03

16.8K 2.5K 270
                                    

Terlihat antrian Land Rover sebelum memasuki area istana negara yang dijaga sebegitu ketatnya.

Jeno memperhatikan Yuta yang sedang menginjak rem mobil yang ia kendarai di depan pintu masuk utama.

"Ketemu di dalem yah, jaga yang bener tuh si bidadari ama si malaikat" ucap Yuta pelan, namun Jeno yakin dua orang di belakang mereka dapat mendengarnya. Untung yang satu tidak mengerti.

"Serah elu bang". Jawab Jeno dengan bisikan juga.

❤❤❤

Segera Jeno turun untuk membuka pintu penumpang dan mempersilakan Huang Renjun keluar dari mobil.

Dengan elegan investor itu turun lalu dengan wajah polosnya ia memperhatikan gedung di hadapannya sebelum berjalan masuk dan bergabung dengan tamu lainnya dan berbincang.

Kemudian Jeno dan Sicheng berjalan mengikuti di belakang.

"Kita ngga nunggu Pak Yuta dulu?" Tanya Sicheng

"Ngurus parkir mobil, nanti juga nyusul kok" jawab Jeno santai.

❤❤❤

Jeno memperhatikan sekelilingnya dengan jeli, presiden dan ibu negara mengumbar senyum sambil menjabat satu per satu tamu negara.

Terlihat juga beberapa menteri yang mendampingi mereka sedang tertawa layaknya teman lama yang baru berjumpa.

Ngapain juga pake jasa translator sih kalo nyatanya pada bisa ngobrol lewat bahasa Inggris? Tanya Jeno dalam hati.

Kemudian rombongan orang-orang besar tersebut berjalan lebih dalam sebelum akhirnya memasuki ruangan dengan pintu yang luar biasa megah, menyebabkan para investor berpisah dengan para pengawalnya.

"Jen, woy bengong." Jeno menengok dan menemukan teman-teman satu unitnya berjalan mendekat ke arahnya.

"Yoi, hadir" jawab Jeno semangat.

"Jeno, saya juga gabung sama temen saya yah." Ucap Sicheng sambil berjalan ke arah pria yang ia panggil Kun.

Jeno memberi highfive-nya kepada Sanha dan Baejin. Mereka berbagi cerita sambil berjalan menuju ruangan penuh prasmanan yang disiapkan bagi para panitia penyelenggara termasuk polisi pengawal dan penerjemah.

"Duh, bro. Gw ngawal bapak-bapak yang bacot bener. Mana ngomongnya cepet banget, bikin pusing kepala. Yang jadi penerjemah aja kewalahan. Seminggu lama lho, seminggu gimana nasib gw?" Sanha menceritakan kisahnya secara dramatis dengan memijat pelipisnya.

"Ayo lah rolling ama gua." Ajak Jeno dengan eyesmile-nya.

"Jangan mau, si Jeno kan ama si buluk" bisik Baejin ke Sanha yang masih bisa didengar Jeno.

Sanha tertawa dengan riangnya ke arah Jeno.

"Ah sial lu pada. Lagi susah manggil gw bro, giliran gw susah ngetawain" Umpat Jeno kepada dua temannya.

"Tau nih Sanha gimana sih? Tega amat ama sepupu sendiri. Kasian tuh Jeno"

"Bangke emang si bejin, semua dikomporin. Trus elu diapain aja ama bang yuta?" Tanya Sanha pada sepupunya itu.

"Dipermalukan, sumpah dia malu-maluin banget. Penerjemah dari Cina itu emang kebetulan cantik, jadi sepanjang jalan dia ngeluarin bualan-bualan bullshit." Jawab Jeno sambil berpura-pura merinding.

"Gitu-gitu juga skillnya mah tingkat dewa. Kan elu bakal aman kalo nugasnya sama dia mah."

❤❤❤

"Nanti ke Jeju via laut ya? Kalo gw mabok laut, habis lah karisma gw" Sanha membuka percakapan.

Kini trio yang lahir di tahun sama itu sedang menyantap makan siangnya di meja bundar.

"Iya, pake kapal pesiar. Udah siap dari kemaren tuh di dermaga." Jeno berbagi informasi.

