[2] :)

14.3K 610 48
                                    

🌷°🌷°🌷

Aku menatap diriku di cermin. Riasan make up menghiasi wajahku, kebaya syar'i serta jilbabnya sudah menempel rapi di badan dan kepalaku. Kutatap lekat-lekat diriku di kaca, bayangan akan hidup bersama dengan sosok yang ku idam-idamkan akan kujalankan sebentar lagi.

Mengemban kewajiban istri dan berbakti kepada suami, menunggu hitungan menit statusku akan berganti.

Aku tersenyum bahagia. Ini adalah hari yang bersejarah dalam hidupku, dan kuharap ini bisa menjadi sejarah yang terjadi sekali dalam seumur hidup.

"Dek sudah siapkan?" tanya bunda memasuki kamarku.

"Sudah Bun," Aku tersenyum lebar memperlihatkan betapa bahagia nya aku saat ini.

"Itu di depan udah ada Rania dan Nabila, bunda suruh masuk aja ya?"

"Iya Bun mereka suruh nemenin Syafa," ujarku.

Rania dan Nabila adalah sahabatku mulai kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar sampai sekarang ini. Kita melewati semua hal hampir bersama. Aku menganggap mereka lebih dari seorang sahabat, karena mereka termasuk sosok sosok penting dalam hidupku.

"Syafa!" teriak mereka berbarengan.

"Astagfirullah kebiasaan, biasa gitu gak bisa?" jawabku sewot.

"Hehehe maafin Sya. Eh btw kamu udah siap kan Sya jadi istri?" goda Rania yang kini duduk di sebelah kiriku.

"Doain yaa, semoga bisa jadi istri yang baik buat Mas Jiddan,"

"Aamiin," ujar mereka kompak.

Sudah kuceritakan semuanya kepada mereka tentang awal mula Mas Jiddan mengajak ku ta'aruf, mengkhitbahku, dan sampai sekarang. Rania dan Nabila juga sudah tau sejak SMA aku menggagumi sosok Mas Jiddan. Karena memang diantara kita tak ada rahasia, jadi kita saling terbuka satu sama lain.

🌷°🌷°🌷

Aku merasakan grogi yang luar biasa. Tanganku mulai bergetar, badanku berubah dingin seketika, mulai gelisah tak karuan.

Tiba-tiba tangan Nabila menggenggam sebelah tanganku, "Sya ada kami disini, gausah grogi. Semuanya akan baik-baik saja kok." Kata Nabila sambil menggenggam erat tanganku. Aku hanya tersenyum kearahnya. "Sebentar lagi kamu bakal jadi istri Sya, kalau aku dan Rania mau ngajak main bakal susah nih." Lanjutnya.

"Ah bisa saja kamu bil, insyaallah nanti Mas Jiddan bakal ngizinin kok. Tapi ga bisa sesering dulu," sahutku.

"Iyaa iyaa aku tau kok Sya, kita bahagia liat kamu yang sebentar lagi bakal jadi istri," jawab Nabila.

"Eh kayaknya beberapa menit lagi akadnya akan dimulai deh," sela Rania.

Sepertinya diluar semua sudah siap. Terdengar ayah mencoba mikrofon, "Sudah siyap Nak Jiddan?" tanya Ayah.

"Insyaallah," jawab Mas Jiddan dengan tegas.

"Bismillah. Saya nikahkan engkau, Jiddan Muhammad bin Akhmad Surya Wijayanto, dengan putri saya, Syafa Adinda Khumairah binti Hermawan Razak dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sejumlah Rp 230.000 dibayar tunai," ucap ayah.

"Saya terima nikahnya, Syafa Adinda Khumairah binti Hermawan Razak dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," jawab Mas Jiddan dengan sekali tarikan nafas.

"Sah?" tanya penghulu yang berada di sebelah abi.

"Sah," jawab saksi serentak.

Semua orang yang berada diruangan berucap hamdallah. Air mata sudah membanjiri pipiku. Aku terharu dan detik ini aku sudah menjadi istri Mas Jiddan, detik ini pula rasa kagumku berubah menjadi cinta, aku merasa akulah wanita yang paling beruntung dapat hidup bersama Mas Jiddan. Rania dan Nabila sudah berambur memelukku, mereka juga menangis, menangis bahagia pastinya.

"Yuk Sya kita keluar!" ajak Rania. Aku hanya mengangguk dan berjalalan bersama Rania dan Nabila kedepan.

Saat aku berjalan menuju tempat yang sudah disediakan, aku merasa semua orang yang hadir menatapku dengan raut muka bahagia.

Tak terkecuai Mas Jiddan, dia menatapku sangat intens, dia terlihat begitu tampan dan gagah. Badannya terbalut setelan jas hitam yang membuat aura ketampanannya meningkat drastis.

Sudah kupastikan pasti pipi ini sudah berubah merah merona, "Ran, Bil aku kok jadi deg degan gini sih. Semua orang menatapku." bisikku.

"Udah tenang aja, percaya diri. Kamu sekarang cantik banget. Makanya semua orang melihatmu kagum," jelas Nabila. Aku hanya mengangguk pasrah.

Setelah aku sampai di tempat, aku mencium tangan Mas Jiddan. Getaran ini semakin terasa, aku semakin gugup dibuatnya. Dia mengelus pucuk kepalaku dan mencium keningku. Darahku berdesir, aku semakin gugup.

"Kita sudah jadi mahram, jadi jangan gugup," Bisik Mas Jiddan tepat ditelingaku dengan senyum yang sangat mempesona. Ya tuhan sepertinya aku harus terbiasa dengan ini semua. Hari ini benar-benar dimana hari yang membuatku spot jantung di tiap detiknya.

Semua berlangsung seperti yang di rencanakan, mulai dari akad sampai resepsi semua berjalan semestinya, semua kerabat baik dari Mas Jiddan ataupun dari ku semua datang memberi selamat kepada kita, saudara saudaraku dan Mas Jiddan juga datang meramaikan malam ini.

🌷°🌷°🌷



Udah halal aja si Syafa sama Jiddan 🤗

Yuk kondangan yukk😂😂

Tapi..

Tapi..

Tapi..

Bakal ada huru hara apakah sebentar lagi??😁

Tunggu next episode😊😚

SEMOGA SUKA❤❤

SELAMAT MEMBACA & TERIMA KASIH❤

Tertanda

Dian Alfina
di-Bumi

Syafa Adinda (COMPLETED)Where stories live. Discover now