Harapan Aya

11 0 0
                                    


Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allahu Akbar, Allaahu Akbar. Laa ilaaha Ilallahuallahu Akbar, Allahuakbar wa Lillahilham. Gema takbiran memenuhi malam penuh bintang ini. Dari kalangan anak-anak, muda, dewasa, bahkan yang lanjut usia pun ikut berlomba-lomba mengumandangkan takbir dengan berbagai macam nada khas, dari Arab, turki, dan negara-negara islam lainnya sampai nada-nada berbagai suku di Indonesia. Suara yang nikmat didengar, suara yang bersemangat, suara yang penuh dengan kesedihan, sampai suara melengking yang bisa merusak gendang telinga ketika mendengarnya dari jarak dekat. Hal ini menjadi momen istimewa yang di tunggu-tunggu semua orang setiap tahun.

Namaku Aya. Mataku bulat cantik. Aku memiliki bulu mata yang lentik dan Panjang. Badanku ideal, sempurna tidak ada cacat sama sekali. Kulitku berwarna kuning langsat, karena itu Aku istimewa, setikdaknya itu menurut mereka. Tapi Aku merasa bahwa diriku lebih istimewa dari siapapun karena hari ini hari ulang tahunku yang kedua dan besok perayaan nya, semua orang berbahagia, ku harap begitu.

Aku jadi teringat dengan sahabatku Lily, bagaimana kabarnya sekarang, apakah dia juga sama bahagia nya dengan Aku ? seminggu yang lalu adalah hari perpisahan kita.

Ciit. Pintu kamarku berdecit dibuka. Setelah cahaya mentari pagi menerobos masuk melalui jendela kamarku. Masuklah seorang pria bersama dengan cahaya mentari pagi, pria itu perawakan nya sangat gagah perkasa, kulit nya hitam legam tersengat panas nya cahaya mentari saat siang. Lengan nya berotot, urat-urat di lengan nya timbul menambah kesan gagah. Sorot matanya memperlihatkan kebahagiaan, keteduhan bagi siapapun yang memandangnya, dan aku tak mengerti mengapa ada sedikit guratan kesedihan di mata orang yang sangat ku cintai itu.

Aku dan teman-teman ku berkumpul di taman depan rumah, badan kami bersih dan segar. Eh!, dan bahkan Miya, si pemalas itupun ikut berkumpul juga. Aku sangat terkesan dengan pria itu dia bahkan berhasil membujuk Miya, si pemalas, manja dan sedikit pendengki__untuk urusan makan saja dia ingin diantarkan ke kamarnya__walaupun wajar karena dia berasal dari kota.

"Waah, Miya si manjalita kota, akhirnya keluar juga, lihat Ay." Lily menunjuk kearah Miya, memecahkan lamunan ku dengan nada bicaranya yang nyinyir, terkesan lebay. Sambil berlenggak-lenggok bak model terkenal.

"Eh Ay!, tau gaa ?". lili tersenyum genit di depanku dan menunggu jawaban dariku.

"Engga"

"Iiiih ! kok engga tau mulu siih, tanya kek apa gitu"

"iya Lily, emang ada apa?"

"Coba perhatiin baik-baik". Dia berputar dengan anggun, memperlihatkan bentuk badan nya. Kuperhatikan lamat-lamat dan belum sempat ku jawab, dia nyerocos duluan menjelaskan.

"Berat badan Aku naik sekilo! Yeay we did it !. hahaha haha". Lily tertawa kegirangan

"Jadi sekarang berat badan kita sama, sama-sama istimewa. Emang naikin berat badan dari kategori "premium" ke istimewa butuh tekad dan perjuangan !". sembari menyenggolku

"Waw, iya Lily selamat yaa finally you got a body goals". Aku senang sekali, sahabat baikku akhirnya mendapatkan apa yang di inginkannya selama ini. Usaha kita berhasil ! ya usaha kita, karena mau gak mau Aku harus menemaninya makan dan mengingatkan nya untuk tidak "overaction" yang bisa menguras tenaga sehingga program penaikan berat badan nya gagal.

***

"Aduuh kalian ini ya rakyat jelata bodoh! kam-se-u-pay. Kampungan, sekali, udik, payah!". Ujar Miya, matanya sangat merendahkan kami. Badannya ditegakkan berjalan dengan sangat angkuh seperti bangsawan.

