bab 2

14.5K 625 6
                                    

*

Saat ini aku sedang bekerja di perusahaan hariandi's crop sebagai sekertaris CEO,
Usiaku pada perusahaan baru memasuki bulan ke 11, anggap saja satu tahun

*
Aku tertidur hingga ku dengar suara azan subuh berkumandang, perlahan ku buka mataku lalu menuju ke kamar mandi, membasuh muka lalu berwudhu.

Aku bukahlah wanita yang selalu ta'at  pada agama tapi aku tahu kewajiban ku sebagai seorang muslim.

Setelah malaksanakan sholat subuh aku mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor

Kenapa aku tidak membuat sarapan untuk suami ku? Jawabanya pasti kalian sudah tahu, ada marwah yang selalu melayani mas ardi,

dulu pernah kucoba buatkan sarapan untuk mas ardi namun hanya kepahitan yang kudapat

Dia menolak mentah-mentah pada masakan yang telah ku buat walaupun itu hanya sebuah roti selai

*Flashback on

Setelah bersiap untuk pergi kekantor aku memiliki inisiatif untuk membuatkan sarapan buat suamiku

Yang mungkin dengan perhatian dan kelembutan yang kuberikan mas ardi mau membuka hatinya dan menerimanaku

" Mas sudah ku buatkan roti selai, maaf hanya itu yang bisa ku buatkan " ucapku pada mas ardi yang ku tahu ia akan pergi kekantor

" Aku akan sarapan di kantor jadi kau tidak perlu repot-repot membuatkan ku sarapan " ucap nya datar dan ketus tanpa sedetikpun melihat kearah ku  dengan berlalu pergi

Usahaku tak kunjung usai, hari-hari berikutnya pun aku membuatkannya sarapan,
namun nihil, tak pernah sekalipun mas ardi menyentuk sarapan yang ku buat.

Sampai dimana aku benar-benar berhenti membuatkannya sarapan dengan di gantikan oleh maduku

,,Hahaha maduku?,, Kata keramat apa yang baru terucap

Yang dimana keadaannya  berbanding terbalik dengan keadaan ku

dimana mas ardi selalu sarapan pagi dengan hidangan yang disiapkan oleh marwah dan dia akan menunggu dengan sukarela jika hidangannya belum jadi

Yang terkadang aku juga bergabung dengan mereka

Walau hanya marwahlah yang menganggapku ada di meja makan itu, tidak dengan mas ardi

Miris bukan, ya beginilah takdir pernikahanku,

Haruskah aku mengatakan ini semua pada orangtua kami? Pernikahan yang ku anggap sebagai takdir buruk buat ku ,
Namun dengan cepat aku menggelengkan kepala

"Tidak fah, demi orang tuamu kau harus kuat dan bertahan
Setidaknya kau telah membuat mereka bahagia dengan bertahan di pernikahan dan berpura-pura bahwa kau sangat bahagia dengan pernikahan yang dipilihkannya untuk mu " suara hatiku berkata demikian

Flasback off.

"Hmm,,  " ku hembuskan nafasku dengan kasar seolah-olah untuk menyadarkan ku pada lamunanku tersebut

Setelah semuanya siap maka kulangkahkan kaki ku untuk pergi ke kantor

Tapi kakiku baru menginjak tangga ke 3 aku melihat pemandangan yang tidak ingin ku lihat, dimana mas ardi sedang menyuapi marwah dengan telaten

Marwah melihat kearahku begitu menyadari kehadiran ku, ia tersenyum kepadaku

" Fah, sini sarapan dulu sebelum berangkat "

Aku yang masih berdiri di tangga terakhir  . Aku melihat sekilas di meja makan terdapat sarapan mereka berdua dan sebuah kantong plastik yang menurutku berisi obat-obatan

Batin ku bertanya siapa sakit?

Mataku melihat keadaan mas ardi yang menurutku sehat-sehat saja berarti bukan mas ardi yang sakit

lalu mataku mengarah pada marwah yang kulihat keadaannya sedikit pucat dan lemas

Jadi ku simpulkan marwahlah yang sakit

"Iya mba, aku ada rapat pagi, jadi tidak sempat gabung sama kalian," Bohongku pada marwah padahal tidak ada rapat apapun itu "apa kalian tidak pergi ke kantor? " Lanjutku bertanya

"Mas ardi nanti pergi setelah sarapan, kalau aku lagi kurang sehat jadi izin untuk hari ini " dugaan ku benar bahwa marwahlah yang sakit

"Ohiya mba, kalau begitu aku duluan ya,assalamu ..

Salam ku terpotong dengan ucapan marwah

"Sekalian tunggu mas ardi ya,  kalian kan searah " pinta marwah padaku

Namun dengan cepat mas ardi kenolaknya

"Tidak, biar dia berangkat duluan , aku masih lama-lama di rumah " ucap mas ardi dengan ketus

"Tidak mba, lagian aku BISA BAWA MOBIL SENDIRI " dengan menekan kata tersebut dan berlalu pergi

Aku tipikan wanita yang mandiri, tidak akan ku bebankan tanggungan kepada orang lain jika aku sendiri mampu melakukannya sendiri

Setibanya di kantor aku hanya kebanyakan melamun, memikirkan bagaimana kehidupanku kedepannya

Akankah aku mampu bertahan pada siatuasi ini ataukah akan menjadi seorang janda , entahlah hanya tuhanlah yang tahu itu

Sampai seorang OB yang sedang membersihkan ruangan CEO menegurku dan mengagetkanku yang hampir membuatku terjatuh dari kursi

"Ih mang ujang ngagetin aja deh"

"Eh si eneng tidak baik melamun terus atuh, penganten baru kan harusnya bahagia " tegur mang ujang dengan logat sundanya

Andai kau tahu nasip pernikahan ku , tidak seindah pernikahan yang sering diceritan di sebuah novel. Ucap ku dalam hati

"Anu  mang mikir harga bakwan turun gak ya "

"Eh si eneng, ayak-ayak wae , jangan banyak ngelamun atuh neng"

"Siap mang " dengan memberi hormat pada mang ujang

"Ya udah kalau begitu , mang ke bawah dulu neng, kasihan lainx pada nunggu " pamit mang ujang dengan menganggukan kepala
"Iya mang "

Kepergian mang ujang yang membuatku Kembali teringat masalah yang sedang menimpaku,

Huuhhhh ,,, ku hembuskan nafas ku dengan kasar , dan ku tepis pemikiran itu

"Lebih baik aku mengerjakan jadwal pertemuan untuk besok dengan klient sebelum pak bos memarahiku."

* setelah sekian lama aku mengerjakan laporan yang membuatku semakin pusing akhirnya kupuskan untuk pulang yang kebetulan sudah memasuki jam pulang

**

Sesampainya di rumah kau tidak menemukan siapapun yang membuatku lebih tenang tanpa harus berbasa-basi dengan mereka

Dan aku bersyukur akan hal itu

Ku rebahkan diriku pada kasur empuk ku yang lambat laun mataku mulai terasa berat
Dan lambat laun kesadaranku pun mulai hilang


Ku Izinkan Kau(Poligami)Where stories live. Discover now