#3 Sebuah Nama

58 4 3
                                    

Assalamualaikum.. 

Terima kasih ya sudah mampir di cerita HALF DEEN.. :)

Sedikit informasi, karena POV (point of view) Aisha akan selalu ada di setiap part nya, jadi saya sarankan untuk membacanya  secara runut.. 

Akan ada banyak adegan flashback juga di dalam cerita ini, yaitu masa pernikahan Aisha dan Malik yang ber-setting di Hokkaido, lalu masa-masa awal mereka memulai perjodohan, berselang-seling dalam setiap partnya, jadi.. pastikan untuk selalu memerhatikan tanggal di dalam setiap part ya.. 

Setiap flashback juga merupakan puzzle yang akan mengungkap sisi lain hidup Aisha dan Malik yang penuh rahasia dan teka-teki, yang entah itu semua pada akhirnya akan berkonspirasi untuk membuat kisah mereka berakhir bahagia, atau sebaliknya.. Hmm, untuk itu, nantikan terus kisah mereka.. 

Jangan lupa jika kalian suka, masukkan cerita ini ke dalam library list kalian sekarang juga, dan vote juga boleh, it means a lot! :)

Sudah pasti ini takdir Allah, mempertemukan kalian pada cerita HALF DEEN, dan tak ada sebaik-baik harapan, selain semoga sekelumit kisah Aisha dan Malik bisa menjadi pelajaran untuk kita, aamiin..

Salam hangat, Lia Ahn

_______________________________________________________________________________


Jakarta, (awal) Januari 2013

Satu minggu setelah tahun 2012 resmi berakhir, pada hari yang mendung di awal bulan Januari, terjadi sebuah pertemuan antara dua keluarga yang didasari oleh persahabatan dua orang wanita yang baru bertemu kembali setelah bertahun-tahun terpisah lama.

Bisa dibilang, kedua wanita ini merupakan sahabat kecil yang terpisahkan karena takdir, dan baru dipertemukan kembali, juga oleh takdir. Salah satu dari kedua wanita tersebut bernama Namira Husein, dan beliau adalah ummi saya.

Saya masih ingat betul, beberapa hari sebelum hari itu tiba, ketika makan malam keluarga yang terdiri dari ayah, ummi, kak Zaky dan istrinya, kak Sarah dan suaminya, dan tentu saja saya, tiba-tiba ayah mengatakan sesuatu yang membuat tubuh saya bak di sambar petir.

*****


"Aisha.. Insya Allah minggu depan akan ada seorang pemuda yang ingin datang untuk nadzor kepadamu.. Dia anak teman baik ummi, kami telah sepakat untuk menjodohkanmu dengannya.. Insya Allah juga dua hari lagi ibu dan adik pemuda itu akan datang ke sini, mereka ingin bertemu dan mengenalmu lebih jauh..."

Aisha tercekat. Mendengar suara berat yang menyiratkan ketegasan sifat pria paruh baya yang duduk di depannya itu, Aisha seketika menghentikan makannya. Inikah alasan ayahnya mengumpulkan seluruh keluarga malam ini? Untuk sebuah pengumuman menyangkut dirinya yang bahkan tak pernah diutarakan kepadanya sebelumnya?

Ya Allah, saat itu Aisha bahkan sama sekali tidak peduli dengan kata-kata di akhir kalimat ayahnya barusan. Ia hanya terfokus pada kata 'telah' yang jelas berarti mereka menyusun rencana perjodohan ini tanpa lebih dulu menanyakan pendapatnya. Adilkah ini?

Aisha masih terdiam. Sama sekali tidak merespon, apalagi menjawab, hanya mematung seperti orang linglung. Sementara jauh di dalam hati gadis itu, berkecamuk rasa sedih, kecewa, juga marah, tapi.. tidak ada yang bisa ia lakukan. 

Pandangan Aisha hanya sekilas tertuju kepada kak Zaky, lalu kak Sarah. Mereka berdua, yang jelas juga terkejut akan berita ini, seolah menatap adik bungsu mereka itu dengan iba dan simpati, namun tetap tidak ada yang berani bersuara.

Half DeenWhere stories live. Discover now