Seven

756 103 12
                                    

Woojin terduduk pada tepi ranjang Minho, yang berjejer disamping ranjangnya.

Dia memandangi wajah Minho dengan dalam. Berbagai kata terucap dalam hatinya. Berkali-kali ia memuji makhluk dihadapan ini.

Tangan Woojin terulur untuk menyentuh wajah Minho.

Minho melenguh karena ada yang menyentuh wajahnya.

"hyung?" dia terkejut karena aku duduk dipinggir ranjangnya.

"mianhae, Minho-ya. Aku hanya melaksanakan amanat Chan untuk menjagamu"

Woojin buru-buru bangkit dari duduknya.

"tak perlu seperti itu, hyung. Aku tak apa"

"maukah kau tidur denganku? Hanya saja, aku sangat ingin memeluk seseorang" pinta Woojin dan satu alasan agar Minho mau tidur dengannya.

"baiklah, hyung" tentunya Minho tak bisa menolak permintaan Woojin.

Kemudian, Woojin merebahkan tubuhnya disamping tubuh Minho lalu menarik selimut.

"hyung" panggil Minho yang berada di dalam kungkungan Woojin.

"hm?" mata Woojin memang sudah menutup, tapi dia belum tidur.

"apa hyung tak pernah menyukai seseorang?" pertanyaan itu membuat Woojin sontak membuka matanya.

Dia memandang Minho yang tenggelam dalam pelukannya itu.

"hyung. Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"ah tak apa, aku hanya merindukan seseorang"

"siapa orang itu, hyung?"

Apa Woojin harus mengatakannya sekarang? Dia bingung.

Akan tetapi, ia tak bisa terus-terusan menutupi perasaannya kepada Minho.

"jika aku sudah memberi tahumu, maka berjanjilah jangan marah dan menjauh dariku" tutur Woojin.

"tidak akan, hyung"

"kau"

Kalian kira menahan perasaan kepada orang lain itu adalah hal yang mudah? Coba bayangkan saja dirimu berada di posisi Woojin.

"aku? Aku kenapa, hyung?" Minho terlihat bingung.

"aku menyukaimu" tak ada kegugupan di dalam pengungkapan Woojin karena tujuannya hanyalah untuk meringankan hatinya.

Minho mengerjap mata beberapa kali.

"tak mungkin, hyung" elaknya.

"aku hanya mengatakannya, Minho. Aku tak menyuruhmu untuk menjalin hubungan denganku, setidaknya aku bisa meringankan hatiku saja. Jangan berpikir yang tidak mungkin aku capai. Aku tak kan bisa mendapatkan hatimu ataupun menempati hatimu karena yang kau cintai hanyalah Chan"

Satu tetes air mata lolos di wajah mulus Minho.

"kenapa kau menangis?" Woojin mengusap perlahan air mata Minho.

Dia tampak kebingungan karena membuat Minho menangis. Selama ini ia tak pernah membuat Minho menangis, tapi kali ini.....

Ia membuat Minho mengeluarkan air mata dari mata indah yang paling disukai Woojin.

"maafkan aku, hyung. Jika...jika...hiks....hiks....maafkan aku, hyung. Aku....aku....tak tahu jika hyung menyukaiku. Jika saja aku menyukaimu dari dulu, aku pasti akan dengan terbuka menerima perasaanmu. Tapi saat ini, aku sangat mencintai Chan" pecah tangis Minho.

"tak apa, Minho" Woojin membelai surai Minho dengan lembut.

"apa yang kau inginkan, hyung?" tanya Minho masih dengan mata yang basah.

"apa kau akan menurutinya?"

"tentu saja"

"ijinkan aku mencium mu"

Belum sempat Minho menjawab, Woojin sudah menempelkan bibirnya diatas bibir Minho dan membuat Minho terkejut atas tindakannya.

Tak ada lumatan disana, Minho hanya diam dan Woojin juga hanya ingin mengakhiri perasaannya.

Tetapi, ada seorang member yang ternyata mengetahui saat ini.

{Chan Pov}

Jadi seperti ini rasanya?

Seperti semua hal didunia ini hilang setengah.

Aku memang sengaja mengunjungi hotel agar bertemu dengan semua, terlebih lagi dengan Minho. Yah, aku sangat merindukannya.

Woojin hyung bilang ia tidur dengan Minho, maka aku menannyakan kamarnya sebelah mana ke member lain.

Pintu kamar Woojin hyung tidak terkunci, maka aku membukanya perlahan.

Tapi ternyata yang kulihat malah, hal yang sangat membuatku syok bahkan aku harus mengedipkan mataku berkali-kali untuk memeriksa apakah hal didepanku ini nyata atau tidak.

Dari sini aku berpikir jika Minho pasti merasakan apa yang aku rasakan saat ini.

Walaupun ia hanya diam, tapi sebenarnya ia memikirkan kemana arah hubungan kami.

Aku menutup kembali pintu kamar tersebut dan bersandar di tembok sampingnya.

Sungguh, aku tak habis pikir jika rasanya sesakit ini.

Rasanya, aku tak rela jika kehilangan Minho. Sedangkan, aku saja jarang memberikan waktu untuknya ataupun bersamanya.

Lalu bagaimana jika Minho meninggalakan ku?

Lalu bagaimana jika Minho jatuh hati kepada laki-laki lain?

Lalu bagaimana jika Minho menginginkan kebahagiaan dari sebuah hubungan, dibandingkan dengan hubungan yang penuh luka seperti hubungan kami?

Aku tak bisa membayangkan bagaimana diriku jika tak ada dirinya.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana diriku jika tak ada kata semangat darinya.

Dan aku juga tak bisa membayangkan jika dia mencintai orang lain selain aku.

Banyak panggilan yang tak kujawan dari Jeongin. Lebih-lebih aku ingin memejamkan mataku dan terduduk diluar sini.

"hyung" Seungmin datang dari barat dan menghampiriku.

"kenapa kau disini?" tanyanya.

"aku merindukan seseorang-"

"—Minho hyung? Dia ada di dalam" belum selesai aku meneruskan kalimat, namun dia sudah menjawab. Tangannya menunjuk ruang yang ada disebelah ku.

"aku tau"

"lalu kenapa kau tak masuk?" tanya dia lagi.

"biarkan mereka bersama"

Aku berjalan keluar dan meninggalkan Seungmin yang masih berdiri di tempat itu.

Aku tak bisa berpikir jernih sekarang. Sesekali, aku memukulkan kepalan ke pohon yang kini ku sandari.

Tak ada rasa sakit di hatiku, hanya dihatiku.

Tak ada yang menemaniku saat ini, hanya langit malam tanah kelahiran dan lengkap dengan kerlap-kerlip bintang.

Sangat indah. Tapi bagiku, tak ada hal yang terindah selain bersama Minho.

Aku tak memiliki waktu untuknya bukan berarti tak ingin bersamanya, justru yang benar adalah kebalikannya.

Jeongin pernah bilang bahwa Minho selalu menyukai langit malam. Tak salah juga pilihannya, dia memilih hal yang sangat indah. Bukan seperti aku.

Aku ingin membahagiakannya, tapi aku tak tahu caranya seperti apa.

Sepertinya, harus kita akhiri hubungan ini, Minho. Maafkan aku. Aku mencintaimu.

••••

Tbc~

Komenan gw sepi, jadi ngg semangat buat up gw. Pdhl sebenernya dah jadi dari kemaren lusa:v

Happy Ending? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang