pertemuan

99 6 19
                                    

Kedalaman hati seperti kedalaman lautan. Tak ada yang bisa mengukurnya. Tidak aku, tidak pula kau.

Ziana Adinda

💞💞💞

Suara sepatu menggema di sepanjang koridor yang cukup ramai. Banyak yang berlalu-lalang menyelesaikan urusan masing-masing. Tidak terlalu peduli jika diantara mereka ada gadis yang tengah berlari karena kelas yang diikuti akan segera dimulai dalam beberapa menit lagi.

"Assalamualaikum." Ziana mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam," Jawab seorang pria berkumis tebal dengan kisaran usia 40 tahun.

"Maaf pak saya terlambat." Gadis itu menunduk. Menyembunyikan wajahnya. Lalu berjalan pelan ketika sang dosen telah mempersilahkan ia mengikuti pelajaran.

"Tumben terlambat Zi?" Anifa berbisik.

"Iya, kak Rosyid jemputnya telat." Jawab Ziana berbisik pula.

Obrolan terhenti. Sisa waktu dihabiskan Ziana dengan berkonsentrasi pada mata kuliahnya.

"Zi, mau bareng tidak? hari ini aku lewat jalan rumahmu."

"Makasih Fa. Tidak perlu. Kak Rosyid jemput hari ini."

"Wah pak dosen makin deket aja nih. Eh lama aku tak denger ceritamu ini. Gimana sekarang?"

"Gimana apanya?" Ziana mendelik. Anifa tersenyum jail.

"Ya ceritamu sama pak dosen itu lah. Duh kok aku yang baper ya Zi. Aku lebih suka sama dia, dari pada sama Hafidz itu. Keterlaluan memang dia."

Ziana tersenyum. Sudah satu bulan sejak kejadian pengusiran. Hafidzpun sudah memutuskan pergi. Satu bulan penuh perjuangan. Satu bulan yang membuat Ziana belajar rasa ikhlas sesungguhnya. Jika cinta ialah hak milik Sang Maha Pencipta.

Maka ketika cinta tidak berpihak kepadamu. Tak patut kau bersedih terlalu lama. Sang Maha Cinta tentu lebih tahu di mana cinta bermuara kepada orang yang tepat dan di saat yang tepat.

"Tak baik membenci orang. Kak Hafidz tetaplah menjadi seseorang yang berharga dalam hidupku. Terlepas bagaimana perlakuannya. Sudahlah Fa. Aku tak ingin mengingat itu. Sekarang aku ingin fokus pada pendidikanku."

"Dan pak dosen." Anifa mengerling jahil. Ziana tersenyum. "Doakan saja yang terbaik. Allah tidak pernah salah menjodohkan hambanya."

***

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Gimana hari ini?"

"Lancar kak alhamdulillah. Tapi, Zi terlambat karena kakak telat tadi." Ziana mencebik.

Rosyid menggaruk tengkuk yang tak gatal. Canggung. Ia tersenyum. "Maaf. Aku bangun kesiangan tadi pagi. Semalem begadang nonton bola."

"Nonton boleh asal jangan berlebihan. Kalo kak Rosyid kurang tidur kan bisa sakit."

Rosyid tersenyum. Hatinya menghangat. Sungguh Maha sempurna Allah yang telah menciptakan kasih kepada seluruh umatnya.

"Sudah cocok kamu."

"Apanya?"

"Jadi istriku. Aduhh iya ampum Zi ampun." Rosyid mengaduh ketika buku setebal rumus KBBI itu menghantam punggungnya. Pukulan Ziana tak pernah main-main.

About You (Short Story. Completed)Where stories live. Discover now