17.

2.3K 205 2
                                    

"Apa kau sekarang mengencani stetoskop itu ? Hah, tidak heran jika ibu cemburu padanya."

Itu adalah kalimat utama yang dikatakan Hinata dengan sangat sarkasme, tepat ketika ia masuk keruangan Sasuke dengan sebuah kotak makan siang berukuran besar.
Membuat Sasuke terlonjak karena kedatangannya yang tiba-tiba, tanpa pemberitahuan apapun.

"Sayang, kenapa tidak mengatakan apapun padaku ?"

Bangkit dari tempatnya, Sasuke meletakkan benda yang dicemburui ibunya itu dengan hati-hati, menutup berkas terbuka dimejanya dan berjalan menghampiri Hinata yang masih berdiri diambang pintu.

Memeluknya dengan tekanan ringan, mengecup kening Hinata dengan sayang, Sasuke tersenyum dengan sangat manis.
Mengambil alih benda ditangan Hinata, dan membawanya ketempat yang lebih nyaman.
Sekedar pemberitahuan, ruangan Sasuke bukan jenis ruang kerja sempit yang hanya bisa diisi satu set meja kursi.
Bukan seperti itu.
Anggap saja jika tempat ini lebih menyerupai ruang tamu yang menyambung keruang kerja.
Seperti itu.

"Apa aku mengganggu ?"

Bertanya dengan hati-hati, karena sebenarnya Hinata ingin menjadikan ini sebagai kejutan, tapi Sasuke sepertinya tidak terkejut.

"Sama sekali tidak. Aku senang kau disini."

Akhir pekan yang kejam, dimana Hinata terkurung sendiri diapartemen lelaki itu, sementara si pemilik apartemen sedang bekerja di Rumahsakit.
Tidak heran jika Mikoto sering marah karena hal seperti ini.
Dulu, Hinata pikir ia akan baik-baik saja, tapi sekarang ia juga merasa kesal pada pacarnya itu.

"Makan dulu. Aku jauh-jauh datang kesini hanya untuk memastikan agar kau makan dengan baik."

"Manisnya pacarku,"

Sasuke terlihat begitu senang dengan perhatian yang diberikan Hinata, sekecil apapun itu.

"Sasuke, sepertinya aku akan menginap dirumah Sakura nanti."

Menghentikan sendoknya diudara, Sasuke menatap pada Hinata dengan wajah merengut.
Lelaki itu terlihat tidak senang dengan rencana Hinata, meski tidak benar-benar mengatakannya dengan ekspresi muka.

"Ada apa lagi dengannya ?"

"Mereka bertengkar lagi. Dan aku bukan orang jahat yang akan membiarkan sahabatku merana sendirian."

"Tapi kau membiarkanku merana sendirian, Hinata."

Sasuke menaikkan suaranya dengan lucu, bukan karena marah, tapi merajuk.
Selama hampir 5 bulan masa pacaran mereka, Hinata sudah terbiasa dengan situasi semacam ini.
Maksutnya, melihat sisi lain dari seorang lelaki yang namanya selalu dielu-elukan publik.
Uchiha Sasuke tidak sekeren itu pemirsah, 😎.

"Kau bisa tidur dengan stetoskop itu," 

Sahutnya dengan suara mengejek, membuat Sasuke berdecak melihat tingkah Hinata.
Memilih diam dan melanjutkan makan siangnya.
Hinata dan ibunya memang sama saja, entah sejak kapan mereka menjadi sekompak itu.

"Hinata, tidak bisakah kau bersikap manis pada calon suamimu ?"

Menghentikan kegiatannya yang sedang membalas chat masuk diponselnya, Hinata menatap Sasuke dengan ekspresi tak terbaca.
Berkedip dua kali, seperti sedang menyelidiki tentang apa yang sedang direncanakan Sasuke saat ini.
Sebelum tersenyum miring dengan tampilan yang terlihat sedikit licik.

"Kau bahkan tidak pernah melamarku. Jadi maaf, aku akan bersikap kejam selamanya."

Sasuke dibuat mati kutu dengan serangan balasan yang begitu menohok.
Mengusap rambutnya dengan salah tingkah, mengerling jenaka saat melihat Hinata yang bersidekap tangan dibawah dada.

NUDEOnde histórias criam vida. Descubra agora