32. lagi?

49 20 0
                                    

"Lagi?"
-1.2-





















Reina pov

SEMINGGU ini hariku kembali normal. Reno kembali, Maura dan Rani pun sama. Aku ketinggalan banyak tentang mereka.

Rani dan Devano resmi berpacaran.

Maura dan Roy semakin dekat.

Belakangan ini juga banyak surat memenuhi loker meja ku. Surat permintaan maaf yang dibuat kakak kelas, adik kelas juga teman seangkatan.

Lucu saja dimataku, kemarin menghina dan sekarang minta maaf.

Devano meminta maaf saat aku kembali dari insiden 'tangis di taman timur' . Dia meminta maaf karena berkata kasar padaku. Roy meminta maaf keesokan harinya.

Dia meminta maaf karena telah mengabaikan ku dan memberiku banyak tugas saat OSIS. Reihan, dia meminta maaf hari ini. Dia meminta maaf dengan wajah yang tetap datar lalu pergi begitu saja, ah, dan aku juga mendapat coklat 2 batang darinya.

Tapi, coklat itu sudah raib. Sudah dibantai habis oleh kumpulan manusia kampret. Mereka seperti tidak pernah makan coklat selama 1 abad, saat tinggal 1 biji, mereka bertengkar, memutuskan siapa yang akan memakan coklat itu.

Mereka menepikan coklat itu didekatku dan mereka mulai melakukan batu, kertas, dan gunting. Mereka mengulangi 3 kali hingga aku bosan. Aku mengambil coklat itu tanpa sepengetahuan mereka dan memakannya dengan tenang.

Pantas saja diperebutkan, dari rasanya saja sudah berbeda, aku mengambil bungkus coklat itu lalu melebarkan mata, coklat yang diberikan oleh Reihan itu dari Belgia, BELGIA!

"Gue batu, lo gunting. Gue menang!" Rani bersorak dan dengn cepat aku menaruh bungkus coklat itu asal, lalu menyeruput es teh ku yang tinggal setengah.

Sisanya mendesah kecewa, sementara Rani berbinar. Aku ingin tertawa, coklat terakhir meraka sudah ada di perutku. "Mana coklatnya?"

Reno memperhatiakan sekitar ku dan sekitarnya, "kok, gak ada? Hilang kayaknya?"

"Yee, mana bisa ilang, lo makan kali!" Rani mulai menuduh Reno dan perdebatan kembali hadir, aku menahan tawaku yang akan meledak.

"Gue makan."

Wow, aku tidak menyangka jika tatapan mereka langsung menuju ke arah ku. Aku menunjukkan cengiran lebar, segera berdiri, lalu berlari sekencang-kencangnya.

"REINAA!!!!!"


****

Aku mengetuk pintu, dan saat terbuka, wajah dengan rahang mengeras milik bang Fani menyapa ku dengan tidak santainya.

"Assalamu---"

"Apartemen pacar Fino, ada cowok."

"Maksud abang, Kak Keyla? Oh." aku menanggapi nya tanpa minat. Sejak awal aku dan bang Fani tak suka pada pacar bang Fino, kak Keyla.

Dia berbahaya.

Aku dan bang Fani bahkan patungan menyewa orang untuk menjadi mata mata dan teman bang Fani yang pintar meretas pun di bayar untuk mengawasi kak Keyla.

Aku sengaja tak menyuruh Maura ataupun Rani. Itu akan merepotkan mereka berdua, apalagi sebentar lagi, ujian kenaikan kelas dua belas.

"Yang ke apart, bang Fino atau orang lain?"

"Seratus persen orang lain, umurnya diatas gue, mungkin, lima tahun lebih tua dari gue."

"Bang Fino tau?" Bang Fani menatapku dengan mata menyipit, "lo lupa? Dia ama temennya nya ada janji, katanya ndaki gunung, lusa baru peluang."

please don't go [COMPLETE✓✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora