🌻03🌻

44.6K 2.6K 553
                                    

Selamat datang👋

Kalian nemu cerita ini dari mana?

Jangan lupa ⭐ dan 💬 nya, yaw!

♡♡♡

Selesai makan dan membayar, ketiga gadis itu langsung pergi menuju parkiran dan berniat untuk pulang. Sesampainya di parkiran, ada seseorang yang memanggil nama mereka dengan lantang.

"Tania, Salisa, Shafa!" teriak seseorang.

Ketiganya kompak menoleh ke sumber suara, dan mereka mendapati Galium dan Xenon yang tengah duduk di atas motornya masing-masing.

Dua cowok itu langsung berlari kecil menghampiri Tania, Salisa dan Shafa.

"Kalian masuk kampus ini?" tanya Xenon.

Tania mengangguk, "Kalian juga?"

"Sebenarnya gue nggak minat di kampus ini, tapi dipaksa sama abang kita yang juga kuliah di sini. Ditambah abang tertua kita juga bakalan ngajar di sini," jelas Galium panjang lebar.

"Lo punya abang?" tanya Salisa yang sedikit terkejut. Selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas mereka memang tidak pernah mengetahui tentang keluarga cowok kembar itu.

Bicara soal Xenon dan Galium, mereka adalah dua cowok kembar yang lahirnya hanya selisih sepuluh menit saja. Dan yang lahir pertama adalah Galium. Keduanya nyaris mirip. Bedanya Galium terlihat lebih chubby, sementara Xenon sedikit tirus.

"Punya," jawab Galium.

"Kalau gitu, kita duluan ya, mbar," kata Shafa.

Xenon mendengus kesal, "nggak salah sih lo manggil kita, mbar. Cuma nggak enak aja di dengar. Ganti kek!"

Shafa terkekeh, "lah, kalian kan kembar. Jadi nggak salah dong gue manggil 'mbar'? Yakali 'kem'?"

"Serah lo!" ucap si kembar barengan.

"Duluan ya Gal, Xen," pamit Tania.

Dua cowok kembar itu kompak mengacungkan ibu jarinya dan berkata, "oke, Tania."

Safha mendelik, "giliran Tania aja kalian jawabnya begitu!"

"Udah ayo masuk, Fa!" Tania menarik paksa tubuh Shafa untuk masuk ke mobil. Sementara Salisa sudah masuk sedari tadi.

Tin... tin...

Salisa membunyikan klakson seraya pamit kepada Galium dan Xenon.

Selama di perjalanan, Tania, Salisa dan Shafa bercanda ria. Tania juga menceritakan kejadian waktu ia menemukan anak kecil yang menangis di pinggir jalan dan cowok nyebelin yang mengaku sebagai orang tua dari anak itu. Meski kenyataannya benar, tapi tetap saja Tania merasa kesal.

"Ganteng nggak, Tan? Lo tau rumahnya? Namanya siapa? Lo punya-"

Diserang pertanyaan secara bertubi-tubi oleh Salisa, Tania pun mendengus kesal.

"Bisa nggak sih, Sal, lo nanyanya satu persatu?" sewot Tania.

"Nggak bisa kalau soal cowok tuh," sahut Salisa tanpa menoleh karena masih fokus menyetir.

DUDA TAMPAN (End) Where stories live. Discover now