Selamat Membaca💜
●●●
Langkah kaki sang Ibunda telah menjauhi pagar rumah. Berarti ini saat emas bagi Taera untuk melancarkan aksinya.
Taera pun kembali memasuki pagar rumahnya dan tidak lupa menguncinya. Tenang saja, Ibunya membawa kunci cadangan sendiri. Sesampainya di depan pintu, ia pun menutupnya perlahan hingga terdengar suara deritan kecil.
"Baiklah, Ibu sudah berangkat, tinggal aku memulai apa yang sudah direncanakan."
Ia duduk sebentar di atas sofa dan meraih ponsel ia letakkan di dalam satu. Layar kuncinya menunjukkan pukul 20.00 malam dan ia bertarget kegiatannya nanti berjalan hanya dalam estimasi empat sampai enam jam.
"Semoga saja dalam semalam bisa selesai.", ia mengela napas khawatir.
Jikalau ada sesuatu yang terjadi, kemungkinan ia akan menghubungi sahabatnya, Park Jimin untuk membantunya mengatasi kesulitan yang teramat sangat. Taera tahu benar pria Park itu pandai sekali dalam urusan satu ini, nilai mata kuliahnya saja selalu A, dan jarang mendapatkan A-. Itu urusan paling belakangan pokoknya. Selain alasan itu, Taera ingin mengidentifikasi seberapa jauh ia menguasai mata kuliah terapan yang pernah ia dapatkan dan tentunya akan lebih puas apabila menyelesaikan projeknya sendiri.
"Omong - Omong masalah itu, sepertinya ada yang terlupakan olehku, apa ya?"
"Ah, sketsa."
"Tampaknya aku sempat membuatnya. Hm, di mana aku meletakkannya, ya?", ia bertanya dengan dirinya sendiri.
"Jangan - jangan hilang?"
"Nah, Taera. Jangan panik sekarang, pikirkan secara jernih dan perlahan."
Melakukan perenggangan pernapasan adalah solusi terbaik untuk mencegah kepanikan yang semakin merangkak levelnya.
Salah satu tangannya bertopang di pipi, mencoba mengingat- ingat apa saja yang pernah ia lakukan tadi. Sampai akhirnya muncul sekilas cahaya lampu di atas kepalanya seperti yang sering terpasang di iklan televisi.
"Sekarang aku tahu itu ada di mana."
Taera segera mengayunkan kedua tungkainya untuk pergi menuju ke tempat di mana hasil goresan tangannya beberapa jam yang lalu berada.
Apabila mencoba mengingat apa yang telah ia kerjakan sebelum ke rumah. Sungguh berhasil mengembangkan senyumnya. Selain Park Jimin yang sudah tahu apa yang akan dilakukan Taera dalam projeknya tersebut, tanpa sengaja ia memberitahukannya kepada orang lain.
Semua bermula selepas kelas Dosen Jung berakhir. Andai Jimin tidak pergi ia ingin mengajak lelaki itu untuk menemaninya di kafe. Namun, nasi telah menjadi (bubur) indomie. Akhirnya, dengan berat hati ia pergi sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐥𝐚𝐛𝐲𝐫𝐢𝐧𝐭𝐡 | 𝑲.𝒕𝒉 [on going]
Fantasy○bahasa Indonesia○ ●On Going● Sederhana, Shin Taera menciptakannya untuk menyelesaikan tugas kampus dengan estimasi waktu enam bulan sekaligus ini adalah cita - citanya sejak lama. Ia masih berpikir panjang, apa yang akan ia ciptakan hingga akhirnya...