Bab 5

67.6K 4K 184
                                    

"Mau ngapain kamu, Fa?" tanya Ella dengan raut wajah bingung melihat aku yang sengaja menjulurkan sebelah kaki dari balik tembok ke arah koridor yang kosong.

"Sssttt..... jangan ribut dan lihat saja." Kutarik Ella agar ia bisa sedikit mengintip ke koridor sekolah yang sedang sepi ini.

Dari kejauhan, Althaf sedang berjalan ke arah kami sambil membaca buku tanpa melihat jalan yang ia tapaki.

"Kamu berniat bikin dia jatuh?" bisik Ella menghadapku dan ikut bersembunyi di balik tembok. "Gila! Kamu dendam kesumat ya sama dia."

"Iya, sakit hati banget aku sama bocah pintar nan sombong kayak dia itu. Ini supaya dia dapat pelajaran baru kalo baca buku sambil jalan itu nggak baik. Biar dia sadar, dunia nggak selamanya cuma buat orang pintar doang. Jadi dia nggak semena-mena kalo jalan di tempat umum."

"Cieee... perhatian banget," goda Ella.

Aku memutar bola mataku malas. "Bisa diem nggak? Nanti kita ketahuan." Ella pun langsung menutup mulutnya dan aku kembali mengintip untuk melihat posisi Althaf.

Masih dengan buku ditangannya, dia berjalan kian mendekat ke arah kami. Pelan-pelan aku melakukan hitungan mundur dari dua puluh di dalam hati, menunggu hingga akhirnya Althaf menyandung kakiku dan terjatuh.

Sambil berdebar-debar kutunggu kejadian tersebut terjadi. Tapi setelah hitunganku bahkan menjadi minus sepuluh, sosok itu tak juga kunjung datang.

Dengan penuh penasaran, kutolehkan lagi kepala ke arah koridor.

Tepat saat aku menolehkan kepala, sosoknya muncul dan nyaris saja menabrakku jika aku tidak segera menarik kepala mundur. Dia berjalan dengan santainya seolah tidak terjadi apa-apa dan sukses tidak jatuh tersandung kakiku karena telah lebih dulu kutarik akibat terkejut dengan kejadian tak terduga tadi.

Althaf berjalan menjauh sambil masih sibuk membaca buku yang ada di tangannya tanpa menoleh sedikit pun. Sementara aku, terdiam dalam keadaan shock dengan dada yang bertalu-talu kencang.

Debarannya terasa aneh.

Ini perasaan apa?

"Fa, kamu kenapa?" Ella mengibaskan tangannya di depan wajahku dengan wajah penuh tanya.

***

Setelah perjalan panjang kurang lebih empat belas jam hingga tiba di bandara Heathrow, kami pergi menuju Oxford dengan naik kereta. Tidak ada percakapan yang berarti di antara aku dan Ata. Sepanjangan perjalanan kami dari bandara hingga ke hotel, mama-lah yang mendominasi percakapan. Sehingga tidak ada yang menyadari, baik papa ataupun mama jika aku dan Ata sedang dalam atmosfer yang tidak baik.

Sejak menginjakkan kaki di kota ini semalam, Ata juga tidak menunjukkan adanya keinginan untuk meminta maaf. Ia hanya mengajakku mengobrol dengan menanyakan: "Kamu capek? Ngantuk? Laper? Mau mandi dulu? dan Degree Cermony-nya dimulai jam sebelas. Masih ada beberapa jam buat bersantai jika kamu ingin melakukan sesuatu."

Hanya itu saja pertanyaan dan peryataannya hingga tadi pagi, yang kemudian kujawab hanya dengan: "Iya, Hu'um, Oke dan tidak satu pun yang disadarinya sebagai wujud dari kekesalanku padanya tentang kejadian malam itu agar ia harus segera meminta maaf. Membuat rasa kesalku semakin bertambah bekali-kali lipat saja padanya.

Dan sekarang, setelah beberapa jam mengikuti upacara gelar tersebut, aku, mama, dan juga papa sedang berdiri di luar gedung untuk menunggu Ata datang menghampiri kami.

Jodoh Gak Kemana [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang