Epilog

9 0 0
                                    


Dania Divanya, gadis yang aku kenal sebagai sahabat baik. Dia adalah orang yang hangat dan menyenangkan. Yang aku tahu Dania adalah orang yang bijak dan pandai bersikap. Tapi, hari aku tidak tahu kalau hal ini akan tejadi. Dania memutukan untuk mengakhiri hidupnya. Dengan cara mengonsumsi obat tidur dalam jumlah yang sangat banyak.

Aku sebagai sahabatnya adalah salah satu orang yang paling terpukul setelah kematiannya. Aku bahkan tidak tahu masalah apa yang dihadapi Dania hingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Aku tidak tahu sejak kapan Dania merasakan depresi berat hingga membuatnya seperti ini. Aku sangat menyesal karena tidak berada disampingnya saat dia benar-benar membutuhkan seseorang untuk berbagi masalah.

Aku melihat seisi kamar Dania yang terlihat berserakkan. Juga foto-foto bersamaku juga bersama keluarganya yang terlihat berserakkan diatas ranjang. Aku memberanikan diri untuk masuk setelah diizinkan pihak kepolisian. Melihat kamarnya yang begitu berantakkan aku tahu kalau hati Dania benar-benar sudah hancur dan membuat logikanya tidak berjalan baik.

"Anda kenal saudari Dania sejak kapan?" Tanya seorang polisi yang masih berada diruangan itu padaku.

"Sejak tiga tahun yang lalu Pak." Jawabku pelan sambil memperhatikan sekililingku seolah ini semua hanyalah mimpi buruk.

"Anda dekat dengan saudari Dania? Saya lihat diantara foto-foto itu banyak fotonya bersama anda." Lanjut polisi itu.

"Ya pak, saya sahabatnya sejak pertama kali kami kuliah. Saya mungkin adalah sahabat paling dekatnya dikampus." Jawabku dengan airmata masih mengalir dipipiku tanpa harus aku aba-abakan.

"Anda tahu masalah apa yang tengah dihadapi Saudari Dania?" Polisi itu masih mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaan.

"Saya tidak tahu pak, setahu saya Dania tidak pernah menceritakan masalah pribadinya pada siapapun termasuk sahabat dan bahkan keluarganya. Saya juga merasa bersalah, karena tidak tahu kalau Dania ternyata punya masalah yang begitu berat." Jelasku sambil menatap sebuah foto dimana aku dan Dania sedang tersenyum bersama disana.

Rasanya berat sekali untuk percaya semua ini. Aku merasa seperti tersambar petir disiang bolong. Aku tidak tahu apa yang tengah aku rasakan. Sedih, kecewa, marah pada diriku sendiri, kaget dan masih banyak lagi yang tidak dapat aku ekspresikan disini. Rasanya seperti ingin memutar waktu agar aku bisa kembali membuat Dania bisa hidup lagi dan tertawa seperti dulu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 27, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pesan Terakhir DaniaWhere stories live. Discover now