Prolog

14 3 0
                                    

Aku menatap wajah tampan di hadapanku. Masih tidak percaya bahwa aku bertemu dengannya. Melihatnya langsung dengan mata kepalaku sendiri. Menatap matanya yang jernih dan dimplenya yang muncul kala ia tersenyum padaku.

"Namjoon-ssi, apa ini benar-benar kau?" Aku bertanya dengan suara bergetar. Mempraktikkan hasil belajar bahasa Korea selama 3 tahun. Ia hanya tertawa menanggapi, lalu menyentuh lembut hidungku dengan telunjuknya.

"Lalu aku siapa kalau bukan Namjoon?" Aku hanya menunduk malu sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Ah, apa tidak masalah jika aku memanggilmu Namjoon-ah?" tanyaku.

"Tentu saja, kau bisa panggil aku dengan panggilan yang membuatmu nyaman," jawabnya, dan kembali tersenyum hingga dimplenya muncul lagi. Ah, dia baik sekali. Tanpa sengaja, aku meneteskan air mata. Sebuah tangan memegang daguku, menghapus air mataku dengan ibu jarinya, sangat lembut.

Aku menatap Namjoon, lelaki di hadapanku tepat di bola matanya.

"Jangan menangis, nanti cantiknya hilang." Dia tersenyum, lagi. Membuatku buru-buru mengelap air mata kasar dan tersenyum padanya.

"Maaf, aku hanya terharu. Kau tahu, Namjoon-ah? Butuh perjuangan panjang bagiku untuk bisa bertemu denganmu sekarang. Aku sangat senang, sangat amat senang. Namjoon-ah, kau sangat berarti bagiku. Kau dan bangtan, kalian semua sangatlah berarti bagiku. Bagi kami semua.

Aku hanya ingin bilang. Hiduplah bahagia, Namjoon-ah. Kami semua, ingin kalian hidup bahagia. Aku harap, apapun masalah yang kalian hadapi, akan kalian temukan solusinya. Aku bisa hidup bahagia selama ini, karena kalian. Jadi aku harap, hidup kalian selalu di penuhi kebahagiaan." Namjoon terpaku, dan aku menangkap sebuah keharuan di matanya.

Kedua tangannya menggenggam tanganku, mengusap punggungnya dengan lembut dan tersenyum, senyum yang sangat hangat.

"Kau baik sekali, aku juga berharap, hidupmu akan selalu bahagia." Lantas membubuhkan tanda tangan di salah satu halaman album milikku. Ah, bukan, tepatnya album milik mereka yang kubeli.

Dan Namjoon adalah orang terakhir yang membubuhi halaman itu dengan tanda tangan. Tujuh tanda yang lengkap memenuhi halaman itu, membuat senyumku melebar, penutup dari fansign yang kudatangi hari ini.

Itu adalah kali terakhir aku bertemu mereka. Hal terindah yang pernah kualami. Akhir dari penantianku selama ini. Sebuah kenangan,

.....yang tak akan pernah kulupakan.

***
Annyeong! Joneun Black imnida. Ini bisa dibilang fanfiction pertamaku. Tapi gak bisa dibilang fanfic sih. Karena aku menceritakan dari sisi seorang fangirl, bukan idolnya. So, happy reading ^^

Dear YouWhere stories live. Discover now