{ 14 } Penolakan

141K 11.2K 375
                                    


— Aku tau akan dapat penolakan lagi. Tapi entah kenapa diriku tak ingin berhenti mengujinya. Meyakinkan hatiku bahwa 'mungkin' kali ini penolakan itu tidak terjadi. —
Zana Pramitha

Happy Reading!

Aura tersenyum lebar saat mencium aroma sedap dari dapur. Gadis itu memakai sandalnya yang selalu terletak di depan kamar dan berlari kecil menuju sana. Dia makin melebarkan senyum melihat Zana tengah sibuk mengosreng masakan. Mimpi apa Aura pagi-pagi sudah dibuatkan sarapan.

"Masak apa, kak?" Dengan penasaran dia mengintip.

"Suka oseng-oseng bakso kan?"

Mata Aura berbinar. "Suka! Mami sering masakin oseng bakso. Perasaan makanan yang dimasak selalu tepat deh."

Zana terkekeh. "Kebetulan aja kali."

"Kita ke pasar lagi kapan?"

Semenjak tinggal di sini jika hari libur Zana akan mengajak Aura pergi ke pasar terdekat sini untuk membeli bahan makanan. Aura baru tau ternyata belanja di pasar lebih menyenangkan daripada di supermarket. Bahkan dia sudah diajari cara menawar dengan penjual.

"Besok aja deh, Ra. Lagian sayur bayem nya masih." Zana menuangkan kecap ke dalam wajan. Jangan heran kenapa dia jago masak. Setiap Yuna menyiapkan makan Zana selalu nimbrung agar tau cara membuatnya.

Zana jadi rindu mamahnya. Sedang apa kira-kira wanita itu?

"Awas, gosong! Jangan ngelamun mulu."

Zana mengerjap. "Ra, ambilin air segelas dong."

Aura mengiyakan dengan semangat. Dia membantu Zana membuatkan beberapa makanan. Dalam beberapa menit hidangan sudah jadi. Selain oseng bakso, Zana juga menggoreng ayam. Mereka menyiapkan masakan di meja dengan rapi.

Aura melirik Zana yang tengah sibuk menata piring. Hatinya menghangat. Setelah dua tahun hidup sendiri bersama Arion akhirnya dia bisa merasakan hal-hal seperti ini di rumah. Biasanya jika sarapan Aura makan makanan dari semalam atau membuat nasi goreng. Dia selalu rindu masakan maminya.

"Aku panggil bang Arion dulu, ya."

Sebelumnya Arion selalu menghindar untuk sarapan pagi. Tapi Aura memaksa agar menghargai masakan Zana. Dia tau abangnya masih belum sepenuhnya menerima kehadiran orang di rumah, tapi Aura akan berusaha membuat Arion mengerti. Kapan lagi dia bisa merasakan hal seperti ini di rumah.

Semenjak kehadiran Zana tak ada yang namanya bosan di rumah. Bahkan Aura selalu semangat ketika bel pulang berbunyi. Dia senang menghabiskan waktu bersama Zana.

"Bang, udah bangun?" Aura mengetuk pintu kamar Arion. Dia mencoba menarik gagang pintu yang ternyata tidak dikunci. Aura masuk ke dalam.

"Bang?"

"Apa?" teriak Arion dari kamar mandi.

"Buruan turun sarapan! Udah jadi tuh,"

"Iya, nyusul."

"Nggak pake lama!"

"Bawel. Abang lagi cuci muka." 

Arion membasuh wajahnya dengan air. Aura sudah keluar dari kamar. Dia mengambil hp nya di nakas untuk melihat notifikasi apa yang masuk. Karena Andra bilang akan menjemputnya untuk melihat-lihat furniture. Arion berniat mengganti kursi kafenya.

Andra : gue jemput jam lima sorean aja. Lo hari ini tutup kafe kan?

Setelah Arion mengirim balasan dia turun ke bawah. Sepertinya dia akan menghabiskan waktu di rumah untuk hari ini. Dia sengaja menutup kafe karena ada beberapa renovasi yang akan dilakukan. Arion bosan dengan tampilan kafenya sekarang.

Self Injurlove ( terbit )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora