Date

335 37 3
                                    

  "Eomma, appa, kenapa tiba-tiba kalian menitipkan Anna padaku?" tanya Catherine.

  Kyuhyun melirik sang istri sekilas menatap putrinya canggung. "Appa dan eomma ada dinner date dan juga acara khusus malam ini sampai besok pagi. Titip adikmu terlebih dahulu, iya? Jika butuh bantuan ada Bibi Jung atau halmoni." jawab Kyuhyun.

  Pipi Yuri mendadak merah tomat ketika Kyuhyun menjawab dengan jujur. "Boleh aku mampir ke Ahra imo dan Donghae samchon? Sekalian bertemu dengan anak mereka." tanya Catherine. Yuri menganggukkan kepalanya. "Boleh. Ajak Anna bersamamu." jawab Yuri lembut.

  "Eomma, appa, bersenang-senanglah malam ini." goda Catherine yang membuat Yuri menundukkan kepalanya menahan malu sedangkan Kyuhyun tertawa kecil menanggapinya. Pria itu lalu segera masuk ke mobil bersama sang istri. Dengan supir mengemudikan mobil, keduanya bebas bermanja di sana.

  Kyuhyun menaikkan penghalang antara bangku depan dengan bangku belakang sehingga mereka memiliki privasi yang dibutuhkan. Selama perjalanan, Yuri yang lebih banyak diam membuat Kyuhyun berusaha membangun konversasi di antara keduanya.

  "Ada sesuatu yang kau pikirkan?" tanya Kyuhyun lembut. Yuri menoleh. Ia menggelengkan kepalanya namun tatapan yang dilemparkan oleh Kyuhyun selanjutnya membuat wanita itu mengubah pikiran. "Ada sesuatu, mengenai Catherine dan Anastasia. Berpikir bagaimana mereka akan berjuang di masa depan." balasnya.

  Yuri menyunggingkan senyuman di wajah ayunya. Ia merapikan dasi dan kerah kemeja sang suami yang terlihat sedikit berantakan dan terlipat. "Mereka akan baik-baik saja, Yuri. Jangan kau pikirkan itu terlalu dalam. Mereka masih muda." balas Kyuhyun sebelum mengecup pipi kanan sang istri.

  Mobil kemudian berhenti di lobi sebuah hotel ternama di Seoul. Sang supir berserta staf hotel membukakan pintu untuk dua orang yang cukup penting itu. Kyuhyun membantu Yuri melangkah turun dari mobil dan segera menuju kamar mereka.

  Yuri tersenyum terkejut ketika ia melihat ada meja di ruang makan kamar itu yang sudah didekorasi dengan indah dengan mawar putih juga menghidangkan menu favoritnya; steik. Kyuhyun mempersilakan Yuri langsung duduk di kursi dengan mata berbinar-binar.

  Keduanya menyantap makan malam itu dengan obrolan yang berbeda-beda topik. Terkadang, Yuri tak canggung-canggung tertawa mendengar apa yang diucapkan oleh sang suami. Semuanya benar-benar seperti jika mereka berdua dulunya berpacaran, di mana hal itu tak terjadi sebelumnya.

  Setelah makan malam penuh kehangatan itu usai, Yuri terduduk di sofa hotel mengamati ponselnya. Matanya terus membaca deretan kalimat yang menjadi salah satu bagian dari berita yang kini berusaha ia pahami. Berita lama, lebih tepatnya. Namun, mengapa tetap saja terasa sangat menyakitkan di hati?

  Berita itu adalah berita mengenai Kyuhyun yang dikecam habis-habisan oleh massa sebelum kejadian penusukan Yuri. Mungkin lebih tepatnya alasan mengapa penusukan itu terjadi. Lalu, beralih ke berita mengenai percobaan pembunuhan terhadap Yuri dan Kyuhyun saat pria itu menjabat menjadi presiden.

  Sepertinya pada saat itu, Yuri sedang hamil atau keguguran? Ingatannya bahkan sudah tak lagi tajam berkat terlalu banyak tragedi kehidupan yang terjadi di antara dirinya dan sang suami yang sebelumnya merupakan atasannya, sahabatnya, teman satu gengnya, hingga kakak kelasnya di universitas.

  Waktu berjalan terus tanpa henti dan siapa sangka keduanya bisa berada di posisi seperti ini? Seperti saat ini?

