LIPATAN SEMBILAN : Keramaian Tikungan Rumah Ketua RT

21 1 0
                                    

Tikungan rumah pak RT saat zaman SD. Beliau adalah pensiunan dan sepuh dari RT tempat saya tinggal. Tikungan ini sangat gelap sehingga anak-anak enggan untuk melewatinya. Kalaupun ingin lewat situ hendaknya beramai-ramai.

Saat itu saya hendak mendatangi acara ibadat malam salah satu umat di lingkungan saya.Jalan terdekat ditutup karena ada tetangga mengadakan hajatan. Satu-satunya jalan yang bisa dilalui hanya jalan tikungan rumah pak RT saat itu. Jalannya sangat gelap dan aura tidak mengenakkan hinggap disana. Sebenarnya menyeramkan dari rumah teman Bokap (seniornya saat kerja di Cengkareng) sampai rumah teman Bokap, kali ini bukan seniornya. Tetapi teman seangkatan saat kerja di Cengkareng. Sekitar 5 rumah yang menjadi area terseram di komplek rumah.

Kalau ditanya banyak, ya sangat banyak, Saking takutnya saya malas menghitung banyaknya. Yang penting lewat dari jalan gelap gulita bin seram.Biasanya mereka berada di dekat tepi sungai sampai tepi jalanan. Hanya diam saja kebanyakan dan yang berlalu lalang hanya sebagian yang ingin berpindah.

Permunculan yang biasa adalah kuntilanak, pocong, genderuwo, buto ijo, dan lain sebagainya. Yang paling saya takutkan adalah pocong dan kuntilanak. Kuntilanaknya beda. Tatapan mengawasi dan sangat menyeramkan. Seperti mengintai pelalu lalang yang hidup. Saya sendiri tidak habis percaya. Apakah ada kuntilanak hitam? Berpakaian hitam dan seringainya yahut top markotop sehingga orang sampai ketakutan dan terngiang-ngiang? Sepertinya hanya saya saja yang mengalaminya.

Ada juga kuntilanak merah, tapi karena bajunya bersimbah darah, yah... tapi ini sedikit berbeda dengan Neng Pohon Kersen. Yang ini seringainya seram, ia menghuni pohon jambu kediaman senior Bokap saya. Jahat sih tidak terlalu, cuma seringainya yang membuat saya tidak bisa berjalan santai.

Soal komunikasi, seringkah? Tidak pernah karena saya tidak betah melewati jalan sepanjang 45 meter tersebut. Tetapi banyak yang berlalu lalang. Pocong yang katanya melompat-lompat, nyatanya mereka tidak seperti itu. Jalan melayang biasa seperti entitas-entitas sejenis. Kadang ada yang terbang pocongnya.

Genderuwo juga ada. Siluman ular juga ada karena letak perumahan yang berada dipinggir sungai dan warga sekitar bantaran sungai juga menanam aneka pepohonan untuk perimbunan atau juga untuk budidaya tanaman obat dan bumbu dapur, dan banyak ularnya. Tetapi siluman ular jarang menampakkan diri.

Yang lebih membuat pelewat shock adalah penampakan kuntilanak. Kuntilanak lain daripada yang lain. Yah, seperti kuntilanak biasa, tapi ia suka sekali membuat pelintas kaget setengah mampus. Kita jalan mendekati halaman depan pak RT yang sudah kami sebut sepuh RT, awalnya dari kejauhan tidak ada apa-apa tetapi semakin mendekati halaman depan rumah pak RT, barulah nampak kain puttih yang mengawang dari tanah dan tiba-tiba MENGHILANG DIDEPAN MATA KITA!!! Terkadang saya hampir jatuh dari motor karena saking kagetnya. Kepalanya jarang terlihat. Biasanya kainnya saja lalu tiba-tiba terbang keatas dan menghilang. Kebanyakan warga takut dengan sosok ini karena dapat mebuat kita olahraga jantung.

Menurut saya, yang menakutkan adalah sosok kain melayang dan kuntilanak hitam. Saya kasihan dengan Astro si pengejar mimpi menjadi penulis karena ketika menuliskan bab ini, kami dihantui kuntilanak hitam tersebut setiap malam. Setiap malam pula ia mendatangi kami di dekat tanggul dekat rumah saya dan didekat kamar Astro yang jarak rumahnya jauh dari lokasi. Tatapan mengancam itu pasti, ia tak ingin keburukannya diceritakan dalam tulisan ini. Akhirnya saya dan Astro memilih untuk menceritakan hantu-hantunya saja, kami takut hal yang lebih buruk menghantam dan membuatnya menjadi peregangan nyawa.

Saya dan Astro merasa bahwa kuntilanak hitam inilah yang memimpin wilayah tikungan rumah pak RT sepuh.

Kalian yang membaca pasti berpikir tidak seram. Memang tidak menyeramkan, hanya saja Astro dan saya terus dibawah ancaman. Hal inilah yang menantang dan masih mempertahankan etika agar selamat. Kan nggak lucu tidur malam tapi paginya nggak bangun-bangun seterusnya...

Dwipa Sang Dewi Lintang KemukusWhere stories live. Discover now