Bagian 16

1.1K 56 1
                                    

6 bulan kemudian...

Nathan baru saja pulang dari kegiatan ekskulnya sedangkan Revan sudah siap dengan kopernya untuk pergi urusan bisnis ke Manila. Bik Disa terlihat gelisah lantaran malam ini Ayah Nathan dan Revan beserta istri dan anaknya akan datang mengunjungi kedua anaknya.

"Mas Revan... Bapak bilang jangan kemana-mana dia mau datang. Nanti bi Disa yang dimarahin." mimik wajah bi Disa ketakutan.

"Bilang aja bi, aku ada urusan kantor." jawab Revan santai.

"Bang, Nathan ikut dong." pinta Nathan.

"Apalagi ini minta ikut."

"Bilang aja bantuin bang Revan, gitu."

"Haduh... Matilah bibi..." Bi Disa menepuk jidatnya.

Bukan karena sengaja Revan tak dapat hadir dipertemuan kali ini. Bahkan ada hal yanh sangat ingin dia bicarakan dengan ayahnya. Namun selalu tidak kesampaian ditengah sibuk urusab politik ayahnya.

Malam pun tiba, semua makanan sudah tertata rapi dimeja makan. Klakson mobil pun sudah berbunyi pertanda ayahnya sudah tiba. Dan langsung menuju meja makan.

"Nathan... Gimana sekolah kamu?" tanya ayahnya sambil menotong bagian steak.

"Sekolah aku? Baik-baik aja tuh." jawabnya slengekan.

"Ayah bangga sama kamu, kata pak Rocky dan bu Marti kamu dapat nilai paling tinggi dikelas." terlihat raut wajah bangga ayahnya.

"Tuh Dimas... Kamu harus rajin belajar biar pinter kayak kak Nathan." kata wanita muda yang menjadi ibu tiri Nathan.

"Iya, Dimas mau dong diajarin sama kak Nathan."

"Kamu mau diajarin sama kak Nathan? Beneran?" tanya Nathan.

"Beneran, kak." jawab anak umur 10 tahun itu polos.

"Kalau gitu kamu harus pindah kesini sendiri." ucap Nathan.

"Emang boleh?" tanya anak itu polos.

Nathan tak tau kalau anak itu benar-benar menanggapi candaannya dengan serius. Bagaimana bisa dia membiarkan anak kecil itu tinggal bersamanya.

"Oiya, nak..." ayahnya mulai serius. "Setelah lulus sekolah, kamu mau lanjut kemana?"

"Kuliah, mungkin." jawab Nathan singkat.

"Ayah udah belikan kamu apartement. Nanti setelah lulus kamu bisa pindah kesana buat belajar mandiri."

"Ha? Kenapa gitu? Ayah mau jual rumah ini?" Nathan kesal.

"Bukan Nathan..." ibu tirinya menenangkan.

"Ayah mau kasih rumah ini buat Revan. Dia akan menikah." tegas ayahnya membuat Nathan terdiam.

Nathan terdiam sejenak.

"Kalau gitu Nathan mau rumah mama aja."

"Rumah itu udah gak keurus, nak."

"Ah... Nggak...nggakk... Rumah itu terlalu besar untuk kamu sendiri." saut ibu tirinya.

"Biar Nathan yang urus."

•••

"Kamu dimana?" tanya Nathan melalui telfon.

"Lagi di asrama ngerjain makalah tugas, nih."

"Kirim foto kamu sekarang..."

"Oh...oke.."

Nathan pun menutup telfonnya.

POSESIF NATHAN [TAMAT✅]Where stories live. Discover now