"Maksud kamu apa hah? Pagi-pagi udah ngajak berantem yaa dasar sapi kota!". Lily tersinggung tidak kalah nyinir dengan Miya, dia mendekati Miya dengan berlagak sok preman.

"Yaa ya, maksud Aku. Kalian tuh rakyat jelata, para penghuni gubuk. Udah kamseupay, bodoh lagi. Mau-mau aja ngikutin kertas target ideal yang dipajang sama pria itu"

"Memang kenapa? Salah jika kami berusaha memenuhi target orang yang telah merawat kami dengan tulus dan ikhlas?" balas ku

"Iya, emang nya kamu, maunya di manja terus!"

"Emangnya kalian yakin? Dia tulus dan ikhlas merawat kalian ?"

"Ya iyalah". Jawab kami yakin.

"Duh dasar! Gak habis pikir Aku sama kalian, bangsa kulit kuning langsat yang murahan. Asal kalian tau ya, kalian itu, paling berakhir di perut orang sengsara. Palingan juga termewah nya dijadiin semur atau rendang. Itupun kalo mereka punya bumbu nya kalo engga ya udah deh berakhir di tusukan sate, ditabur garam, selesai. Gak ada mewah-mewah nya"

"Okey Miya, asal kamu tau juga ya hari ini kita bakal di beli sama orang-orang muslim yang bertaqwa, orang-orang yang menunaikan sunnah rasul. Gak peduli apa itu kita bakal dijadikan makanan seperti apapun asalkan kami disembelih dengan nama Tuhan yang maha Esa. Yang kami tau, daging kami dibagikan rata kepada seluruh penduduk yang berkurban tanpa mengenal jabatan dan status sosial. Banyak diluar sana yang tidak mampu membeli daging untuk makanan sehari-hari, mereka menunggu momen Idul Adha ini agar bisa memakan daging, mereka bahagia, mereka bersyukur dan kami turut berbahagia, pergi dengan meninggalkan kebahagiaan kepada semua orang" jelasku

"Kamu gak sadar apa ? kamu yang berkulit putih dengan corak-corak hitam yang berasal dari peternakan dengan teknologi yang hype, akan berakhir dimana? Kamu akan dibeli oleh para pengusaha yang kita sendiri enggak tau agama mereka, ada yang di tembak ada yang disembelih tanpa belas kasih dan kamu yang tidak pernah merasakan bagaimana tulusnya pria itu merawat kami, kamu engga liat kalo dia mengutamakan kita dulu sebelum dirinya sendiri. Sedangkan kamu enak-enak diem di kandang baru itu, engga mau keluar dasar kamu egios !"

"Udah Lily, tinggalkan aja dia. Biarkan dia dengan keangkuhan nya"

"Ayo lihat ke depan, karna jika menoleh, airmata ini akan terlihat. Memandang jauh kedepan dan membulatkan tekad, ayo melangkah ke sana..... Bertemu dengan mu, dan selalu Bersama, masa kanak-kanak kita yang penuh kenakalan. Kita tahu bahwa, hal yang teramat penting. Tuk kehidupan ini, berada di masa depan.... Walaupun sangat menyenangkan, tapi tak akan berlanjut selamanya... jangan terus terbuai...".

Aku ingat lagi itu, kami bernyanyi Bersama dan kami terpisah karena kami dibeli oleh orang muslim taat yang berbeda, sedangkan Miya. Ia dibeli oleh orang berjas hitam.

Orang-orang berkerumun menonton ku sambil mengumandangkan takbir. Aku dijatuhkan dengan sangat lembut dan hati-hati. Kepalaku dipegang mungkin untuk berjaga-jaga. Pisau yang sangat tajam itu menghampiri leher ku dengan tidak terasa, aku telah pergi dari dunia ini, terimakasih muslim dan Muslimah telah mengantarkan ku kepada kebahagiaan yang hakiki dan aku berharap, semoga kalian berbahagia.

Mungkin manusia tidak pernah tahu atau juga mungkin karena tidak mencari tahu. Bahwa sebenarnya kami sebagai mahluk yang juga diciptakan oleh yang Maha Kuasa atas segalanya, memberikan kami hati nurani. Kami bisa merasakan ketulusan para manusia saat merawat kami dengan penuh kesabaran sampai kami berumur dua tahun, kami siap untuk disembelih, kami siap untuk dijadikan hewan qurban, kami senang, kami berbahagia. Begitupun sebaliknya.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1440H

Oleh: Alqan Nazrailman

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 01, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Harapan AyaWhere stories live. Discover now