Twins 1

90.3K 4.4K 1.2K
                                    

Jeno yang duduk di sofa masih merasa tidak percaya dengan kebenaran yang dipaparkan didepan wajahnya. Ibunya juga sedang menangis, merasa tidak rela jika suaminya membagi kasih pada orang luar yang sebenarnya merupakan darah daging dari suaminya. Helaan napas lelah dari ayahnya pun terdengar.

"Mulai hari ini, Nana dan Jaemin akan tinggal disini. Keduanya masih dibawah umur, dan tanpa ibunya mereka tidak bisa melakukan apa-apa, kuharap kalian mengerti," Setelah satu kalimat itu terucap, ayahnya menuntun ibunya untuk keluar agar lebih tenang dan melakukan percakapan secara personal.

Jeno masih termenung, ayahnya memiliki anak kembar yang berusia 18 tahun, ibu keduanya merupakan seorang wanita penghibur, yang Jeno yakini kelahiran kedua adik kembarnya itu merupakan kesalahan ayahnya dan ibu adik kembarnya. Dan sekarang ibu keduanya pergi entah kemana, meninggalkan mereka berdua dan pesan singkat untuk ayahnya yang berisikan permintaan untuk merawat Nana dan Jaemin.

'Sungguh tidak bertanggung jawab' Dengus Jeno dalam hati. Hal itu membuatnya sadar, bahwa kedua adik kembarnya merupakan tanggung jawab ayahnya. Karena pemikirannya yang dewasa, ia tidak akan mempermasalahkan hal itu. Tetapi ia masih sedikit khawatir dengan ibunya, ia yakin ibunya pasti kecewa. 

Jeno memilih untuk menerima saja daripada harus pusing. Lagian ia juga penasaran rasanya memiliki adik. Jika memang seperti apa yang dibayangkannya, ia akan menikmatinya. Dan jika diluar bayangannya, paling ia akan menghindari kedua adiknya. Sesimple itu pemikiran seorang Lee Jeno, tanpa tahu kejadian apa yang akan menimpanya setelah ini.

🍪

Kini Jeno duduk berhadapan dengan kedua adik kembarnya di meja makan. Seperti kata ayahnya, mulai hari ini kedua adiknya akan tinggal bersama mereka. Rasanya tidak terlalu buruk, suasana dirumah juga menjadi sedikit ramai karena salah satu adiknya -Jaemin, memiliki sifat ceria dan aktif yang dapat mencairkan suasana dengan mudah. Bahkan Jeno dapat melihat senyuman pada wajah ibunya sekarang. 

Sedangkan adiknya yang lain, Nana, lebih pendiam dan malu-malu. Ia selalu tampak mengikuti Jaemin kemana-mana, terkadang jika Jaemin terlalu aktif, Nana akan menarik ujung pakaian Jaemin, dan itu membuat Jeno merasa gemas. Jeno jadi berandai, apa adik kembarnya akan melakukan hal yang sama kepadanya jika sudah dekat nanti? Jiwanya sebagai seorang kakak perlahan mulai bangkit.

"Ayah dan Ibu akan pergi berlibur selama seminggu. Kalian bisa menggunakan waktu tersebut untuk saling mengenal dan lebih dekat," Jaemin tampak semangat dan tersenyum lebar.

"Ayah dan Ibu tenang saja! Kita pasti akan segera akrab, iya kan Jeno hyung?" Jaemin berucap dengan nyaman, dan hal itu membuat Jeno mengangguk dengan senyuman kecil, membalas senyuman lebar dari adiknya.

Jeno merasa kedua adiknya ini benar-benar menarik. Ia tidak sabar untuk lebih dekat dengan kedua adiknya yang manis.

Setelah makan malam, ketiganya duduk di ruang tamu untuk sesi pendekatan, sedangkan kedua orang tuanya sudah ke kamar untuk menyiapkan barang yang akan dibawa saat pergi.

Daripada disebut dengan sesi pendekatan, hal yang mereka lakukan lebih bisa disebut dengan kegiatan berceloteh Jaemin. Hanya Jaemin yang aktif berbicara, sesekali Nana menimpali dengan suara kecil yang membuat Jeno kembali gemas dan ingin meremas pipi kedua adik kembarnya.

Mereka membahas beberapa hal umum seperti hobi misalnya, ternyata Jeno dan Jaemin memiliki hobi yang sama yaitu bermain sepak bola, sedangkan Nana lebih suka memasak dan berdiam diri di rumah. Jaemin menyukai kopi pahit, Nana menyukai bubble tea yang manis.

Tanpa sadar mereka (sebenarnya hanya Jaemin dan Jeno) mengobrol sampai jam 11 malam. Nana sudah tampak tak bisa menahan kantuknya. Bisa dilihat dari kepalanya yang terhuyung ke depan dan belakang, sampai akhirnya bersender pada bahu milik Jaemin.

