CHAPTER 14: Trust Me

36 7 0
                                    

Suara melodi piano itu memenuhi lingkup ruang pertunjukan yang sepi tanpa audiens. Di podium hanya ada Hyunsik yang larut dalam permainan pianonya. Nada bertempo rubato yang terdengar, seperti pelampiasan sebuah amarah.

Dia seolah kehilangan citra Beethoven dengan nada sendu yang selalu mengisi kekosongan dalam benaknya atau sekedar menyalurkan ketenangan sejenak. Namun, tak lama setelahnya dia menghentikan permainan dan membuka mata yang tertutup sejak awal.

Didapatinya dua orang pria berjaket hitam yang tak lagi asing untuknya. Salah seorang dari mereka tersenyum ringan lalu meletakkan sekaleng minuman beralkohol dingin di atas tuts pianonya.

“Pantas saja tidak bisa dihubungi. Kukira kau sedang bergulat dengan CEO agensi...”

Hyunsik menghela nafas dalam lalu meraih botol kaleng itu. Dia menenggak isinya tanpa jeda hingga tandas lalu melemparnya ke sembarang tempat. Ia lalu menjulurkan telunjuk ke arah botol kaleng yang tergeletak di atas lantai,”dia menganggapku seperti itu...”

Mwo?”

“Tapi... aku tak mau seperti itu,” dia pun bangkit dari kursinya,”jadi... kupas semua tentang pria tua itu. Akan kuubah rudalnya menjadi boomerang.” Putusnya dan mulai berjalan.

Pria yang berbicara dengan Hyunsik itu terlihat masih dalam tanda tanya. Dia menghampiri kaleng yang ditunjuk Hyunsik sebelumnya dan memerhatikan dengan seksama.

“Seperti kaleng kosong? Rudal? Boomerang? Apa pria itu punya rudal?”

Melihatnya yang berfikir cukup keras, pria lain yang berpostur lebih tinggi itu mendengus lalu memukul kepala pria itu dengan map hijau yang dipegangnya,”Aihh... dasar bodoh!”

“Aish! Hei! Yook Sungjae! Memangnya kau mengerti!!” teriaknya kesal.

“Itu sebabnya aku menjadi detektif! Dia mengibaratkan dirinya sebagai kaleng kosong, kenapa? Karena dulu saat masih tersegel, kaleng itu berharga dan berada di tempat yang layak. Lalu orang mengabiskan banyak uang untuk sekedar mendapatkannya, dia dielu-elukan. Tapi,  setelah selesai digunakan, maka dibuang begitu saja dan menjadi sampah...” jelas lelaki bernama Yook Sungjae itu tanpa jeda pada rekannya.

“Apa?”

Yook menjadi semakin kesal dengan satu pertanyaan itu, terlebih saat mendapati wajah temannya yang jelas tidak mengerti apa yang baru saja dibahasnya,”arghhh... sudahlah!” dia berbalik dengan wajah frustasi dan melenggang begitu saja,” kenapa dia jadi detektif jika perandaian saja tidak tahu. Dasar Lee Changsub!!!” gumamnya.

"Hei!!! Yook Sungjae!!! Lalu hubungannya dengan dia punya rudal apa!!! Hei!!!!!!"

(***)

Gadis berkerudung itu terlihat duduk di daun jendela kamar yang terbuka lebar. Dia membiarkan kedua kakinya tergantung bebas. Kedua netranya menatap lurus pucuk pohon maple yang tersisa dahan, mereka tak berayun sedikitpun meski angin berusaha mengguncangnya. Bibir gadis itu menggumamkan lantunan shalawat yang di dengar melalui earphone.

Dia tersentak saat mendapati selembar kertas terjulur padanya. Dengan ragu ia menggerakkan tangannya untuk mengambil kertas itu.

“Segera isi formulirnya, dan sematkan tanda tangan di sana...”

Gadis itu menghela nafas lalu mengangguk pelan dan kembali pada lamunan sebelumnya. Sang kakak yang mendapati gurat sedih di wajah adiknya itu hanya dapat menghela nafas dalam,”jangan lagi khawatirkan apapun, dan berhati-hatilah saat bergaul. Berita itu pasti akan segera dilupakan...”

Oppa...”

“Hmmm...”

Gadis itu menengok ke arahnya dengan pasang mata serius, dia menjulurkan telunjuk ke arah seseorang yang bersembunyi di balik pohon maplenya. Samar-samar wajah itu tertangkap oleh kedua mata Minhyuk.

AUTUMN ☑Where stories live. Discover now