4. Instastory

1.8K 166 4
                                    

Irish menenggelamkan wajahnya di atas batal dengan kaki yang menendang-nendang ke udara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Irish menenggelamkan wajahnya di atas batal dengan kaki yang menendang-nendang ke udara. Jangan tanyakan kenapa Irish bisa seperti ini. Apalagi kalo bukan karena insiden di bioskop tadi.

Irish menghela napas panjang lalu menggigit bibir bawahnya gugup. Wajahnya sudah memerah karena ia mengingat kejadian itu.

Entah mendapat keberanian mana ia bisa mengatakan kalimat menggelikan itu.

Irish masih ingat setiap detik yang mereka lakukan saat itu. Mereka bahkan mengulangi kejadian itu di mobil saat Alarick mengantarnya pulang. Ya, meskipun saat itu Irish gugup setengah mati karena takut satpam gedung apartemennya memergoki mereka.

Aish! Membayangkannya lagi membuat Irish tidak bisa untuk tidak tersenyum.

Irish mengambil cermin kecil yang berada di dalam tasnya lalu menatap wajahnya lewat pantulan cermin itu. Irish memperhatikan bibirnya yang memerah dan bengkak. Astaga, Irish tidak menyangka jika Alarick akan membuat bibirnya bengkak hanya karena ciuman saja.

Bagaimana jika Nida pulang dan bertanya tentang bibirnya? Apa Irish harus menceritakan ini semuanya? Karena sejauh ini Irish masih belum menceritakan apapun tentangnya dan Alarick.

"IRISH!!!"

Irish gelagapan saat mendengar suara Nida memanggilnya. Astaga, bagaimana ini? Bagaimana bibirnya?

Lalu gadis itu terlonjak kaget saat pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan Nida masuk.

"Kenapa sih kok kaget gitu?"

Irish menggeleng, berusaha untuk bersikap normal. "Nggak kok. Tadi sedikit ngelamun aja makanya kaget pas lo masuk."

Nida tiba-tiba menyipitkan matanya. "Bibir lo kenapa?"

Irish melotot. "Emangnya bib—"

"Astaga!" pekik Nida, membuat Irish mendundukkan kepalanya.

"Kenapa nggak ngajak-ngajak gue sih?!" Nida memukul lengan Irish dengan pelan.

Gadis itu mengangkat kepalanya terkejut. "Hah?"

"Lo pasti habis ngebaso di Bakso Mampus, 'kan? Itu bibir lo merah sampe bengkak gitu. Pasti habis dari sana, 'kan? Ayo ngaku?! Kenapa nggak ngajak gue sih?!"

Irish menghela napas lega. "Sorry," Irish meringis, "tadi tiba-tiba lewat sana terus mampir deh."

"Nanti malem minggu kita kesana lagi ya?" ajak Nida.

Irish menganggukan kepalanya sambil tersenyum. "Gue mandi dulu ya. Gerah banget nih."

"Hmm." Nida mengangguk lalu beranjak keluar dari kamar Irish.

Irish bisa menghela napas lega. Setidaknya untuk sekarang ia aman sampai ia bisa menceritakan ini pada Nida.

***

Closer To YouWhere stories live. Discover now