6

214 29 12
                                    

Ketika pagi datang, Xavier yang terlihat masih berada di apartment Iris tampak sedang menyibukkan dirinya di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya serta Iris. Awalnya dia ragu untuk melakukan hal itu tanpa sepengatahuan Iris, tapi akhirnya dia tetap melakukannya. Toh baginya, dia melakukan ini juga untuk Iris bukan untuk dirinya sendiri.

Sementara itu, Xavier yang memang tidak ingin membangunkan Iris dari tidurnya, masih membiarkan wanita itu tertidur di sofa. Dengan bantal sofa yang berada di bawah kepalanya serta selimut yang menyelimuti sebagian tubuhnya, yang tadi sempat Xavier ambil dari dalam kamarnya, Iris yang tidur dengan posisi menyamping terlihat masih kucup pulas. Tampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan aroma omlet dan juga bacon yang sedang di masak oleh Xavier.

Setelah beberapa menit berkutat di dapur, akhirnya dengan sebuah nampan berisi dua buah piring dengan omlet dan bacon serta dua gelas jus jeruk, Xavier melangkahkan kakinya kembali ke ruang tamu. Meletakkan nampan ke atas meja, lalu Xavier sedikit berlutut di samping sofa untuk membangunkan Iris.

"Iris?" Ucapnya, sambil mengguncang bahu Iris pelan. Iris tampak tidak memberikan respon apapun. "Iris, sarapan sudah siap." Ucapnya lagi, dan kali ini dia mengguncang bahu Iris sedikit lebih keras.

Dan akhirnya Iris pun tampak mulai mengernyitkan kening sambil bergumam tidak jelas. Lalu secara perlahan kedua matanya itu mulai bergerak terbuka. Mengerjapkan matanya beberapa kali, Iris tampak kembali mengernyit ketika melihat Xavier ada di hadapannya. Dia berusaha untuk berpikir kenapa pria itu bisa ada di sini. Tak lama kemudian dia teringat dengan kejadian semalam. Dengan membulatkan kedua matanya, Iris segera beringsut ke sudut sofa sambil berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Ke-kenapa kau masih ada di sini?" Tanya nya, tampak ketakutan. Lalu dengan cepat pula dia mengecek pakaiannya yang ternyata masih lengkap.

Xavier yang melihat sikap ketakutan Iris pun langsung mengangkat kedua tanganya sedikit ke udara, berusaha untuk membuat wanita itu sedikit merasa tenang. "Hey, tenang. Aku tidak melakukan hal apapun kepadamu." Ucapnya seraya mulai mendudukkan dirinya di sofa. Dan hal itu membuat Iris semakin beringsut ke sudut sofa.

"Lalu, kenapa kau masih berada di sini?" Tanya Iris lagi, masih tidak berani mendekat ke Xavier.

"Semalam itu...aku tidak berani memindahkan tubuhmu ke kamarmu karena aku terlalu takut kalau aku justru akan membangunkanmu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal, dan menemanimu tidur di sofa." Jelasnya. Dan kalimat terakhirnya sukses kembali membuat Iris membulatkan kedua matanya. "Tapi serius, aku tidak melakukan hal apapun kepadamu. Aku hanya membiarkan kau tertidur di bahuku. Dan baru pagi tadi aku berani untuk memindahkan posisimu." Jelasnya lagi.

Setelah mendengar penjelasannya itu, Iris baru bisa merasa sedikit lebih tenang. Lalu secara perlahan dia merubah posisi tubuhnya di sofa menjadi duduk bersila. "Ehemm..." Iris pun sedikit berdehem. "Maafkan aku karena sudah curiga denganmu. Dan...seharusnya kau tidak perlu merasa seperti itu. Seharusnya kau pindahkan saja aku ke kamar atau ya, biarkan saja aku tertidur di sofa, jadi kau tidak tersiksa dengan tertidur di sofa dengan kepalaku di bahumu."

Xavier justru tampak tersenyum. "Tidak masalah. Dan aku sama sekali tidak tersiksa tertidur dengan posisi seperti itu. Ya, walaupun bahuku agak terasa sedikit pegal sekarang." Ucapnya, membuat Iris menatapnya penuh rasa bersalah.

"Maafkan aku ya." Sekali lagi Iris berusaha untuk minta maaf kepada Xavier. Xavier pun hanya meresponnya dengan sebuah senyuman dan anggukkan kecil.

"Sudahlah, lebih baik kita sarapan sekarang." Xavier mengambil sepiring omlet dan bacon lalu memberikannya kepada Iris. Sambil menerimanya Iris menggumamkan terimakasih.

Setelah mereka berdua selesai sarapan dan Iris memperbolehkan Xavier untuk membersihkan tubuhnya sebelum pulang, akhirnya saat ini Xavier sudah berdiri di ambang pintu apartment Iris, dengan Iris yang juga berdiri di sana.

The Fault (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang