35. Part 2

104 15 0
                                    

Soeul merenungi kisah cinta Lee Seunggi sepanjang jalan setelah keluar dari ruangan Mawang dan sekarang berada di lift. Ternyata selebriti itu pernah memiliki seorang kekasih, yang begitu dicintainya, dan sekarang sudah meninggal. Ah, betapa sedih dan sakit perasaan Lee Seunggi karena hal itu. Soeul iba padanya.

Sedetik kemudian, Soeul sadar, bahwa seharusnya dia marah pada selebriti itu dan bukannya iba. Dirinya dipermainkan, dianggap sebagai orang lain, dan dijadikan pelampiasan rindu terhadap kekasihnya yang sudah meninggal itu. Tapi Lee Seunggi benar-benar terlihat seperti ....

Tidak! Auh, apa sih yang Soeul pikirkan? Dia tidak boleh keliru. Seperti kata Presdir Woo, kalau dia sampai keliru tentang itu, dia hanya akan berakhir tersakiti dan menyakiti selebriti itu. Dia harus tetap tenang dan berada dalam batas aman.

Saat pintu lift membuka dan ada beberapa orang yang berdiri di depannya untuk masuk, rasa rendah diri Soeul kembali. Dia merasa semua orang memandang aneh dirinya, dan jadi menundukan kepala karenanya. Dia akan ke ruang istirahat saja.

Sora menelepon.

“Halo?” Soeul menjawab.

Sora langsung bicara, “Eonni, sudah lihat artikel itu? Lee Seunggi ketahuan memasuki toilet wanita! Sebenarnya apa yang kalian berdua lakukan di tempat seperti itu?”

“Ap-apa? Melakukan apa?” Soeul merasa telah dituduh.

“Dan orang-orang mulai membicarakan ‘noda aneh’ yang ada di mata Eonni. Eonni melepas lensa ya? Kenapa?” Sora memarahi kakaknya.

Soeul tersesak. Untuk sebentar, fokusnya teralihkan oleh kisah cinta Lee Seunggi dan lupa tentang mata kanannya yang ‘dalam bahaya’.

 Untuk sebentar, fokusnya teralihkan oleh kisah cinta Lee Seunggi dan lupa tentang mata kanannya yang ‘dalam bahaya’

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Eonni?” Sora menagih suara.

“Sora-ya, bagaimana ini? Tabunganku belum cukup untuk operasi mata sekarang. Aku tidak mau dipanggil ‘monster’ lagi.” Soeul ketakutan.

Sora menyesal menelepon kakaknya sekarang. Sepertinya dia hanya mengingatkan Soeul pada sesuatu yang entah bagaimana sedang Soeul lupakan untuk sebentar. Ini benar-benar bukan saat yang tepat untuk memarahinya tentang melepas lensa di luar rumah.

“Kau punya uang berapa? Sebentar lagi aku akan mendapatkan gaji pertamaku, kalau kau punya sedikit uang, sepertinya itu akan cukup untuk operasi. Kalau aku benar-benar ketahuan, setidaknya aku harus bisa membuktikan kalau tidak ada yang aneh dengan mataku ini. Benar, kan?”

“Ya, itu benar, tapi—” Tiba-tiba Sora punya ide bagus. “Eonni, kenapa kita tidak memanfaatkan Lee Seunggi saja? Dia kan tahu tentang mata Eonni, biarkan saja dia yang bertindak kalau mata Eonni itu benar-benar terungkap.”

Soeul terdiam. Dia baru saja diperingatkan untuk tidak keliru tentang perasaan Lee Seunggi terhadap dirinya, tapi ....

Soeul menggeleng. Katanya, “Aku tidak mau melibatkan orang itu. Ini masalahku, harus aku sendiri yang menanganinya.”

Sora tidak sedang berbangga pada kakaknya yang secara mendadak berubah menjadi seorang pemberani. Sebaliknya, dia merasa ini akan lebih gawat dari yang biasanya.

“Sora-ya, kau punya uang berapa?” Soeul mengulang pertanyaannya.

Eonni, dengar, Eonni tidak harus operasi sekarang juga. Lagi pula kalaupun sekarang orang-orang membicarakan mata itu dan akhirnya tahu, mereka tidak tahu siapa Eonni. Ada lebih dari satu solusi untuk masalah ini, Eonni tidak perlu terburu-buru. Hm?” Sora benar-benar mencemaskan kakaknya.

“Tapi,” Soeul melihat ke sekitar, “seorang pelayan kamar yang bekerja denganku di sini tahu kalau itu adalah aku. Dan kalau mataku ini sampai terungkap—”

“Ada yang tahu? Bagaimana bisa?” Sora merasa aneh.

“Dia melihat langsung saat aku digendong Lee Seunggi keluar dari hotel.” Soeul memberi tahu.

Diam sedetik.

“Jadi, kalau mataku ini sampai terungkap, dia akan menjadi orang pertama yang tahu, dan aku tidak yakin dia akan bisa merahasiakan itu. Aku benar-benar harus operasi sekarang. Kau tahu, sudah lama aku merencanakannya. Ini adalah saat yang tepat.” Soeul memohon agar Sora bisa membantunya.

Sora geleng kepala. “Ini bukan saat yang tepat. Justru, kalau pada saat seperti ini Eonni tiba-tiba pergi ke rumah sakit untuk operasi mata, setidaknya dokter dan perawat di sana akan tahu kalau perempuan yang di foto itu adalah Eonni. Dan meskipun Eonni pasien mereka, aku tidak yakin rahasia itu akan benar-benar aman.”

Sekarang Soeul terdiam bingung.

“Dan aku tidak punya cukup uang untuk menutupi biaya operasi yang Eonni butuhkan,” Sora menambahkan, dengan kesan bahwa operasi adalah hal yang sangat tidak mungkin untuk saat ini.

“Tapi kalau Eonni memaksa, aku akan bicara pada selebriti itu.”

“Ah, s-sebentar.” Soeul mencegah Sora bertindak. “Kenapa kau harus bicara dengannya? Apa yang akan kau bicarakan dengannya?” Soeul merasa, Lee Seunggi sungguh tidak perlu dilibatkan dalam hal ini.

“Tentu saja tentang operasi. Dia kan selebriti, jadi, dia pasti punya banyak uang.” Sora sangat pintar.

“Kenapa harus dia?” Soeul tidak mau.

“Lalu siapa lagi? Hanya dia yang tahu tentang mata Eonni, kan? Atau kutelepon Hansol Oppa saja? Memberitahunya kalau Eonni butuh uang untuk operasi, dan pada akhirnya oppa kesayangan Eonni itu akan tahu tentang rahasia yang selama ini susah payah Eonni sembunyikan darinya. Bagaimana?” Sora bukan menantang.

“Itu—Ah, tidak.” Soeul tidak tahu harus bagaimana.

“Lagi pula sebenarnya tidak ada yang bisa kita lakukan pada foto itu.” Sora berkeras. “Foto itu sudah sangat menyebar, berkat popularitas selebriti itu. Dan kurasa, karena itu, dia harus ikut bertanggung jawab atas kejadian ini. Benar?”

Soeul rasa, itu salah. Dia tidak mau melibatkan Lee Seunggi dan itu benar-benar tidak boleh, tapi—

“Aku akan telepon selebriti itu.” Sora sudah memutuskan, dan mengakhiri sambungan begitu saja.

Soeul tidak yakin tentang segala sesuatu.

JOURNEY HOTEL: WAR OF SOUL [HWAYUGI S2]Where stories live. Discover now