Aku dan Kamu?

807 93 4
                                    

Bakugo berlutut di depan (Name) kemudian memegang kedua pundak (Name) ragu-ragu. Perasaan bersalah menyelimuti hatinya. "Kenapa aku jadi merasa bersalah?" Ungkapnya dalam hati.

Bakugo terkejut ketika (Name) mengangkat wajahnya "Bakugo, aku tidak tahu apa yang membuatmu marah padaku. Aku mohon maaf jika aku berbuat kesalahan." Kata (Name) yang sudah mulai tenang.

Bakugo hanya berdiam dan tak berucap, dan itu justru membuat (Name) semakin sedih. Dari sorot matanya dia benar-benar bingung apa yang harus dilakukan.

(Name) sepertinya mulai kedinginan (?) Baru sekarang? Ya, dan entah kenapa dia kedinginan padahal matahari mulai bersinar. Jaketnya? Terlalu tipis. Lalu kenapa (Name) menggunakannya? Entahlah Author sendiri juga tidak tahu...

Bakugo melepaskan jaket yang ia kenakan dan menyelimuti tubuh (Name) dengan jaketnya itu. Ya.. kurang lebih (Name) terlihat sepertinya buntalan(?). "Baiklah, kau ku maaf kan. Tapi kau jangan penah membuatku marah lagi!" Kata Bakugo lebut.

Tunggu, Baguko bersikap lembut? Kata-katanya pun mirip dengan janji yang di buat oleh anak kecil. Apa yang terjadi?

Flashback
(Name) duduk di sebuah bangku taman sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya. Tak lepas setangkai bunga 'higanbana' di tangannya.

"Aku turut berdukacita atas kepergian orang tua kalian." Kata ibu Bakugo pada (B/N). Rasa sedih kehilangan sosok orang tua memang hal yang menyakitkan. (B/N) hanya berusaha tegar dan mengangguk.

(Name)? Dia sudah seperti orang yang kehilangan kesadaran. Seakan jiwanya di telan kesedihan. Wajahnya datar menatap bunga 'higanbana' yang sendari tadi ia mainkan. Iya, datar tanpa ekspresi namun air matanya tak bisa di hentikan.

Sampai dirumahnya. (Name) langsung masuk kamar dan menguncinya dari dalam. (B/N) sangat khawatir pada adiknya tersebut. Dia benar-benar menutup dirinya. Mengabaikan apapun yang ada diluar kamarnya.

"Hoi... Buka pintumu, aku mau bicara!" Teriak Bakugo dari luar. Sudah hampir 2 hari (Name) tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Makanan yang biasanya disiapkan oleh kakaknya, sama sekali tak di sentuh.

"BUKA ATAU KU DOBRAK PINTU INI!" Kesal Bakugo. Tak ada respon dari dalam, Bakugo pun mendobrak pintu kamar (Name) dan menemui (Name) dengan keadaan memprihatinkan.

Badannya kurus kering hingga seperti tinggal Tulang dan kulitnya, tubuhnya tekapar di lantai dekat tempat tidurnya.

(B/N) pun membawa (Name) kerumah sakit. Selama seminggu (Name) hanya duduk melamun di kamar rumah sakit. Dan, yah... Dia mengalami amnesia ringan karena stress dan tidak mendapatkan asupan energi dari makanan dan minuman.

Sesekali dimalam hari dia berteriak, menangis, tertawa sendiri. Dokter menyarankan untuk membawa (Name) ke psikiater untuk direhabilitas. Selama sebulan (Name) menjalani masa rehabilitasi.

Tak lupa Bakugo dan Midoriya sering berkunjung barsama teman-teman yang lain. Tetapi 2 orang itu adalah yang paling sering berkunjung. (B/N) dia punya pekerjaan yang harus ia selesaikan agar dapat menghidupi ia dan adiknya. Tapi selalu menyisakan waktu untuk bertemu (Name).

Flashback end


Yo para readers, maaf baru upload.
Wattpad sempet ke? Ter? Di? Hapus karena memori penuh😩.
Bingung juga sih mau lanjutkan ceritanya apa ngga☹️.

Gini aja deh mending kalian kasih komentar, masukan atau saran. Gimana kelanjutan cerita ini. Lanjut ato tidak? Sad End ato Happy End? Banyakin bagian cerita ato segera selesai saja?

Pendapat kalian sangat saya tunggu🤗

Blocking (Tidak Dilanjutkan)Where stories live. Discover now