Sakitnya Kehilangan

113 2 0
                                    

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, tetapi hujan masih saja turun dengan derasnya. Ku pandangi rinai hujan yang turun dibalik jendela kamarku. Seakan hujan ini mengajakku untuk menari bersama rinainya. Memandangi hujan adalah salah satu hobby ku, karena menurutku dengan memandangi hujan bisa membuat suasana hati terasa tentram dan damai.

Sudah sekian lama kupandangi rinai hujan ini. Aku terhanyut dalam lamunanku dan entah apa yang aku khayalkan, aku hanya menikmati suasana rinai hujan yang turun. Tiba-tiba terdengar suara dari luar sana. Suara itu semakin lama semakin keras, sehingga membuat aku tersadar dari lamunanku.

"Felly...Felly...Hey Felly!"

Seseorang memanggil nama Felly dari luar sana. Ya, Felly adalah nama panggilanku. Lebih tepatnya Fellysia Nadira. Aku adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki, yang bernama Benosthian Ersando. Kakak ku sering dipanggil dengan sebutan nama Thian. Dia adalah sosok kakak yang begitu baik dan sangat perhatian. Dia bilang, dia sangat menyayangiku dan akupun begitu sebaliknya. Aku berusia dua tahun lebih muda darinya. Saat ini aku masih duduk di bangku kuliah di semester dua. Aku dan kakakku sama-sama kuliah di salah satu Universitas Indonesia dan jurusan kuliah kamipun sama, yaitu Fakultas Kedokteran.

Kucari sumber suara yang memanggil namaku dan kulihat diluar sana, ternyata yang memanggilku itu adalah sahabat karibku. Dia adalah Venita Alysia, tetapi aku sering memanggilnya dengan sebutan nama Ve. Dia juga sama sepertiku, sama-sama kuliah semester dua dan dijurusan yang sama juga.

"Hey Ve ada apa ? tumben lagi hujan kayak gini kamu datang ke rumahku. ada perlu apa ? ayo masuk nanti kamu sakit kalo kena hujan. Aku ambilin handuk dulu ya. Kamu duduk aja disitu", kataku padanya sambil mengambilkan handuk dan kuberikan padanya.

"Makasih Fel. Gini aku tuh lagi bingung, besok sepupuku Sita ulang tahun dan mau dirayain di caffe paris. Tapi aku belum sempat beli kado buat dia, makanya aku buru-buru ke rumah kamu mau minta tolong temenin aku beli kadonya. Mau ya Fel temenin aku keluar, hehehe...", bujuknya padaku dan berharap aku mau ngabulin permintaanya.

"Iya..iya.. aku temenin kamu deh, nggak usah pasang wajah memelas gitu juga kali, hahaha.. Oh iya kamu mau aku buatin teh anget nggak ?", tawarku padanya.

"Ah nggak usah repot-repot Fel, makasih sebelumnya. Kita langsung keluar aja yuk sekarang! aku takut nanti nggak sempet waktunya buat beli kado", jawabnya dengan penuh semangat sambil menarik lengan tanganku.

"Iya Ve, sabar dong. Aku mau siap-siap dulu, mau ganti baju. Nggak mungkin kan aku keluar pake baju kayak gini, baju tidur. Tunggu bentar ya, bentar aja Cuma 5 menit kok, hehehe...", kataku sambil menunjuk jam di dinding dan segera berganti baju.

Tak lama kemudian, akupun sudah siap keluar menemani Ve membeli kado untuk sepupunya. Sebelum keluar aku tak lupa izin berpamitan pada orang tuaku, dan merekapun mengizinkannya.

"Ayo Ve kita keluar, aku udah siap ni. Oh iya kamu kesini tadi naik apa ? kok aku nggak lihat mobil kamu ?", tanyaku sambil melihat arah luar.

"Mobilku lagi dibengkel, tadi ban mobilku pecah dijalan gak tau kena apa. Mana lagi hujan deres lagi, kepaksa deh aku kerumah kamu naik taxi. Duh apes banget ya aku, sialan banget tuh ban mobil!", gerutunya sambil memasang ekspresi wajah cemberut.

"Hahaha... Ve ada-ada aja sih kamu. Udah nggak usah sedih, kita keluar naik mobilku aja ya. Kita mau kemana ve ?", kataku sambil mengeluarkan mobilku dari bagasi dan kamipun keluar.

"Iya Fel, makasih ya kamu udah mau menemaniku keluar untuk membeli kado. Kita beli kadonya di butik ratu aja ya, rencananya aku mau beli gaun aja deh buat sepupuku itu. gimana menurutmu Fel, bagus nggak ya kira-kira ?", tanyanya dengan bingung.

Sakitnya KehilanganWhere stories live. Discover now