07

501 51 4
                                    


Setelah bersenang-senang bersama Yura, kini di sini lah Luna berada. Di sebuah rumah sakit bernamakan 'Hijri Hospital'.

Luna melangkahkan kakinya menyusuri koridor rumah sakit. Bau obat-obatan, nuansa putih beradu dengan abu itu sering ia lihat dahulu. Namun saat ini, baru kali ini lah ia kembali lagi kemari.

Tak jarang beberapa Suster yang berpas-pasan dengan Luna menyapanya. Langkahnya berhenti tepat di depan pintu sebuah ruangan seorang Dokter, Luna membuka pintu tersebut setelah ia mempersiapkan diri.

Lalu terpampang lah seorang Dokter yang sudah berkali-kali mendapat gelar Dokter terbaik dan berprestasi  di usia yang masih cukup muda. Isqi Hijri Davalina namanya, anak tunggal dari Dava dan Lina.

Sebenarnya sudah dari kemarin-kemarin Luna mau menghampiri Dokter pribadinya yang tampan, namun terlalu lama bersama Isqi bukan lah hal yang baik. Karena Luna akan terus-terusan memikirkan penyakit yang ia derita.

Karena sering kali Isqi memberitaukan tentang kondisinya yang kunjung memburuk, dan berakhir menyarankan sesuatu yang tak pernah bisa di iyakan Luna.

Dokter yang sedang sibuk dengan selembaran kertas dan pena di lengannya itu sontak memperhatikan orang yang baru saja memasuki ruangannya.

"Assalammualaikum Pak Dokter," ucap Luna mengudara, beriringan dengan senyuman khasnya yang tertampil.

"Waalaikumsalam pasien nakal," jawab Isqi di balas tawa cekikikan oleh Luna.

Isqi berjalan menghampiri Luna, memeluk perempuan yang tingginya jauh berbeda jika di bandingkan dengan dirinya.

"Kemana aja, kenapa baru datang sekarang sih Luna.." sambung Isqi menyudahi pelukannya.

"Gak kemana-mana, di rumah doang. Emang sengaja gak kesini dulu, biar di kangenin sama Kak Isqi," canda Luna di balas gelengan kepala oleh Isqi.

Isqi mempersilahkan Luna untuk duduk pada bangku yang tersedia dalam ruangannya. "Marvel gimana?" tanya Isqi seketika membuat Luna kembali tersenyum.

"Alhamdulillah sehat, tapi sesuatu yang gak pernah Luna duga sampai sekarang itu ya.. sikapnya yang berubah drastis," lirih Luna mentap kosong kedepan.

"Emang sikapnya Marvel gimana sekarang?" tanya Isqi mengorek lebih dalam.

"Yah bisa di bilang berbanding terbalik sama tingkah lakunya yang dulu, kayak Kak Marvel tuh berubah 180°. Sekarang dia jadi lemah lembut, penyayang, perhatian dan kadang juga posesif," jelas Luna.

Isqi tersenyum, tak tahan melihat ekspresi wajah Luna.
"Bukannya bagus kalau gitu? dan memang itukan yang Luna mau dari dulu," balas Isqi.

"Y-ya iya, cuma kenapa tiba-tiba ya? dan sampai sekarang pun Luna masih gak tau, apasih salah Luna sampai Kak Marvel sebenci itu dulu sama Luna?" tanyanya kepada diri sendiri.

Sementara Isqi dengan pikirannya, hanya bisa diam. Walau ia tau jawaban dari pertanyaan Luna, namun sepertinya akan lebih baik jika ia bungkam.

"Wah kayanya ada yang habis borong nih," tandas Isqi mengalihkan topik pembicaraan.

Luna melirik beberapa paperbag yang ikut ia bawa kesini, karena jika singgah kerumah takut di tanyai oleh Marvel.

"Haha ini tadi habis main sama temen, eh gak sengaja ngeliat aksesoris lucu beli, baju bagus beli yah jadi gini deh. Oh ya, ini tadi Luna ada beliin sesuatu buat Kak Isqi," ujar Luna menyodorkan satu paperbag kepada Isqi.

Isqi menerima paperbag tersebut, lalu melihat isinya. "Ini parfum dari brand ternama yang baru keluar kemarin kan? mahal ini. Lain kali gak usah repot-repot begini lah Luna," tutur Isqi merasa tak enak hati.

Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now