6

12.5K 1.1K 238
                                    

Baekhyun dengan mata sembab dan pusing yang luar biasa-habis menangis- mengendarai mobil ke arah salah satu bar yang ada di Seoul. Baekhyun tidak suka pergi ke tempat yang ramai seperti club, dia lebih suka tempat yang tenang dan bisa menenangkan pikirannya yang sedang kacau balau saat ini.

Apa yang di katakan Luhan sore tadi benar. Baekhyun pikir harus mempertimbangkan kata-kata Luhan yang terus berulang di pikirannya. Bakhyun harus melepaskan Chanyeol. Tapi masih ada sesuatu yang menganjal dalam diri Baekhyun, entah apa itu.

Pertama kali dirinya masuk ke dalam bar yang terlihat tenang, Baekhyun di sambut dengan suara merdu seseorang yang sedang memainkan piano dan bernyanyi di baliknya. Baekhyun tidak ambil pusing untuk mengetahui siapa itu. Lelaki dengan mata sembab itu langsung duduk di kursi meja bar dan meminta minuman yang langsung di berikan padanya tanpa banyak tanya oleh sang bartender.

Segelas. Dua gelas. Tiga... empat... dan gelas seterusnya masuk ke perut Baekhyun tanpa peringatan. Tidak peduli perutnya kosong karena belum makan siang, dan tak peduli akan pening yang mulai menyerang kepalanya. Malam ini Baekhyun hanya ingin terbebas dan melupakan sesuatu yang menimpa dirinya, khususnya hari ini.

Waktu berlalu begitu cepat. Satu persatu pengunjung mulai meninggalkan bar hingga tinggal tersisa tiga orang pengunjung termasuk Baekhyun. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, dan Baekhyun masih meneguk gelasnya yang entah keberapa.

Lelaki kecil itu kini meracau tidak jelas. Sibuk menyalahkan dirinya dan kondisi hati yang menurutnya berengsek ini. Tangannya terkepal dan memukul-mukul dadanya dengan sisa tenaga yang dia miliki. Lelah, tubuh kecil itu menumpukan berat badannya pada meja bar dengan pipi yang menempel erat di meja.

"Tuan, kami akan tutup Tuan." Bartender yang menuangkan minuman untuk Baekhyun mencoba membangun kesadaran dari yang lebih kecil. Tapi, yang di dapatinya hanya erangan malas dan ocehan tak jelas. "Aishh... bagaimana ini?"

"Ada apa hyung?" Kyungsoo yang sekarang sudah berganti dengan baju biasa menghampiri Nichkhun yang terlihat binggung.

"Oh, Kyung. Lelaki ini terlihat mabuk berat dan sepertinya dia sudah tidak sadar. Aku tidak bisa membawanya ke rumah. Istriku pasti marah." Jelas Nichkhun panjang lebar.

Kyungsoo yang penasaran mencoba melihat wajah sang pemabuk. Mata bulatnya bertambah bulat saat mendapati wajah seseorang yang familier. Seseorang yang memutus harapannya untuk menjadi seorang trainee.

"Biar aku yang membawanya pulang hyung. Flat ku dekat dari sini." Ujar Kyungsoo dengan senyum menenangkan.

"Kyungsoo! Terima kasih! Aku benar-benar tertolong!" Nichkhun memeluk tubuh kecil itu singkat. Merasa sangat senang karena memiliki rekan kerja yang pengertian seperti Kyungsoo.

"Tapi hyung bisakan mengantar Tuan ini ke flat ku? Aku tidak bisa mengendongnya dengan ukuran tubuh seperti ini." ringgis Kyungsoo tidak enak.

"Sebentar." Nichkhun dengan perlahan merogoh sesuatu di kantung dalam jas Baekhyun. Dan Nichkhun menemukan sebuah kunci mobi, dompet dan ponsel miliknya. "Ponselnya mati, lelaki ini juga belum membayar minumannya."

"Masukan saja ke dalam tagihanku hyung, kau bisa bilang bos untuk memotong gaji milikku." Kyungsoo memasukkan kembali dompet Baekhyun yang di letakkan Nichkhun di atas meja bar.

"Kau serius? Minuman ini harganya separuh gajimu Kyung! Bagaimana jika dia tidak mau membayar kembali?" sedikit nada tidak terima di keluarkan oleh Nichkhun.

"Tidak apa-apa hyung. Ayo, kau bisa mengendarai mobil kan hyung? Walaupun itu tidak sopan, tapi lebih baik kita bawa mobilnya ke flat-ku dari pada terparkir di bar."

EGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang