3. It's More Than Just A Crush

1.5K 229 61
                                    

Yuvin's POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yuvin's POV



Peka dengan keadaan yang semakin canggung, aku berakhir menyeret Yohan dan Jungmo ke kantin. Dia memesan nasi goreng, dan Jungmo hanya mengikut saja. Setelah itu aku hanya diam melihat mereka makan.

Tak lama kami duduk, Hangyul dan Seobin datang bergabung di meja kami. Seobin tersenyum sekilas ke arah Jungmo yang makannya sedikit berantakan.

"Adikmu tuh urusin," ujarnya padaku sambil terkekeh. "Bocah banget sih, masa makan nasi goreng doang berantakan.."

"Biarin. Gak punya pacar ini.." Jungmo nyengir. "Kakak Seobin kan? Hehe... kak Yohan punya foto kalian berdua di meja riasnya. Kalian kayaknya dekat banget ya?"

"Iya dek, kami lumayan dekat," Seobin tersenyum canggung seraya merangkul pundak sempit Yohan. Yohan bersandar dengan nyaman ke bahunya.

"Sampe kapan di friendzone-in terus?" iya, itu Hangyul dan mulut kurang ajarnya.

"Loh kan kami memang teman?" ucap Yohan, tangannya memeluk pinggang Seobin, bibirnya mengerucut imut.

"Jangan nempel-nempel banget Han, nanti aku tambah baper.." cicit Seobin.

"Jangan baper sama Yohan, dia mah emang kayak gitu. Semua orang juga ditempelin. Centil.." kataku.

"Cemburu ya?" Jungmo menyenggol lenganku.

"Fakta."

"Eyy.. sampe kapan mau ngumpet di balik status kakak-adek?" Jungmo ini memang terlalu blak-blakan.. aku harus ekstra sabar.

"Apaan sih Mo, kamu tuh naksir adek kelas gak pernah di notice.. kasian deh," Yohan merotasikan bola matanya. Dia jengah juga agaknya.

"Hehe. Soalnya aku nggak cantik kak," Jungmo tersenyum sedih. Dia bangkit dari duduknya.

"Eh.. gak gitu. Kakak salah ngomong ya?" Yohan panik.

"Aku ngantuk kak, mau tidur di kelas baru."

"Maafin kakak.."

"Gapapa, emang bener kok."

Dan dia melangkah pergi. Yohan melirikku takut-takut.

"Kak.. aku gak tau kalo dia bakal sesensitif itu," katanya.

"Wajar sih. Kalian sekamar tapi jarang ngobrol soalnya," aku menepuk tangannya di atas meja, berusaha menenangkannya.

"Iya.. kami cuma bener-bener ketemu pas pagi, libur sekolah juga dia kerja terus.. malah makin banyak kerjaannya."

"Maklumlah, dia kan hidup sendiri. Kamu mah enak masih dikirimin uang sama mamamu."

"Iya kak.."

"Sana samperin. Minta maaf gih."

Dia berjalan meninggalkan kantin dengan langkah gontai.

"Vin, lo sebenernya sedeket apa sama mereka berdua?" ujar Seobin.

THE TRUTH THAT LIES WITHINWhere stories live. Discover now