Chapter 15 || We Don't Sleep Together

67.9K 3.6K 112
                                    

You are jealous! which means that you love me, she said.

I'm not. I only respond to you who look like looking for my attention, he replied.

"Hoam..."

Jun menguap lebar, menyenderkan kepala ke kursi mobil, "Saya izin lanjut tidur lagi ya Bos."

"Hm," sahut Danis.

Ia sedang menunggu seseorang sekarang. Beberapa kali ia mengecek jam di tangannya dan menggerak-gerakan kakinya dengan tidak sabar. Tindakannya itu membuat Jun menahan dongkol dalam hati. Bisakah bosnya ini sabar sedikit? Lagipula siapa suruh datang ke kampus pagi-pagi! Andai Danis bukan bosnya sudah ia buang di tengah jalan tadi.

"Jun!"

Jun menarik nafas berusaha untuk sabar, membuka mata dan menoleh ke kursi belakang tempat dimana Danis duduk biasanya, "Iya bos?"

"Kita kepagian ya?"

Suara ayam menyahut dari kejauhan, Danis tersenyum lega, "akhirnya siang juga."

Jun tersenyum getir, outfit sih boleh mahal, wajah bak pahatan dewa, gaya udah ngalahin hotman paris tapi otak Danis hanya sebiji anakan kacang hijau. Astagfirullah, Jun mengelus dada memohon ampun pada yang Maha Kuasa karena telah menghina bosnya. Biar gini-gini dengan kehadiran Danis ia bisa makan dan beli baju lebaran plus jalan-jalan nonton bola ke luar negeri.

"Jun!"

Baru saja Jun menutup mata untuk kedua kalinya Danis memanggil lagi.

"Iya bos?"

"Lo dengar sesuatu gak?"

Jun mencoba mendengarkan tapi tak ada suara apapun, sedari tadi hanya suara ayam bersahutan yang menandakan ini masih pagi.

"Enggak bos, memang ada bunyi apa?"

"Perut gue bunyi barusan," jawab Danis menyentuh perutnya.

Wajah Jun langsung datar.

"Beliin gue makan dong, buruan sebelum dia datang!"

Dia yang dimaksud oleh Danis adalah Riana. Danis rela bangun pagi-pagi dan bersiap untuk kuliah karena Riana. Dan Jun dipaksa bangun untuk mengantarkan Danis ke kampus.

Jun kembali ke mobil dengan dua bungkus nasi uduk. Yah setidaknya ada efek positif dari Danis yang mengeluh lapar yaitu ia bisa mendapat makanan juga bagi perutnya yang selalu lapar ini.

"Gak ada sendok garpu?"

"Piring? Pisau?"

Jun tak jadi menyuap makanannya karena sedari tadi Danis heboh mencari benda yang tidak mungkin ada ketika membeli nasi uduk bungkusan.

"Please Jun help me. Gue gak bisa makan pakai tangan. Dan gue gak boleh kotorin tangan gue sebelum dia datang," Danis merengek menendang-nendang kakinya.

Jun mengangkat jari telunjuk, "Aha! Saya tau gimana solusinya bos. Pakai daun pisang."

Pletak!

Good morning, Adimas (Telah Terbit)Where stories live. Discover now