[3] :)

12.8K 560 7
                                    


🌷°🌷°🌷

Adzan shubuh berkumandang. Aku mengerjapkan mataku, betapa bahagianya saat kutoleh ada sosok yang dulu ku kagumi berada di sampingku. Kutatap lebih rinci setiap bagian wajahnya. Mulai dari mata yang begitu teduh, hidung yang mancung, bibir yang menggemaskan, aku suka semua yang ada pada dirinya.

Aku tersenyum melihat mata yang di depanku masih tertutup rapat. Setelah puas memandanginya, aku turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.

Kami masih berada di rumahku, karena tadi malam resepsi berakhir sekitar pukul 11.30 WIB di tambah lagi badan kita tidak mendukung untuk aku dan Mas Jiddan pulang kerumahnya. Jadi ayah bundaku dan umi abi Mas Jiddan menyuruh kami untuk menginap di rumah dulu.

Benar-benar kemarin hari yang tidak bisa kulupakan meskipun setelahnya aku dan Mas Jiddan sangat sangatlah lelah. Setelah resepsi berakhir aku dan Mas Jiddan menuju ke kamarku dan kita langsung tertidur di ranjang.
Malam pertama yang melelahkan.

Sesudah mandi aku membangunkan Mas Jiddan sepertinya dia sangat kelelahan. Buktinya dia begitu menikmati tidurnya.

"Mas bangun, sudah shubuh," panggilku.

Dia masih mengeliat ditempat, aku menahan tawa kala melihat wajah polos bangun tidurnya, "Mas?" panggilku sekali lagi.

Dan akhirnya dia mau membuka mata, "Ehmm iya ini bangun. Sudah sholat?" sahutnya.

"Belum Mas, ini mau sholat," jawabku.

"Oh baiklah tunggu aku, kita sholat sama-sama," Ujarnya sambil berjalan menuju kamar mandi.

Aku yang mendengarnya kaget bukan main.

Dia mengajak ku sholat bersama, maksudnya dia nanti yang ngimamin? Oh ini masih pagi tapi dadaku sudah mengalami spot jantung dadakan, batinku.

"Loh kok malah ngelamun Sya?" ucapnya yang membuaku hampir melonjak karena kaget.

"Eum maaf Mas," lirihku sambil menyiapkan perlengkapan sholat untuknya.

"Yasudah ayo nanti keburu habis waktu shubuhnya," Ajaknya.

Setelah menunaikan ibadah aku mencium tangan Mas Jiddan dengan malu-malu, namanya juga masih baru, maksudnya pengantin baru. Buru-buru aku bereskan semua perlengkapan sholat dan tempat tidur kami. Aku harus cepat-cepat keluar dari kamar ini, kalau tidak Mas Jiddan akan tau kaau sekarang pipiku berubah merah.

"Mas aku kebawah dulu ya, mau bantu bunda masak," Pamitku sebelum keluar dari kamar ini.

"Iya. Nanti aku akan menyusul kebawah," Sahutnya sambil berbaring di kasur dan memainkan handphone nya.

"Iya Mas," ucapku sambil melenggang pergi keluar.

Dibawah sudah terlihat bunda sedang sibuk dengn alat dapurnya, kuberjalan langsung menghampiri bunda.

"Masak apa Bun hari ini?" tanyaku.

"Eh sudah bangun Dek, suamimu kemana?" jawabnya tanpa menggubris pertanyaanku.

Suami? Lucu juga menyebutnya suami, batinku.

Mas Jiddan Mas Jiddan, cuman kamu yang mampu mengalihkan duniaku.

Padahal niatku untuk keluar kamar biar bisa menetralkan pipiku yang memerah, eh ternyata malah bikin aku blushing gara-gara bunda menggoda.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil tersenyum.

"Eeh ditanyain malah senyam-senyum begini," sindir bunda. Aku tersadar dari lamunanku ketika bunda mengibaskan tangannya di depan wajahku.

"Apa Bun?" jawabku tersentak.

Syafa Adinda (COMPLETED)Where stories live. Discover now