Teman baru dan kepemilikan

5.8K 597 65
                                    

Haechan tersenyum puas dengan hasil masakannya yang tersaji dengan baik di meja makan. Melihat masakan yang menggugah selera itu membuat Haechan berbangga diri. Melihatnya saja sudah menggugah selera makannya, apalagi kalau sudah dimakan nanti.

"Wanginya enak."

Mark dengan lesu jalan ke meja makan. Tangan kirinya menyeret boneka beruang yang cukup besar sampai ke meja makan.

Kenapa Mark bawa boneka beruang? Apa lelaki itu masih suka boneka diusianya yang sudah berkepala dua?

Jadi, Mark itu ternyata punya banyak sekali boneka. Tidak hanya beruang saja, tapi boneka singa dan semangka juga jadi koleksi lelaki itu. Selain boneka, juga ada banyak mainan anak-anak yang dimiliki Mark. Mainan dan bonekanya itu terlalu banyak sebagian ada di kamar Mark, sebagian lagi di kamar khusus saking banyaknya mainan dan boneka milik Mark.

Haechan sempat heran pada lelaki Kanada itu. Sudah dewasa juga masih saja mengoleksi mainan sama boneka. Saat ditanya langsung sama orangnya, ternyata jawabannya itu sederhana 'masa kecilku kurang bahagia'.

Haechan merasa kasihan jadinya sama si penulis terkenal itu. Terlebih lagi melihat kondisinya sekarang yang sudah seperti mayat hidup. Kulitnya yang putih sangat kontras dengan kantung matanya yang hitam. Lelaki itu pasti bergadang lagi untuk menyelesaikan naskahnya.

"Pagi."

"Hmm.."

Mark tidak melihat Haechan sedikit pun, matanya begitu fokus pada masakan yang tersaji, perutnya jadi semakin meronta ingin segera diisi melihatnya. Semalam, Mark terlalu sibuk dengan naskah yang deadline-nya hari ini. Jadi Mark melewatkan makan malamnya.

Haechan tersenyum kecil melihat lelaki itu, ia memberikan nasi pada piring Mark dan beberapa lauk yang telah dia masak tadi.

"Selamat makan."

Selama Haechan tinggal sama Mark, asupan nutrisi lelaki Kanada itu terpenuhi dengan baik. Haechan itu sudah biasa masak karena dulu Doyoung suka ninggalin dia seharian penuh bila bekerja, dan selama menumpang di tempat Mark, Haechan akan membalas budi dengan mengerjakan pekerjaan rumah.

Keheningan melanda kedua orang itu, baik Mark maupun Haechan tidak ada yang mau angkat suara hingga keduanya selesai makan. Haechan segera membersihkan meja makan dan membawa alat makan yang kotor buat dicuci.

Ternyata, Mark mengikuti Haechan. Lelaki itu berdiri di belakang tubuh Haechan kecil. Kedua tangannya menyelinap diantara pinggang ramping Haechan hingga melingkar dengan indahnya. Membuat Haechan terkejut dan terhenti seketika kegiatan cuci piringnya.

"Mark, apa yang kau lakukan?"

Haechan ingin melepaskan tangan Mark dari pinggangnya, tetapi lelaki yang lebih tua memiliki tenaga yang lebih besar. Tangannya semakin mengerat di lingkaran pinggang Haechan. Tidak mau lepas sedikitpun.

"Biarkan aku mengisi tenaga," bisik Mark yang membuat Haechan merinding.

Haechan tidak melawan lagi, dia membiarkan saja Mark berbuat sesukanya. Haechan lebih memilih melanjutkan kegiatan cuci piringnya yang sempat tertunda.

"Mark, lepas dong!"

Selesai mencuci piring, Mark masih betah memeluk pinggang Haechan. Lelaki manis itu jadi kesal, ia ingin bersiap buat kuliah nanti.

"Mark, aku hari ini ada kelas."

Mark menulikan pendengarannya, bukannya melepaskan pelukannya, lelaki tampan itu malah memasukkan tangannya ke dalam pakaian Haechan. Membuat lelaki manis yang ada dalam pelukannya itu panik

Pure RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang