikumsalam]

[Maaf semalam udah tidur]

[Kenapa ga?]

[Hari ini beres kuliah jam berapa?] balasnya.

[Sore, jam 4]

[Ada apa ga?] Pesan terakhirku tidak langsung dia jawab seperti pesan sebelumnya. Segera kusambar handuk dan berkutat dengan rutinitas pagi. Bukan karena harus berangkat kuliah, karena tidak ada kuliah pagi hari ini. Aku bergegas mandi untuk mengurai gugup karena pesannya yang tiba-tiba dan tanpa basa-basi.

***

Namaku Aluna Bilqis mahasiswa semseter 5, anak kedua dari tiga bersaudara. Kakakku, kak Aliya sudah menikah dan tinggal di Bandung. Alan adik laki-lakiku yang terpaut empat tahun denganku adalah seorang mahasiswa tingkat satu di kampus yang berbeda denganku.

Ketika aku di bangku SMA, usaha papa dan mama mulai mengalami kemunduran dan benar-benar gulung tikar sesaat sebelum aku lulus. Karena itu, aku ikut ajakan kak Aliya untuk tinggal dengannya setelah lulus sekolah. Selain masalah ekonomi, hubungan mama dan papa yang tidak baik saat itu, menjadi alasanku untuk tidak kuliah dan mencari kerja.

Beruntung sepupu mama, menawariku pekerjaan di sebuah kantor dinas tidak jauh dari tempat tinggal kak Aliya. Selama dua tahun aku menjadi tenaga honor disana. Sebelum akhirnya kembali tinggal bersama orang tuaku dan bisa melanjutkan kuliah dengan bantuan beasiswa meski tertunda selama dua tahun.

Alan yang ketika itu masih duduk di bangku SMP tetap ikut bersama kedua orang tuaku. Setelah Alan lulus SMP, papa dan mama menjual rumah di Jakarta lalu pindah ke Bogor. Mereka beberapa kali mencoba merintis usaha baru. Hingga akhirnya kini menjalani usaha katering rumahan. Di perumahan sederhana di kota hujan inilah tempat tinggal kami sekarang.

***

Aku memangku dagu mendengarkan dosen di depan ruangan. Mata kuliah terakhir hari ini terasa panjang membuatku bosan. Tiba-tiba ponselku menampilkan pemberitahuan. Seseorang mengundangku ke grup obrolan. Aku memeriksa satu persatu kontak yang tergabung dalam grup itu. Beberapa foto tidak tampil, tapi kutemukan nama Hega disana. Aku terkesiap saat tersadar, rupanya grup kelas semasa SMA dulu. Bisa kutebak, Hega yang memberi nomorku pada teman-teman yang lain.

[Alunaaaaa!]

[Lo kemana aja...] seseorang mengirim pesan di grup, memanggil namaku.

Sedetik saja mataku membulat, mulutku terbuka, senyum sumringah tanpa suara. Bosan yang sedari tadi bergelayut menguap begitu saja. Ah, senang rasanya menemukan mereka kembali. Segera kubalas menyapa mereka.

[Hey kalian apa kabar....?] pesanku disertai tiga emoticon bahagia.

Selanjutnya pesan tak henti-hentinya bersahutan memanggilku dan menanyakan kabarku. Singkat kubalas kalau aku baik-baik saja.

Kukirim emoticon kecupan sebanyak-banyaknya, mengingat aku sedang dalam kelas dan tak mau dosen memergokiku. Segera kusimpan ponsel ke dalam tas, setelah sebelumnya aku pamit memberitahu mereka bahwa aku tidak bisa membalas pesan lagi.

***

Aku kembali mengecek ponsel, masih di dalam mesjid duduk bersila usai shalat ashar. Obrolan grup SMA terus menerus bersahutan. Kusimak sepintas, mereka sedang mengenang kekonyolan kita dulu. Membuatku tak kuat menahan tawa. Ternyata beberapa dari mereka masih tetap sama.

[Pada ngomongin apa? Gue gak bisa manjat, udah ketinggalan] aku basa-basi ikut nimbrung lagi dalam grup.

[Lunaaa...]

[Lo balikan sama Edzar??]

Hah? Kulihat Viola, salah satu teman sebangkuku dulu yang mengirim pesan.

[Apaan sih!] balasku bingung. Aku baru ingat, hanya aku yang terbiasa memanggil 'Edzar Kaisan Hega' dengan nama belakangnya.

Kedekatan aku dan Hega terjalin ketika di bangku SMA. Terlalu naif sebenarnya kalau kukatakan aku dan Hega berstatus pacar dulu. Sayang, status kami berakhir sesaat sebelum lulus dan tak pernah meninggalkan kenangan yang berarti.

[Seriusss...?] yang lainnya bersahutan ikut penasaran.

Kukirim deretan emoticon terbahak karena tak ingin menjawab satu persatu pesan mereka.

[Gue aja baru ketemu dia lagi kemaren] aku jawab sejujurnya tanpa mengelak atau mengiyakan.

[Edzar masih balapan gak?] yang lain bertanya entah ditujukan untukku atau Hega.

Iya, Hega dulu seringkali izin tak masuk sekolah karena alasan ikut kejuaraan road race. Dan meski dari pertemuan kemarin aku tau dia masih melakoni balap motor, aku enggan menjawabnya. Yang sedang dibicarakankan pun belum nampak bergabung dalam obrolan.

[Vio, lo dimana sekarang? Udah merit?] kucoba mengalihkan topik pembicaraan.

[Mau. Hahaha...] balas Viola. Usahaku berhasil.

[Wah, serius?] aku balik penasaran.

Viola hanya mengirim emoticon tertawa sebagai balasan.

Aku beranjak keluar masjid lalu duduk di bibir teras masih dengan pandangan terpaku pada layar ponsel. Tiba-tiba seseorang mendekat menyodorkan sebotol minuman di depanku. Aku mengangkat wajah mencari jawaban. Pandanganku menangkap seorang lelaki tampan bertubuh atletis mengenakan kaos lengan pendek berwarna merah, membuat kulit putihnya terlihat kontras.

Hega!

--- BERSAMBUNG

LATE BRAKINGWhere stories live. Discover now