"Berasa balik ke jaman sekolah kalo ke Jeju naik perahu." Sahut Baejin.

"Bener, terakhir gw naek perahu ya 10 taun yang lalu pas sekolah. Btw Jen, itu anak sekolah yang elu kawal ngewakilin emak atau bapaknya yang ga bisa hadir?" Tanya Sanha penasaran.

"Dia bukan anak sekolah, namanya Huang Renjun. Seumuran kita, bahkan sebulan lebih tua dari gw." Jelas Jeno pada dua sahabat karibnya.

"Anjir, gw kira anak nyasar." Ucap Sanha masih sulit percaya.

Trining trining

Jeno mengangkat ponselnya yang bergetar.

"Halo bang Yuta, kenapa?"

"Jen, telinga gw panas. Berhenti gosipin gw."

"Mampus."

"Junior durhaka luh. Gw dapet kode jingga, jadi mesti pergi."

"Oh, baguslah"

"Setan luh."

"Pengganti bang Yuta siapa?"

"Kagak ada. Elu sendirian ngga apa-apa kan?"

"Dih kok gitu? Ngga mau lah gw"

"Gak usah manja. Ini gw ngurus kode jingga, elu mah cuma nyupir doang protes."

Dan sambungan itu pun diputus oleh pihak penelepon.

"Sialan." Kesal Jeno sambil menaruh ponselnya kasar.

"Kenapa si buluk?" Tanya Sanha dan Bejin.

"Ada kasus baru, gw ditinggal sendiri." Jawab Jeno masih dengan nada kesal.

"Kalo bang Yuta bisa ditarik dari sini ya berarti disini udah aman." Ucap Baejin yakin.

"Ya gw harap sih begitu" jawab Jeno masih tidak rela.

💚💛💜💛💚💜

Dua jam kemudian Jeno berjalan mencari keberadaan Sicheng. Karena menurut rundown acara, 20 menit lagi adalah jadwal keberangkatan menuju dermaga.

Bodohnya Jeno tidak bertukar nomor telepon terlebih dahulu. Di saat dia sudah mulai kesal, ada seseorang menepuk bahunya.

"Lee Jeno?"

"Iya?"

"Saya Kun Qian, rekan kerja Sicheng dari kedubes Cina. Mohon maaf sekali tadi Sicheng ditelepon atasan kami untuk kembali ke kantor. Ada pekerjaan yang hanya dapat dilaksanakan olehnya. Dia berniat menyampaikan langsung kepada anda namun karena masalah waktu jadi tidak bisa." Ucap Kun dengan bahasa kaku dan aksen yang aneh. Jeno baru tahu kalau Sicheng adalah penerjemah yang sangat handal.

"Ok, gak masalah. Trus yang gantiin siapa?"

"Tidak ada. Panggilan tadi terlalu mendadak. Tapi atasan kami mengatakan bahwa Tuan Huang memahami bahasa Inggris dengan baik." Jawab Kun dengan senyuman yang menyaratkan perasaan tidak enak.

Kemudian Jeno dan Kun berpisah.

Aneh, bang yuta sama pak sicheng kenapa bisa dapet panggilan tugas mendadak barengan gini?.. ini kebetulan apa ada konspirasi? Trus Kun bilang kalau atasannya tau Huang bisa bahasa inggris. Mereka udah koordinasi sebelumnya? Ah rese, mana bahasa inggris gw kan pas-pasan. Anjir, ada apa sih nih? Pikiran Jeno sudah bercabang kemana-mana, menimbang-nimbang segala kemungkinan terburuk.

Kemudian pikirannya mencapai suatu keputusan, yaitu Huang Renjun mencurigakan.

.
.
.
Tbc
.
.
.








Aku gk tau nama tempat tinggal presiden di korsel itu apa, kan kalo di kita nyebutnya istana negara trus kalo gk salah di amerika namanya white house.

Eh betewe makasih yang udh nemuin cerita ini :') aku sendiri searching pake kata kunci 'noren' gk ketemu hehe.
Segitu gk lakunya ini cerita wkwkkw :'/

Jodoh Who Knows - NoRen (END)Where stories live. Discover now