1. Ghibah

138K 7.2K 457
                                    

Ladies parking penuh. Kalo gue pilih vallet, antara ikhlas dan gak ikhlas keluarin uang buat bayar lebih. Hello, kantor gak pernah reimburse vallet parking. Admin gue cuma mau ganti uang bensin, toll, dan parkir. Itupun, harus pake klipingan bon yang ditempel di kertas lalu di total.

Sigh! Hidup gini amat.

Tapi mau gimana lagi. Kita butuh uang, sayang.

Gue mengetukkan beberapa jari lentik gue di setir sambil masih memutari basement gedung ini, untuk mencari slot parkir buat si merah. Gedung di Kawasan Mega Kuningan ini, bukan kantor gue, by the way. Gue hanya datang maksimal dua jam untuk ketemuan sama customer potensial, lalu dua hari kemudian --gimanapun caranya-- gue harus bisa sampai tahap negosiasi biar maksimal dua minggu kemudian, gue udah terima omset puluhan juta dari mereka.

Yup. That's how I earn money.

Nah ... nah ... itu ada pajero item kayaknya mau keluar. Gue harus standby supaya bisa pake tempat dia buat Brio kesayangan gue. Brio yang udah dua tahun ini gue cicil dan masih satu tahun lagi untuk benar-benar memiliki dia secara resmi.

Huft, thankyou Pajero untuk timing yang tepat. Gue gak harus turun sampe basement tiga cuma untuk parkir. Tarik rem tangan, matiin mesin, lalu ... ngaca. Baguslah, macet gak bikin dandanan gue luntur dan gue siap untuk ketemu Windu. Customer paling sok keren yang sebenernya, gue eneg banget harus meeting sama dia. Tapi, demi puluhan juta order cetakan yang perusahaan asuransi ini kasih ke gue, seorang Febi haruslah tetap kuat.

Karena amunisi seorang marketing percetakan kayak gue, hanya ada dua; mental dan pesona. Tentu saja, dua itu diluar kemampuan dasar komunikasi, negosiasi, hitung harga, juga kecepatan serta ketepatan mengambil keputusan disaat-saat genting. Oya, satu lagi. Komitmen dan konsistensi ucapan juga harus gue pegang. Karena dalam bisnis atau kerja sama, dua hal itu yang akan menunjukan kualitas dan kredibilitas gue dimata pelanggan.

Tuh kan, apa gue bilang. Ni cowok main seenaknya ngelempar kaos di meja. Tepat di depan muka gue. Kampret!

"Mbak Feb, tau bahan gak sih?" Muka sengak dia nongol lagi. Gue tarik napas pelan ... buang. "Ya kali Mbak, buat acara corporate gathering kita pake bahan raglan? Sablon manual pula! Mbak kira kita mau kampanye!?"

"Kaos kampanye bahkan bahannya jauh lebih jelek dari raglan, Pak." Gue nyengir manis, meski hati gue pahit dengerin dia.

"Ya tapi bukan raglan juga! Kita maunya cotton combed! Kita perusahan besar, Mbak, dan yang pake kaos ini nanti, gak cuma kelas staff. Sampai direktur juga pake kaos yang sama. Saya gak mau sample dan penawaran harga ini. Spek yang saya maksud, kaos bahan katun kombat terbaik dengan sablon bahan polyflex."

Gue mikir sebentar. Spek yang ini orang minta ..., "Harganya lumayan loh Pak, itu. Apalagi jumlah yang mau Bapak ambil---"

"Just tell me how much!?" Anjaayyy gayanya bro, selangit. "Kalau kualitas dan harga dari Eazy Print yang terbaik, saya bisa langsung proses POnya. Kamu kayak baru sekali dua kali kerja sama dengan kita saja." Sinis tuh suaranya. Sinis campur sengak. Tapi dimana-mana, pelanggan adalah raja.

Jadi ... gue senyumin aja dan "Baik, Pak. Mohon dibantu untuk kirim design gambar kaosnya. Besok, saya akan email penawaran harga dan kirim ulang sample--- oh, kalo memungkinkan, sekalian dummy untuk Bapak."

Windu angguk-angguk serius. "Besok, sebelum jam makan siang atau saya cari vendor lain!"

Gue melotot tapi langsung kedip-kedip. Gila! Proses cutting polyflex sampe press ke kaos sih cuma sekitar tiga jam. Cuma kan ... "Desain kaos Bapak saja, saya belum ada," kilah gue.

Serenity (Pengorbanan Cinta dalam Pernikahan)Where stories live. Discover now