"Sepertinya Nana sudah mengantuk. Kau juga sebaiknya tidur, Jaemin-ah" Jaemin terlihat cemberut, seakan tidak rela untuk mengakhiri sesi celotehnya. Tetapi ia juga kasihan pada adik kembarnya, pada akhirnya Jaemin menepuk pelan pipi Nana.

"Nana ayo bangun, kita pindah ke kamar," Nana mengerjap pelan untuk mengumpulkan nyawanya yang sudah melayang entah kemana, lalu mengucek matanya. Jeno dengan gerakan lembut langsung menahan tangan Nana yang masih mengucek matanya.

"Jangan, nanti matanya sakit," Nana terlihat malu dan bersembunyi pada punggung Jaemin, tetapi tak lupa untuk bergumam terima kasih kepada kakak barunya.

"Besok lagi ya hyung! Hyung harus tidur yang nyenyak, jangan lupa mimpiin Jaemin dan Nana!" Seruan Jaemin membuat Jeno terkekeh pelan lalu mengusak surai kedua adiknya.

"Nana dan Jaemin juga mimpiin hyung ya? Selamat malam, kembar" 

"Selamat malam, hyung!"

CUP CUP

Jeno terkejut saat kedua adiknya mengecup pipi kiri dan kanannya secara bersamaan, setelahnya mereka berjalan menuju kamar yang berada di sebelah kamar milik Jeno. Jeno kembali termenung, memikirkan kebaikan apa yang pernah ia lakukan sampai bisa mendapat dua adik yang begitu manis. Ah ia yakin malam ini ia pasti akan mimpi indah.

🍪

Pagi pun datang. Kediaman Lee tampak sepi, orang tua Jeno sudah berangkat, Jeno dan Jaemin masih tidur, dan si bungsu Nana sedang sibuk membuat sarapan di dapur. Setelah selesai dengan kegiatannya, Nana memutuskan untuk membangunkan kedua kakaknya.

Nana berjalan menuju kamar Jeno terlebih dahulu karena kamar Jeno lebih dekat dari dapur. Dengan perlahan, Nana mengetuk pintu kamar Jeno.

"Jeno hyung?" Tidak ada sahutan dari dalam. Nana berpikir sebentar, menimang apakah ia harus masuk kedalam untuk membangunkan kakaknya. Setelah dua menit berperang dengan batinnya, akhirnya Nana memutuskan untuk langsung membangunkan Jeno.

'Tidak dikunci,' batinnya saat kamar Jeno terbuka. Dari pintu, ia dapat melihat Jeno yang masih memejamkan matanya. Nana melangkah pelan mendekati kasur milik Jeno, lalu berhenti didepan Jeno yang masih tidur. 

Sejenak ia terdiam dan mengamati wajah kakaknya yang masih terpejam. Harus ia akui, kakaknya ini benar-benar tampan meskipun terlihat dingin saat berdiam diri, tetapi kakaknya itu benar-benar memiliki hati yang lembut, tercermin dari perlakuannya saat pertama kali mereka bertemu kemarin.

"Aku tahu aku tampan," suara serak khas orang yang baru bangun tidur membuat Nana tersentak dari acara 'mari menatap wajah tampan kakak'. Wajahnya sontak memerah, dengan cepat Nana mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk menghindari tatapan jahil dari Jeno yang ternyata sudah bangun. Tetapi bukannya rasa malunya teratasi, malah ia merasa semakin malu karena tidak sengaja menatap pada selangkangan Jeno yang membentuk tenda besar.

Tentu saja ia mengalami hal itu juga di pagi hari, ia dan Jaemin sudah mengalami pubertas. Tetapi tetap saja ia malu, tenda itu benar-benar terlihat jelas dan besar. Nana mengulum bibirnya gugup dengan wajah yang memerah sampai telinganya. Melihat hal itu, Jeno dapat menyimpulkan bahwa adik di hadapannya ini adalah Nana.

"Selamat pagi... Nana?" 

"S-selamat pagi hyung.." Nana menjawab dengan tersendat yang malahan mengundang kekehan pelan dari Jeno. Dengan gemas, Jeno mengusak rambut Nana yang masih mematung pada posisinya.

"H-hyung sarapan sudah selesai, di dapur," Nana berucap cepat tanpa melihat kearah Jeno dan segera bangkit dari posisinya untuk segera keluar dari kamar kakak sulungnya. Jeno yang masih belum sadar dengan keadaan hanya maklum saja karena adik bungsunya memang pemalu. Dengan santai, Jeno beranjak dari kasur, bermaksud untuk mencuci wajahnya dan menggosok gigi terlebih dahulu.

"Aish ternyata kau ikut bangun," Setelahnya Jeno baru sadar miliknya sungguh bersemangat hari ini, mungkin ia membutuhkan waktu yang lebih lama di kamar mandi.

🍪

NB : Halo teman sepermesuman 🌚 mana nih yang kemarin minta nomin incest?! Minta threesome?! Hope you guys like it! Menurut kalian FF ini patut dilanjut atau enggak? Please tell me~ kritik dan saran akan sangat membantu! Jangan lupa voment ya manteman! Sampai jumpa chapter depan! 💖

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang