FOUR

4.2K 345 5
                                    

          "Aku sudah berusaha new, meminta bantuan pada petugas keamanan, para dosen ataupun pak rektor sekaligus tapi mereka tak ada yang mau mendengarku bahkan mereka bilang hal itu biasa, dikampus ini" ujar Gun menjelaskan pada new yang saat itu mereka bertiga berada dikafe tak jauh dari kampus.

         "Ya sudah aku percaya gun, tidak apa." new tau hal itu, pasti semua orang tidak akan ada yang tergerak jika sudah mengenai Tay. Mungkin karna mereka takut atau tidak peduli.
       "Tapi kamu tidak apa, kan new." tanya gun berulang kali sudah bertanya hal itu.
       "hem, tidak apa." jawab new sambil menyirup minuman yang didekatnya.
      "kali ini kamu bisa lolos, tapi bagaimana nanti jika mereka terus mengintaimu" Krist sedari tadi ikut percakapan mereka,
       "Entahlah, mungkin aku akan melawan mereka"
      "Apa? jadi kamu bisa melawannya?" serentak gun dan Krist bertanya. "wah, kamu pasti jago berkelahi ya"
       "hahaha tidak kok" jawab new sambil tertawa lirih, wajah gun dan Krist berubah menjadi redup seketika mereka pikir new benar-benar bisa melawan, tapi new malah tertawa santai sekali.
      "Huh, aku pikir kamu benar-benar mau melawan mereka" celetuk Krist, begitu juga pemikiran gun.
      "Mereka itu gak perlu dilawan dengan tenaga, tapi dengan ini" new disela tawanya tangan new menunjuk kepada kening kepalanya.
      "Oh dengan membenturkan kepalamu pada mereka ya, dasar gila! Hahaha" sahut Krist ikut tertawa. Gun juga tersenyum sama seperti mereka berdua, yang kelihatan santai saja. Mungkin karna new berusaha merubah suasana dengan candaan mereka.

Sesaat saat mereka sedang asik mengobrol tiba-tiba saja, pria bernama singto muncul dan seketika langsung mengambil tangan Krist.

      "ouhh... Sing" sahut Krist agak kaget.
      "ikut aku" Suara Singto menegas aingin mengajak KRist berdiri dari duduknya.
      Tentu saja membuat new tak segan melihat kedatangan singto yang mendadak seperti itu, "apa-apaan sih kamu, lepasin dia"

     "Gak usah ikut campur, Kit ayo ikut aku" sentak Singto berusaha tak pedulikan new yang ingin menahannya. Krist tergerak berdiri dari duduknya dan mengikuti keinginan Singto yang hendak mengajaknya pergi.

       "Hei hei..tunggu" new ikut berdiri dari duduknya, ia merasa singto begitu kurang ajar memaksa krist pergi.
       "new sudah...biarkan saja" gun yang justru menahan new yang ingin menyusul mereka.
       "kenapa kita biarkan saja, dia bisa saja menyakiti kit"
       "itu tidak mungkin" sambar Gun, membuat new mengarah pada Gun yang terlihat santai saja padahal krist itu adalah sahabatnya. "Singto tidak akan menyakiti kit, Karna dia pacarnya"

       "HaHh" Sontak mata new membulat, dan tercengah mendengar pertanyaan itu. "Pacar?!!"

Sementara Singto mengajak Krist pergi menuju parkiran mobilnya,
      "lepas sing, tanganku sakit" keluh Krist yang meminta singto untuk melepas tangannya yang sedari tadi diajak pergi dengan memaksa.
      "ouh, sorry kit." langsung saja singto mengusap pergelangan tangan Krist dengan penuh lembut, berbeda dengan perlakuan ia sebelumnya.     "aku gak bermaksud buat tanganmu sakit"
         Krist menghela nafas, "terus kenapa sikapmu seperti itu,"
        "Apa aku harus memberitahumu lagi, kalau aku gak suka kamu dekat dengan mereka"
          "Mereka itu temanku,"
          "bisakah kamu tidak berteman dengan mereka, mereka itu cuma pencari masalah"
        "yang menjadi masalah itu kamu dan gengmu itu. Gun dan new hanya mahasiswa biasa, mereka sangat baik. niat mereka disini hanya untuk belajar. Tapi kamu dan temanmu yang selalu mencari masalah pada mereka."
      "apapun yang kamu tau soal mereka, aku gak mau tau. Kamu gak boleh berteman dengan mereka?"
       "Kenapa kamu melarangku, aku itu gak pernah ngelarang kamu berteman dengan siapa tapi kenapa kamu membatasi pertemananku sing,"

        "Aku cuma gak mau kamu celaka Kit, kalau kamu dekat dengan mereka kamu bisa terlibat masalah dengan mereka"
        "masalah apa?, apa kamu dan teman-temanmu juga akan menyakitiku"
        "Kit...aku gak mungkin biarin itu terjadi"
        "kalau begitu kamu harus memberitahu temanmu untuk berhenti mengganggu teman-temanku" ujar Krist jadi membalikan pembicaraan berharap Singto bisa membantu.
         "Itu juga tidak mungkin, aku dan teman-temanku sudah berteman sejak kecil aku tidak mungkin bisa meninggalkan mereka"
         "kalau begitu jangan salahkan aku kalau aku akan tetap menjadi teman mereka"
        "Kit, jika kau harus memilih antara mereka dan aku. Apa kau akan tetap bersama mereka"
        "ini gak ada kaitannya dengan hubungan kita,"
        "Tentu ada," sambar Singto menyela ucapan Krist. "Kalau kau tidak mau mendengarkanku, itu berati kamu memilih berteman dengan mereka."

Change of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang