16

149 19 2
                                    

Di Sabtu siang yang cukup cerah dengan udara yang juga terasa cukup dingin, Iris meminta Xavier untuk menemaninya pergi ke toko buku. Di perjalanan, seperti biasa Xavier terus saja menggenggam tangan Iris dengan erat tanpa mau sedetik pun untuk melepaskannnya.

"Buku apa lagi yang ingin kau beli, eh? Bukannya koleksi bukumu sudah cukup banyak?" Tanya Xavier sambil menoleh sesaat ke arah Iris.

"Semua buku yang ada di kamarku sudah pernah aku baca semua. Jadi aku butuh buku lain untuk aku baca." Balas Iris, seraya menatapnya.

"Kau tidak perlu membelinya. Ada begitu banyak buku di ruang bacaku, kau bisa membacanya."

"Buku yang kau punya itu semuanya tentang bisnis dan keuangan. Aku tidak akan bisa terhibur jika harus membaca buku semacam itu, yang ada kepalaku bisa pecah. Buku yang aku butuhkan itu novel fiksi."

Xavier sedikit terkekeh kita mendengarnya. "Hey, siapa bilang aku tidak punya buku semacam itu? Nanti akan aku tunjukkan kepadamu."

"Baiklah."

Setelah menempuh perjalan selama empat puluh lima menit, mobil yang Xavier kendarai mulai memasuki area parkir sebuah toko buku dan mulai memarkirkan mobilnya pada salah satu area yang kosong. Melangkahkan kaki mereka keluar dari mobil, lalu tangan Xavier kembali menggenggam tangan Iris dengan erat. Memasuki toko buku berlantai empat itu, Iris segera menarik Xavier menuju eskalator untuk ke lantai paling atas di mana koleksi novel fiksi berada.

Berdiri di depan rak yang buku panjang yang semuanya berisi novel fiksi, Iris segera mengedarkan pandangannya mencari-cari novel yang ia inginkan. Dan senyumannya langsung mengembang ketika menemukannya. "Nah, ini dia." Ucapnya sambil mulai mengambil dua buah buku cukup tebal dengan judul yang berbeda tetapi dari satu penulis yang sama. "Ayo kita pergi ke kasir." Lanjutnya dengan kedua buku yang berada di pelukkanya, dan kembali menarik Xavier untuk pergi ke kasir.

"Yakin hanya itu? Tidak ingin melihat yang lainnya lagi?" Tanya Xavier yang berjalan sedikit di belakangnya.

"Tujuanku kesini hanya untuk membeli dua buku ini, jadi aku tidak tertarik lagi dengan yang lain." Balas Iris seraya menoleh sesaat ke belakang tubuhnya.

Dan akhirnya mereka berdua berdiri di depan meja kasir yang tidak terdapat banyak antrian. Setelah membayar dan buku-bukunya sudah berada di dalam kantung plastik di tangannya, mereka berdua kembali melangkah menuruni eskalator menuju lantai satu. Baru melangkahkan kaki turun dari eskalator, Iris tampak sedikit mengernyit ketika melihat seorang pria yang cukup dia kenali, walau hanya dari samping, yang sedang melihat-lihat stationery.

Ketika langkahnya sudah cukup dekat dengan pria itu, Iris memberanikan diri untuk memanggilnya. "Ansel?" Tanpa diduga pria itu menoleh, dan ternyata memang benar Ansel. "Oh, hi. Aku kira aku salah orang tadi." Ucapnya lagi seraya mulai menghentikan langkahnya, yang membuat Xavier melakukan hal yang sama dan mulai menatap Ansel penuh tanya.

"Oh, hi Iris. Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

"Tentu saja membeli buku." Balas Iris sambil sedikit terkekeh.

Hal itu pun membuat Ansel ikut terkekeh, lalu dia mulai menatap Xavier. "Dan dia adalah...?"

"Oh iya, dia adalah Xavier, kekasihku. Dan Xavier dia adalah Ansel, teman SMA ku." Iris saling mulai meperkenalkan mereka berdua. Xavier dan Ansel pun terlihat saling tatap satu sama lain.

Jadi ini yang namanya Ansel. Xavier, dengan nalurinya sebagai kekasih Iris, segera melepaskan genggamannya pada tangan Iris, lalu memindahkannya ke pinggang wanita itu untuk merangkulnya mendekat.

Ansel yang melihat itu samar tersenyum miring. Oh, jadi ini yang Iris sebut sebagai kekasihnya. Kemudian dia mulai mengarahkan tangan kanannya kepada Xavier. "Senang bisa bertemu denganmu, Xavier."

The Fault (Hendall)Where stories live. Discover now