  Kyuhyun melingkarkan tangan kanannya di pinggang Yuri erat, duduk di samping sang istri yang paling ia cintai di dunia ini melebihi apapun. Wanita 'sok kuat' tetapi 'super rapuh' —menurut pendapat pribadi Kyuhyun— itu sama sekali tak terganggu bahkan mungkin tak menyadari akibat pikirannya sepenuhnya terfokus pada berita lama yang ia baca.

  Obsidian Kyuhyun melirik apa yang tertulis di layar ponsel sehingga Yuri bisa diam dan fokus terduduk seperti itu. Begitu menangkap apa yang ia baca, Kyuhyun segera menarik ponsel itu dari tangan sang istri.

  "Kyuhyun!" panggil Yuri cepat, terkejut ketika ponselnya, yang menjadi titik fokusnya, kini raib dari tangan dan pandangannya. Kyuhyun menggelengkan kepalanya lalu meletakkan ponsel Yuri di meja yang jaraknya cukup dekat dengan dirinya. Meja yang berada tepat di samping kiri Kyuhyun, jauh dari jangkauan Yuri.

  Kyuhyun menggelengkan kepalanya lalu menatap dalam Yuri. Istrinya itu lalu memandang sang suami dengan berbagai pertanyaan yang ingin ia ajukan namun tak bisa keluar dari bibirnya. Ia memeluk tubuh ringkih Yuri yang telah memberinya Anastasia dan mengalami beberapa kali keguguran itu selama bersamanya.

  "Mengapa kau baca lagi berita-berita menyakitkan itu? Sudah, Kwon Yuri. Sudah. Itu masa lalu. Jangan bebani pikiranmu dengan semua rasa bersalah, kesal, atau apalah itu." ucap Kyuhyun, prihatin dengan apa yang dirasakan oleh sang istri. Ia memang tak tahu persis bagaimana perasaan Yuri, namun secara sekilas ia dapat memahaminya.

  Cengeng.

  Satu kata yang dapat mendeskripsikan seorang Kwon Yuri pasca menikah dengan Kyuhyun. Entah kemana perginya keberanian yang selama ini ada dalam dirinya sebagai tameng. Kemana perginya sifat keras dan ketusnya selama menjadi sekretaris Kyuhyun yang terkenal dengan wajah datar itu? Tak ada yang tahu.

  Kyuhyun mengucap seperti itu saja, air mata Yuri menggenang. Pria itu, di sisi lain, cukup lemah dengan tetesan air mata. Langsung suara isakan keluar dari bibir seorang Kwon Yuri, si wanita kelahiran lima desember itu. Di pelukan sang suami yang hangat dan menenangkan itu dirinya mengadu, menumpahkan seluruh perasaannya.

  Dibelainya surai hitam legam milik sang istri lembut. "Kau itu kuat dan akan selalu seperti itu jadi jangan pernah bersedih atau menyalahkan dirimu atas segala hal yang terjadi di masa lampau. Aku mencintaimu, Kwon Yuri." kata Kyuhyun lembut sambil menangkup wajah sang istri dengan kedua tangannya.

  Kedua mata Yuri menatap milik sang suami masih penuh dengan air mata yang menggenangi pelupuknya. Sekon kemudian, ia mendapati bibir sang suami menyentuh bibirnya lembut, membuat Yuri sadar bahwa dirinya harus lebih kuat dari selama ini setelah menikah.

  Dibalasnya ciuman sang suami dengan sangat lembut oleh Yuri. Dikalungkan kedua tangannya pada leher seorang Cho Kyuhyun yang bertubuh tegap itu. Kedua mata insan tersebut terpejam menikmati setiap pergerakan dari bibir ranum mereka. Kyuhyun kemudian menarik Yuri ke pangkuannya lalu mengangkatnya ke kasur.

  Dibaringkan sang istri di atas kasur dengan dirinya di atas tubuh Yuri. Kedua mata mereka kemudian terbuka ketika tautan bibir mereka terlepas, saling menatap satu sama lain begitu dalam. "Istriku, Kwon Yuri, tidak boleh menangis atau merasa tertekan sama sekali karena aku yang akan melindungimu dari apapun itu." ujar Kyuhyun dengan penuh rasa yakin.

  Senyuman tipis disunggingkan Yuri pada wajahnya. Kyuhyun merasa sangat tenang melihat senyum itu di wajah sang istri yang kini berada di bawah tubuhnya. Kyuhyun menurunkan tubuh bagian atasnya mendekati Yuri, lalu bibir mereka kembali bertautan. Menikmati malam mesra mereka.

to be continued.

Loving You in Every WayWhere stories live. Discover now